satu

486 37 20
                                    

Satu lagi sore yang membosankan di musim panas, seperti sore sore sebelumnya, yang kulakukan hanyalah duduk di teras depan rumahku ditemani dengan secangkir teh hangat dan sketch book beserta pensil ditanganku. Aku ingin menggambar sesuatu, tapi aku tidak tahu harus menggambar apa, aku benci hal ini, disaat aku tidak memiliki ide untuk menggambar.

Aku benci sore membosankan ini, untuk apa aku duduk di teras depan rumahku tanpa melakukan apapun? Untuk apa aku mengambil sketch book dan pensilku jika aku tak ada ide untuk menggambar? Lalu untuk apa ada secangkir teh hangat yang menemaniku di musim panas yang sangat panas ini? Aku benci musim panas, aku benci teh hangat, aku benci diriku. Dua hal yang tidakku benci saat ini hanyalah sketch book dan pensilku.

Walaupun aku tak ada ide untuk menggambar, tapi tetap saja menggambar adalah hobiku dan aku berbakat dalam hal ini. Aku bahkan memiliki galeri sendiri untuk menyimpan karya-karyaku. Tapi sayangnya, orangtua ku tidak mendukung hal ini.

Saat ini usiaku 21 tahun dan aku kuliah di University Of Bradford, sebenarnya aku tak ingin kuliah, aku hanya ingin menjadi seorang seniman. Tapi orangtuaku memaksa untuk kuliah dan parahnya lagi mereka menyuruhku untuk mengambil jurusan sastra Inggris, membosankan. Walaupun aku tamat SMA di usia 18 tahun, tapi aku mulai kuliah diusia 19 tahun, kenapa? Kau pasti sudah tahu jawabannya, karena aku tidak ingin kuliah. Aku bersyukur orangtuaku mengizinkanku untuk mengganggur selama setahun setelah tamat SMA, tapi tetap saja saat usiaku 19 tahun mau tak mau aku harus berkuliah. Aku tak ingin melawan orangtuaku, aku tak mau jadi anak yang durhaka.

Hari ini 23 Juli, hari ulang tahun Waliyha ke 16 tahun, seandainya saja ia masih ada, kami pasti akan bersenang-senang merayakan ulang tahunnya, atau kalau saja aku tahu dimana makamnya, aku pasti akan sering mengunjunginya, bukan hanya dihari ulang tahunnya saja. Tapi sayangnya, ia telah tiada. Sudah enam tahun semenjak kejadian itu, saat keluarga kami sedang liburan musim panas, kami menaiki kapal laut, kapal itu karam di tengah laut, untungnya aku selamat dari kejadian itu, begitu juga dengan kedua orang tua ku, kakakku, adikku, Safaa dan beberapa anggota keluargaku yang lain. Namun Waliyha, dan Aaroosa, salah satu sepupuku, tidak terselamatkan.

Itulah sebabnya aku membenci musim panas, karena kejadian itu terjadi pada musim panas. Aku sangat mencintai Waliyha, kami sangat mirip, bukan hanya dari wajah tapi juga sifat, dia juga suka menggambar sepertiku, aku ingat disaat aku pertama kali mengajarinya menggambar, aku ingat disaat aku mengajarinya menulis, aku ingat disaat aku mengajarinya menyanyi, aku mengajarinya banyak hal, bahkan aku pernah mengajaknya untuk bolos dari sekolah dan pergi menonton sirkus tanpa sepengetahuan siapapun. Namun, keesokan harinya sekolah menelpon orangtua kami, dan kami--maksudku aku dihukum tidak diberi uang jajan selama seminggu karena mengajari adikku hal yang tidak baik.

Aku ingat di hari ulang tahunnya yang ketujuh, ia memintaku untuk berjanji melukis wajahnya sebagai hadiah ulang tahun, namun aku belum memenuhi janji tersebut. Aku ingat saat ia mencoba meniru salah satu gambarku namun ia tidak bisa meniru dengan persis, sampai-sampai ia menangis. Aku ingat senyumannya, aku ingat suaranya, aku ingat tangisannya, aku ingat tawanya, ia terlihat sangat lucu ketika sedang tertawa. Aku merindukan tawanya, aku merindukan suaranya. Aku merindukanmu, Waliyha Azad Malik.

"ZAAAAAYN!!"

Aku tergejolak dari lamunanku mendengar suara teriakan tepat ditelingaku. Menoleh kesamping, aku mendapati Safaa dengan tangan di pinggulnya.

"Apa?" Jawabku dengan tenang.

"Ibu menyuruhmu untuk merapikan kamarmu yang seperti kapal pecah itu."

Aku menghela napas dan bangkit dari tempat dudukku, masuk kedalam untuk membersihkan kamarku.

Saat aku hendak memutar kenop pintu kamar, Safaa menghalangiku.

"Apa lagi Safaa?" Tanyaku.

"Kau menangis, Zayn?" Katanya, masih dengan tangan dipinggulnya.

Aku tersentak mendengarnya dan kemudian menyadari air mata dipipiku, tadi aku menangis saat aku mengingat Waliyha, dengan cepat aku menghapus air mataku.

"Hahahahahaha, Zayn Malik kakak lelakiku yang memiliki banyak tato menangis, hahahahaha." Safaa tertawa terbahak-bahak.

"Tidak, aku tidak menangis! Itu...itu keringat, berhenti tertawa Safaa!"

"Ayolah Zayn, aku tahu kau menangis, ada apa? Apa kau ada masalah dengan Perrie? Kau bisa menceritakannya denganku." Safaa bertanya dengan sedikit memiringkan kepalanya.

"Tidak Safaa, aku tidak ada masalah dengan Perrie, sudahlah pegi sana bermain dengan Palvisha."

Safaa agak cemberut ketika aku 'mengusir' nya, aku langsung memasuki kamarku dan mulai merapikannya. Disaat aku merapikan kertas-kertas gambarku, pintu terbuka dengan kasar dan menampakkan ibuku dengan wajah marahnya. Aku langsung membeku ditempat.

"Zayn Javadd Malik sudah berapa kali Ibu katakan untuk merapikan kamarmu seminggu sekali bukan sebulan sekali dan menyapunya setiap hari kau memiliki ruangan sendiri untuk menggambar Zayn tapi kenapa kertas-kertas dan kuas ini masih berserakan di kamar? Lihat lantai kamarmu yang terkena cat air kau harus membersihkannya sampai bersih Zayn Malik lihat debu di jendela kamarmu sudah berapa lama tak kau bersihkan? Lima bulan eh? Dan poster-poster itu! Sudah berapa kali ibu katakan jangan menempali apapun di dinding kamar Zayn!" Kata ibuku tanpa titik koma, ia selalu memanggil nama lengkapku ketika sedang marah dan ia selalu berbicara dengan sangat cepat ketika marah. Walaupun usiaku 21 tahun dan memiliki banyak tato layaknya anak punk, tapi aku sangat takut ketika orangtua memarahiku.

"I-iya Ibu," Kataku terbata-bata.

"Tadi aku mendengar Safaa tertawa dan mengatakan kalau kau menangis, apa benar kau menangis Zayn? Ada masalah apa? Kau bisa menceritakannya pada Ibu," Tipikal ibuku, ia bisa menjadi sangat lembut setelah sebelumnya ia sangat kasar. Aku memang selalu menceritakan masalahku kepada ibuku.

"Aku...aku merindukan Waliyha, Bu," Kataku dan air mata mulai mengalir dipipiku lagi, sebut aku cengeng karena aku sangat mudah menangis. "Hari ini ulang tahunnya ke 16, kan? Aku merindukannya, Bu."

"Ibu mengerti, kita semua sangat merindukannya. Tapi kau harus ikhlas, Zayn. Ia sudah tenang disana, kita hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuknya," Kata ibuku, tersenyum. Aku menganggukan kepalaku dan menghapus air mataku, aku terlihat sangat bodoh ketika menangis.

"Baiklah, lanjutkan merapikan kamarmu, Ibu akan memasak makan malam." Kata ibuku, lalu meninggalkan kamarku menuju dapur.

Usai merapikan kamar aku kembali ke teras depan, dan mengambil sketch book beserta pensil, aku akan menggambar tokoh kartun yang sangat kubenci tapi sangat disukai oleh Safaa, Dora the Explorer. Dua bulan lagi ulang tahun Safaa, aku akan memberikan gambar ini sebagai hadiah ulang tahunnya. Sebut aku pelit karena hanya memberikan selembar kertas dengan gambar kartun kepada adikku. Tapi Safaa sangat senang jika mendapat hadiah dariku, apalagi kalau ada sangkut paut nya dengan Dora, aku heran, Safaa akan berusia 12 tahun mengapa ia sangat mengidolakan Dora? Itukan tontonan untuk anak 5 tahun kebawah. Aku berani sumpah kalau Safaa banyak mengoleksi barang berbau Dora walaupun usianya 12 tahun.

Safaa memang sedikit berbeda dibandingkan anak-anak jaman sekarang. Jika kubandingkan dengan Palvisha yang seumuran dengannya, mereka sangat berbeda. Palvisha terlihat lebih dewasa daripada Safaa.

Saat menggambar, aku mendengar seseorang memanggil namaku dengan lembut.

"Zayn?"

Saat aku menoleh aku tidak melihat siapa-siapa, aku melihat kedalam rumah, hasilnya nihil. Ibuku sedang memasak di dapur, Safaa sedang di dalam kamarnya bersama Palvisha, Doniya sedang pergi bersama sepupuku, ayahku belum pulang bekerja. Ah, sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Akupun melanjutkan menggambar.

"Zayn?" Suara lembut itu memanggilku lagi.


*****

Gimana menurut kalian chapter 1 nya? Absurd ya? Ngebosenin ya? :') Maklum masih amatiran. Comment(s) yaaa pendapat kalian tentang chapter ini :) dan jangan lupa nge-vote :)

An old pict of Safaa and Palvisha Malik on multimedia !

TelepathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang