Bahagia sederhana. Jangan pernah menyakiti seseorang tanpa tahu keadaannya. Karena tidak semua yang terlihat baik-baik saja, memang baik-baik saja. Terkadang, yang terlalu memperlihatkan tawanya adalah seorang yang berusaha menyembunyikan luka dukanya.
~elfmda~
•••Hai semua 🤗
Afa comeback.Jangan lupa buat vote and comment
Nggak ada yang sedih kok dipart ini. So, tenang aja ya:) wkwk
Happy reading 😊
Disepanjang jalan Aluka hanya menatap kendaraan yang berlalu lalang dari balik kaca jendela mobil. Gadis itu duduk di samping kursi pengemudi Fernan. Sedangkan, ketiga sahabatnya sudah pergi menuju rumah masing-masing. Matanya melihat sosok anak kecil yang ia temui waktu bersama Frezo kemarin.
"Berhenti Pah!"pekik Aluka, seketika membuat Fernan menancap rem.
Pria itu menoleh ke arah putrinya,"ada apa sayang?"
Gadis itu malah turun tanpa mengindahkan pertanyaan Ayahnya dan berlari menuju anak laki-laki itu. "Tirto?"panggilnya dengan menepuk pundak anak berusia 5 tahunan itu.
Sontak anak itu menoleh kaget. "Kakak,"lirihnya. Aluka tersenyum manis dan hendak merangkul Tirto, namun malah ditepis kasar oleh anak kecil itu.
Gadis itu terkejut,"kamu kenapa Tirto? Kamu mar-"
"Pergi! Jangan deket-deket aku lagi! Aku benci sama Kakak. Dasar pembohong,"sarkas anak itu dengan membuang muka marah.
Aluka tersentak mendengar sentakan kasar dan kemarahannya anak 5 tahunan itu yang mampu membuat hatinya sakit. Ia mencoba meraih kedua tangan Tirto dan menggenggamnya. "Kakak tahu kamu marah sama Kakak. Tapi aku nggak bermaksud buat kamu kecewa. Kemarin Kakak-"
"Kakak tahu berapa lama aku nunggu?"tanyanya dengan muka merah padam menahan tangis. Aluka menggeleng lemah dengan raut muka bersalah dan mengesal. "Sampai jam 11 malam,"lanjutnya membuat mulut Aluka menganga tidak percaya. "Kenapa? Kaget? Nggak percaya?"
"Jam 11 malam,"lirihnya dengan bibir bergetar.
Anak laki-laki itu tersenyum kecut,"iya. Aku nunggu dari jam 6 pagi sampai jam 11 malam. Berharap malaikat aku akan datang, tapi semua hanya dusta!"
Aluka menunduk,"maaf-"
"Maaf? Apa Kakak tahu udah buat waktu aku terbuang sia-sia untuk nunggu kedatangan Kakak yang mustahil itu! Aku sampai nggak kerja hanya buat nunggu Kakak dan berakhir kecewa dengan kelaparan!"bentaknya dengan air mata yang sudah luruh ke pipi gembulnya.
Air mata Aluka ikut luruh melihat anak laki-laki yang sudah ia kecewakan ini. Apalagi membayangkan Tirto harus menunggu kehadirannya dengan perut kelaparan dan berakhir kecewa. "Maaf. Kakak nggak bermaks-"
"Udah! Kalau Kakak mau main-main jangan permainkan hati anak kecil! Apalagi anak kecil kayak aku. Lebih baik aku kerja daripada nunggu kehadiran orang yang nggak paham akan perasaan orang lain. Aku bukan anak orang kaya kayak Kakak yang bisa bebas ngapain aja tanpa harus susah-susah kerja hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Kakak jahat! Jangan pernah temuin aku!"tukasnya kemudian berlari menjauh meninggalkan Aluka yang terpaku di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluka (Proses Penerbitan)
Teen Fiction"Ma, Aluka sakit. Boleh aku tidur sama mama?" "Pergi! Kamu di rumah papamu saja!" ··· "Aluka buatin makanan kesukaan papa." "Bisa kamu pergi dari hadapan saya?!" ··· Aluka Alkenzia. Gadis dengan seluruh luka yang dirasa namun tetap menabur kasih unt...