Yang seharusnya mendukung malah menjatuhkan. Yang bukan siapa-siapa bisa lebih membantu. Jika pemberian adalah kasih sayang, maka penundaan adalah perlindungan.
Untuk yang seharusnya mendukung, mengapa bisa abai dan lalai untuk mendukung? Abai artinya sengaja acuh tak acuh. Lalai artinya tidak sengaja untuk tidak amanah terhadap hal tersebut. Ada beberapa sebab:
1. Berubah pikiran atau pikiran terbuka, bisa juga karena pengaruh baik dari luar diri (eksternal) maupun dari dalam (internal).
2. Hati yang terluka (peristiwa yang pedih).
3. Kurang iman, ilmu, dan akhlak karimah.
4. Takdir Allah.Untuk yang membantu, bisa terjadi karena Allah yang gerakkan. Karena silaturahmi itu membuka pintu rezeki, sehingga silaturahmi yang baik juga merupakan bagian dari pintu rezeki.
Dipuji tidak terbang, dicela tidak tumbang. Tawakkal kepada Allah, serahkan semua urusan kepada Allah. Karena sejatinya semua urusan serta pertolongannya ada pada Allah.
Pujian sejati adalah karena Allah, Alhamdulillah. Berdoalah atayu ucapkanlah, "Hadza min fadli Rabbi" jika menerima pujian.
Rendah hatilah untuk menerima celaan, karena bisa jadi itu sebuah kebenaran. Sehingga tidak marah, menyerah karena putus asa, atau mengamuk. Hikmah Allah ada pada segala peristiwa.
Allah Ta'ala berfirman,
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."
(QS. Al-Baqarah [2]: 269)Pentingnya adab sebelum ilmu dan ilmu sebelum amal. Perlunya sikap sopan santun, welas asih, empati, dan menghormati.
Tidak perlu menunggu dihormati untuk menghormati. Serta kuatkanlah kesabaran untuk berlindung dari perkara batil.
Dr. H.M. Zuhdi Zaini, MA seorang pengajar bidang ushuluddin di UIN Jakarta menjelaskan dalam tulisan Beliau tentang mengendalikan hawa nafsu.Al-Hawā atau hawa nafsu adalah potensi negatif yang ada di dalam diri. Kecederunganya kepada nafsu seksual dan nafsu perut.
"Rasulullah saw bersabda, hati-hatilah dengan hawa nafsu karena hawa nafsu itu membutakan dan membuat tuli."
Orang yang sedang dimabuk asmara sulit menerima kebenaran dan nasehat karena hawa nafsu telah membutakan dan membuat tuli mata hati. Rasulallah saw mengingatkan agar umatnya hati-hati dengan hawa nafsu yang akan menjerumuskannya kedalam kenistaan dan penyesalan.
Rasulullah saw bersabda,
اخاف على امتي من بعدي ثلاثا ضلالة الاهواء واتباع الشهوات في البطون والفروج والغفلة مع المعرفة
Aku sangat mengkhawatirkan kepada umatku sepeninggalku tiga hal, pertama, kesesatan hawa nafsu. Kedua, mengikuti syahwat perut dan seksual. Ketiga, Lalai setelah mengetahui.
Kekhawatiran Rasulullah saw terhadap umatnya sangat beralasan karena ketiga hal tersebut akan membinasakan dan menghancurkan masa depan manusia.
Bahaya hawa nafsu
Memperturutkan hawa nafsu membawa manusia kepada kesesatan.
Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya selalu cenderung kepada perbuatan yang melampaui batas. Kejahatan seksual, perselingkuhan, pembunuhan dan sebagainya. Hawa nafsu itu bagaikan api yang berkobar di dalam dada, apabila diperturutkan akan semakin menggila, bagaikan api yang disiram bensin, semakin disiram, semakin menyala dan sulit dikendalikan.
Tidak sedikit manusia yang buta mata hatinya dalam memperturutkan hawa nafsunya. Atas nama cinta mengikuti hawa nafsunya melakuan perzinaan. Setan menghiasi kemaksiatan dengan keindahan. Orang dalam kondisi seperti ini tidak dapat menerima nasihat karena hanya nasehat setan yang menjadi pedoman hidupnya.