•) Cafuné : Green-eyed

533 67 6
                                    

Di hari-hari pertama kedatangannya, Mikasa sangat anti orang asing. Ia akan sembunyi ketika pasien Grisha datang, gadis itu bahkan masih sering menghindari Carla selama beberapa waktu dan segera lengket hanya pada Eren. Sampai bocah laki-laki itu mulai jengah, terutama karena Mikasa tidak bisa diajak keluar dan akan memojok saat ditinggal pergi sendirian.

"Mikasa, kau harus sesekali keluar. Biarkan kulitmu terkena sinar matahari." Eren akhirnya berkata sambil menggosokkan sampo di rambut legam Mikasa. Dia meniup busa yang terbentuk sampai beterbangan.

"Tapi aku takut," cicitnya seperti bayi burung.

"Jangan takut, aku tidak akan meninggalkanmu. Besok ayo temui Armin, dia anak yang baik dan tahu banyak hal. Kau bisa bertanya apa saja padanya."

"Sungguh? Apa dia tahu caranya membuat anak?"

"Mungkin? Tanyakan saja sendiri padanya besok."

Mikasa mengangguk dan mengerjakan gilirannya mengeramasi Eren.

"Tapi, bagaimana jika Armin tidak suka padaku?" tanya Mikasa saat bersiap untuk tidur.

Eren berkedip. "Tidak mungkin. Armin sangat baik dan tidak punya teman," dia membantu Mikasa melepas syal dan melipatnya, "aku yakin dia akan senang denganmu."

Di luar agak hujan saat itu dan dinginnya masuk membuat Mikasa menggigil. Eren dengan wajah merona membuka tangannya, mempersilahkan Mikasa menyembunyikan wajah di ceruk lehernya. Sambil merinding merasakan deru napas Mikasa, Eren membelai rambutnya hingga tertidur.

Dan ketika hanya Eren satu-satunya makhluk yang masih hidup yang tahu bagaimana tekstur rambut Mikasa, si Jean Kirschtein itu memujinya terang-terangan dengan pandangan malu. Eren tidak suka itu, rasanya risih. Meresahkan.

"Aku tidak mau kau kecelakaan saat latihan nanti," bujuk Eren agar Mikasa mau memotong rambutnya.

Gadis itu memilin sedikit helaiannya. "Betulkah?"

"Ya. Biar aku bantu kau melakukannya."

Mikasa duduk membelakangi Eren yang memegang gunting. "Mau dipotong sependek apa?"

"Umm... Harusnya tidak usah terlalu pendek—" tapi aku tidak mau Kirschtein terus melirik pada Mikasa. "Aku tahu."

Dengan setengah hati Eren mulai memangkas rambut hitam Mikasa. Ada rasa tidak rela ketika melihat helaiannya berjatuhan, tetapi mengingat cara orang memandanginya—

Eren meneruskan pekerjaannya. Sangat tidak santai, tapi hati-hati. Menyisakan Mikasa dengan rambut sedagu.

"Sudah," kata Eren.

Mikasa membuka mata dan melepas kain di bahunya, Eren membantu membersihkan potongan rambut yang tertinggal di baju.

Tidak buruk juga, komentar Eren dalam hati.

"Terima kasih," ucap Mikasa.

Eren hanya menyeringai puas saat keesokan harinya menjumpai raut getir beberapa orang, terutama Jean Kirschtein.

»◇◆◇«

»◇◆◇«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

XD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


XD

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang