15. Dua tahun?!🎈

2.7K 117 122
                                    

"Pagi Sintaaaa." Mendengar namanya terpanggil, Sinta mendogakan kepalanya yang semula ia telungkupkan diatas meja kantin.

Oh, ternyata Rayhan. Sinta berbalik senyum pada Rayhan.

"Pagi Ray."

Rayhan duduk disamping Sinta, meletakkan tasnya pada bangku yang kosong. Cowok itu memicingkan matanya kala melihat wajah sayu Sinta. Tidak biasanya Sinta seperti ini, walaupun dalam keadaan sesulit apapun itu pasti Sinta akan selalu memancarkan aura bahagia. Walaupun hanya pura-pura.

"Muka Lo pucet banget sin." Kata Rayhan.

Dengan lemas, Sinta menggeleng. Lalu kembali menelungkupkan kepalanya. Keadaan masih sepi, karena bisa dibilang masih cukup pagi. Dan kelas pun akan dimulai tiga puluh menit lagi.

"Lo nggak papa?" Tanya Rayhan mendekat, lalu tanganya terangkat untuk menepikan anak rambut yang menutupi wajah cewek itu.

Sinta tidak menjawab, ia malah kembali memejamkan matanya lagi. Rayhan hanya menghembuskan nafas pelan. Pikirnya, mungkin Sinta sedang lelah.

Tapi tunggu, "Ini mata kenapa?" Tanya Rayhan lagi. Kali ini tanganya menelusuri area wajah Sinta. Mengelap sedikit cairan bening yang ada disudut mata sahabatnya itu.

Merasakan pergerakan Rayhan, Sinta membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya. "Nggak papa."

"Lo nangis ya?" Bodoh sekali Rayhan, sudah tau malah ditanya.

"Enggak Ray, aku nggak papa." Sergah Sinta berbohong. Ia mengeluarkan tisu dari dalam tasnya.

"Yaudah kalo nggak mau cerita." Ucap Rayhan cuek. Rayhan sangat mengenal Sinta, tidak mungkin tidak ada apa-apa.

Sinta melongo melihat tingkah Rayhan barusan. Kenapa dia jadi marah? Sinta berucap kembali, "Nggak papa benerr, suerr." Ujar Sinta mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Gue kenal Lo udah lama Sin, jadi nggak mungkin Gue--"

Sebelum Rayhan berbicara panjang lebar, dengan cepat Sinta memotongnya. "Beneran Rayhan, kan aku udah janji kalo aku ada masalah pasti aku bakal cerita ke kamu." Ujar Sinta berusaha meyakinkan Rayhan. Ia tidak mau menceritakan hal konyol itu kepada Rayhan. Apalagi mengingat perasaan Rayhan terhadap dirinya. Pasti Rayhan bakalan sakit hati. Sudah beberapa kali Rayhan menyatakan perasaannya pada Sinta, namun Sinta tetap memberi jawaban yang sama. Yaitu tidak. Apalagi jika Azka lah orang yang membuat Sinta menangis, bukan hanya adu fisik saja. Namun tali persahabatan mereka bertiga mungkin akan putus.

"Gue percaya Sin. Tapi kalo ada masalah, seenggaknya Lo bisa cerita sama Gue. Supaya hati Lo tenang." Ujar Rayhan menatap Sinta dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Sinta hanya mengangguk. Sudah sangat sering dirinya merepotkan Rayhan. Sinta sangat beruntung sekali memiliki sahabat seperti Rayhan. Walaupun, sahabat terbaiknya saat ini masih ada pada Azka. Namun Rayhan tidak kalah mengerti.

"Tuh kan nangis!" Baru saja Rayhan berucap. Sinta sudah terisak saja.

"Hiks, nggak papa bener!"

"Nggak papa gimana?!" Rayhan menangkup kedua pipi Sinta. Sampai akhirnya membawa gadis itu kedalam dekapannya. Sinta yang nangis aja, sesaknya sampai ke dada Rayhan.

Setelah dirasa Sinta sudah cukup tenang, perlahan Rayhan mengurai pelukan itu. Tangannya merapikan rambut Sinta yang menutupi wajah pucat cewek itu.

"Jujur, jangan bilang kalo ini gara-gara--"

"Enggak Ray."

Tiba-tiba ada seorang lelaki yang membuat keduanya mengalihkan pandangannya. "Sinta, kamu kenapa?"

BellazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang