Enam

591 43 8
                                    

Bisa di bilang ini adalah awal baru dalam kehidupan aku dan Ka Irham.

Akan banyak hari-hari yang yang kami lalui bersama. Dari suka, duka, susah, senang kami harus melaluinya bersama.

Resepsi pernikahan yang kami gelar berlangsung dari pukul empat sore sampai pukul delapan malam di gedung serbaguna yang jaraknya tak jauh dari rumah Bunda. Kami sengaja memilih lokasi itu, karena saat acara selesai kami bisa langsung pulang ke rumah dan tak usah repot-repot memesan hotel. Toh kami juga akan berangkat bulan madu ke bali ke esokannya.

"Nis ..., kalau kamu sudah selesai mandi biasakan untuk menyiapkan keperluan mandi suami kamu juga, setelahnya kamu siapin makananya," saran Bunda saat melihatku mengambil segelas air dingin untuk diminum.

"Ka Irham sedang mandi, Bun," jawabku. "Lagian Anisa juga belum tau harus menyiapkan pakaian seperti apa untuk dia."

Mengingat pakaian Ka Irham saja masih di dalam koper. Dan aku juga belum tau pakaian seperti apa yang dia suka dan mau untuk bersantai. Lagi pula aku dan Ka Irham hanya pernah bertemu tiga kali saja setelah proses Khitbah waktu itu, jadi selebihnya hanya melalui ponsel untuk berkomunikasi, itu pun hanya seperlunya saja.

"Anisa, itulah kewajiban seorang istri. Bertanya dan mencari tau apa yang suami butuhkan. Jangan nunggu di minta suami, pamali," kata Bunda mencoba mengingatkan "Kalau kamu hanya berdiam diri seperti ini, mana mungkin bisa tau apa yang suaminya butuhkan."

Ucapan Bunda yang membuat ku terdiam dan mencerna setiap perkataan yang di lontarkan.

"Belajar buat jadi istri yang baik yah, nak! Tidak akan susah kok, kalau dilakukannya sepenuh hati" Pinta bunda mengusap lembut pundakku lalu pergi ke kamarnya.

Kenapa juga Bunda harus bicara itu di hari pertama aku menjadi seorang istri. Gak tau apa anaknya saat ini lagi gugup banget. Lagian dengan berjalannya waktu Anisa juga akan belajar dengan sendirinya.

Aku mencoba menghela napas panjang dan kembali meneguk minuman secara perlahan. Dalam diam aku kembali membayangkan bagaimana menjadi istri yang baik untuk kedepannya.

Dan jujur itu membuatku geli dan merinding sendiri saat membayangkannya. Bukan memikirkan hal kotor, tapi memikirkan yang hal-hal yang memang mampu membuat suami bahagia.

Beberapa menit sudah berlalu, aku yang baru masuk ke dalam kamar melihat penampakan yang begitu menyejukan hati, pemandangan yang sayang jika di lewatkan begitu saja. Yaitu ketika melihat Ka Irham sedang duduk di atas sajadah dan melantunkan ayat suci (Al-qur'an).

Suaranya begitu merdu dan menggetarkan hati. Bahkan aku baru tau saat dia memiliki suara yang begitu indah. Dan mampu membuat aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama saat mendengarnya.

Aku yang berniat memberikan minuman dingin untuk Ka Irham akhirnya memilih meletakan minuman tersebut ke atas meja, karena aku tidak mau mengganggu dirinya cuma karena memberinya minuman ini.

Dan ternyata pergerakan ku membuat Ka Irham langsung menoleh ke arahku.

"De!" sapa ka Irham yang langsung menandai halaman bacaannya.

"Gak apa-apa, Kak. Lanjut aja," kataku yang merasa tak enak hati. "Lagian Anisa juga mau mandi, kok."sambungku.


Ka Irham mengangguk singkat sebelum akhirnya melanjutkan kembali aktifitas mengaji nya.

Sedangkan aku memilih bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Melihatnya seperti itu saja membuat jantungku berdetak lebih cepat, bagaimana jika melihat sisi lainnya. Ya Tuhan aku lagi mandi saja wajah Kak Irham terus menghantui pikiranku ku, sebenarnya ada apa denganku. Apa mungkin aku mulai menyukai sosoknya, atau mungkinkan ini cinta. Ahhh ...., tidak. Tidak mungkin aku mencintai lelaki secepat ini.

Semua Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang