[10]

419 68 22
                                    

Senin, 22 Juni 2020

War dan Benz baru saja menyelesaikan kelas olahraganya. Mereka berpisah setelah War menyuruh Benz untuk memesan makanannya di kantin terlebih dahulu karena ia ingin buang air kecil.

Pada jarak satu meter dari kantin terlihat sosok pria jangkung berjalan menghampiri Benz yang sedang memesan nasi goreng di ibu kantin langganannya. Pria itu tanpa permisi meletakkan tangannya di atas bahu Benz.

"Hai Natthapong," sapa pria itu ramah. Mungkin sok ramah kalau menurut Benz.

Benz hanya berdecak seraya menggoyangkan bahunya agar pria itu menurunkan tangannya.

"Sshh jangan galak. Nasi gorengnya aku bayarin deh, kamu cari tempat duduk aja."

"Bayarin punya War sekalian sama es teh juga, thank you"

Benz terkekeh dan berjalan menuju meja kantin di dekat pagar pembatas antara kantin dengan taman. Disusul pria jangkung itu sembari memasukkan uang kembalian ke dalam dompetnya.

"Gue ganti nanti ya, dompetnya gue tinggal dikelas," ucap War yang baru saja sampai di kantin.

"Ngga usah, udah dibayarin P'Prom."

"Oh sekarang nyogoknya pake nasi goreng," ejek War.

Pria yang disapa Prom itu hanya megangkat sebelah alisnya menyetujui perkataan War. Sepertinya War mengambil keputusan yang salah untuk bergabung bersama dua sejoli di hadapannya. Astaga mereka benar-benar tidak peduli keberadaan War. Mereka dengan santainya saling menggoda di hadapannya, bahkan di kantin yang kini mulai kedatangan banyak teman sekelasnya dan teman sekelas Prom yang telah selesai mengikuti kelas olahraga.

War memilih untuk memfokuskan matanya ke arah pintu masuk kantin daripada jiwa jomblo dalam dirinya semakin menjerit.

"Lo nyariin Yin? Yin masih penilaian," kata Prom setelah menangkap gerak-gerik War.

"Yin kenapa sih, War? Dia murung mulu kayak lagi mikir sesuatu gitu, tapi pas gue tanyain malah jawabnya ngga ada apa-apa," lanjut Prom.

War menggelengkan kepalanya.

"Lo mau nyamperin Yin ngga? Soalnya gue ngga yakin dia bakalan ke kantin."

"Tapi aneh kalo tiba-tiba nyamperin, aku kan lagi ngga ada kepentingan apa-apa sama P'Yin." 

Sekarang War tengah bertarung dengan batinnya. Ia ingin sekadar basa-basi dengan Yin, tetapi di lain sisi ia juga bingung harus bersikap bagaimana nantinya.

"Lo tuh suka, tapi ngga mau orangnya tahu. Hubungan lo ngga bakal maju kalau kayak gitu terus. Contohlah gue sama Benz, ya kan babe?."

Benz yang ditatap dengan tatapan menggoda sontak memukul lengan Prom.

"Aduh, sakit Benz," keluh Prom dengan wajahnya yang berlagak kesakitan.

Benz tidak menghiraukan Prom dan memilih untuk menyantap nasi gorengnya. Prom kembali memfokuskan pandangannya pada War untuk kembali meyakinkan War.

Prom merasa sudah waktunya Yin untuk memiliki kekasih setelah mendedikasikan hampir seluruh waktunya di SMA hanya untuk lomba dan belajar. Walaupun sebenarnya ia juga tidak tahu apakah War akan cocok dengan temannya, tetapi apa salahnya mencoba terlebih dahulu.

"Samperin aja War sekalian bawain dia roti selai nanas dari kantin pojok, roti kesukaannya tuh. Biasanya mood dia suka balik kalo makan itu."

Dalam hati, War berteriak kegirangan setelah mendapat informasi makanan favorit Yin secara cuma-cuma. Sudah sejak lama ia ingin bertanya kepada Prom tentang barang atau apapun yang disukai Yin. Tadinya ia ingin bawa banyak makanan kesukaan Yin saat di perjalanan menuju tempat lomba debat.

Waruru [YinWar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang