46

702 79 562
                                    

"Sebenernya..... loe sayang gak sih sama gue, Ra?..... Seberapa penting arti gue buat loe?" ucap Al sambil menatap lekat kedua manik mata Rara.

Gadis itu pun menatap balik netra yang sekarang memancarkan sorot teduh itu. "Kamu sendiri..... sayang gak sama aku?"

Al langsung melepaskan jemari tangan Rara sambil berdecak kesal. Lalu Al menyahut ketus. "Gak!"

Rara tersenyum kecil. Lalu dia gantian yang meraih jemari tangan Al dan menggenggamnya. "Gak pa-pa sih kalo kamu gak sayang. Karna bagiku..... kamu adalah separuhku..... belahan jiwaku. Kamu adalah setengahku dan aku adalah setengahmu. Aku dan kamu..... adalah KITA. Kamu adalah segalanya bagiku..... Kamu adalah pusat hidupku..... teman hidupku. Kamu adalah rumahku..... dan aku adalah milikmu."

Kedua netra mereka saling beradu tatap, saling mengunci satu sama lain. Perlahan jari-jari besar tangan kiri Al terulur lalu menangkup pipi Rara. Kemudian jemari mungil Rara pun terangkat untuk menyentuh tangan Al yang bertengger di pipinya.

"Kamu tau..... kata-katamu barusan bisa aja buat kita gak bisa tidur semaleman?" ucap Al pelan.

Rara tidak bisa mencerna arti ucapan Al itu. Rara hanya fokus pada kata "kamu" yang keluar dari bibir sang suami. Juga pada nada lembut pada kalimat yang di ucapkan cowok itu.

"Kenapa gak bisa tidur?" sahut Rara bingung.

"Karna aku akan tunjukin seberapa besar rasa sayang yang aku punya untuk kamu..... Dan kamu akan liat seberapa besar aku menginginkan kamu, Nyonya Alfian," ucap Al.

Rara mengernyit bingung. Dia menatap heran pada Al yang juga masih menatapnya lekat. Mungkin karena efek kelelahan seharian tadi, otak Rara sedikit lambat memahami maksud ucapan Al.

"Kalo sayang kan tinggal bilang sayang..... kenapa harus sampe gak bisa tidur?" tanya Rara dengan raut wajah polosnya.

Al terkekeh pelan. Tangan kanannya terulur lalu menyelipkan rambut Rara yang sedikit mengganggu ke belakang telinga gadisnya itu. "Tadi kamu bilang kalo kamu adalah milikku kan?"

Rara mengangguk pelan. Al lalu menurunkan tangannya yang tadi bertengger di pipi Rara. Cowok itu lalu bersedekap dada.

"Udah, sana mandi dulu!" titah Al.

"Tadi sore pulang dari pemakaman, aku udah sempet mandi, Kak," sahut Rara.

Al memang bisa melihat penampilan Rara yang sudah tak lagi mengenakan seragam sekolah. Gadis itu sudah menggantinya dengan celana legging hitam juga kaos navy yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya.

"Itu kan tadi, Ra. Cepetan mandi dulu sekarang!" ucap Al mengulangi.

"Bentar lagi deh, Kak. Aku capek banget, aku istirahat bentar ya..... sambil dengerin kamu tadi mau ngomongin apa," sahut Rara.

Al menghela napas pelan. Kalau di lihat, penampilan Rara memang terlihat kusut. Entah apa yang dilakukan gadisnya itu seharian ini. Tapi Al bisa melihat kalau Rara tampak kelelahan.

"Yakin mau denger lanjutan omonganku tadi?" tanya Al.

"Iya, Kak. Aku penasaran tauk, seberapa besar rasa sayang kamu ke aku. Apa..... lebih besar dari sayangmu ke..... Nadia?" ucap Rara.

"Kenapa bawa-bawa Nadia?" sahut Al.

"Ya gak apa-apa sih, Kak..... Dulu kamu kan pernah bilang kalau kamu sayang sama dia," ucap Rara.

"Kamu beneran pengen kita gak tidur semaleman ya?" ucap Al sedikit geram.

"Susah banget ya jawab pertanyaanku tadi?" sahut Rara pelan.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang