Sesuai instruksi bahwa ia harus menuruti ucapan pria asing di hadapannya, memang benar jika ia memaksa untuk melepaskan diri gaun itu akan jatuh dan mendarat di atas lantai. "Baiklah, aku mengalah."
Kevin tersenyum smirk dengan perlahan satu tangannya mulai menelusuri punggung mulus milik Cassandra dan membuat repleks wanita itu menggeliat ke depan semakin memberi tekanan dalam di bagian bahaya, Kevin memainkan jemari-jemari tangannya untuk menelusur naik perlahan untuk mencari pengait gaunnya, Kevin menahan nafas surai panjang milik wanita berkacamata itu justru tersangkut di bagian resleting gaun, "Rambutmu tersangkut."
"Aku datang kemari untuk meminta tolong, karena tanpa sengaja rambutku tersangkut dan aku kesulitan." Cassandra menambahi dengan nada terpaksa, "Apa kau bisa membantuku melepaskannya? kita justru terjebak di posisi yang entah harus aku sebut apa kejadian saat ini."
"Kau pegangi kedua piramidamu, dan aku akan segera merubah posisi tubuhku." Kevin menatap lekat kedua manik milik si wanita berkacamata, "Aku janji, tak akan mengintip." sambungnya.
"Serius?"
"Ya."
"Kali ini aku mempercayaimu, awas saja cabul!"
Kevin menekan punggung Cassandra, memberikan peringatan jika ia merasa tersinggung. "Mau sampai kapan kita berada di posisi seperti ini?"
"Ah, lupa." Cassandra mulai menaikkan kedua tangannya menuruti intruksi pria asing tadi untuk menutupi piramida miliknya dan berharap perasaan canggung ini segera lenyap.
Melihat kesempatan, Kevin segera merubah posisinya. kini ia berada tepat di bagian belakang punggung si wanita berkacamata, "Aku akan cepat."
Cassandra mengangguk.
Kevin menaikkan kedua tangannya sebari sedikit menundukkan kepala, bagian punggung yang mulus itu nampak semakin menjadi godaan terberat untuknya bagaimana ia ingin segera menerjang di dalam lembah kemabukan di dunia, jemari tangannya mulai menyentuh dan meraba perlahan. "Jangan banyak bergerak, aku mohon." dengan nada surau Kevin meminta, ia sungguh takut tak mampu menjaga hasrat biologisnya yang sudah beberapa minggu tak tersalurkan.
Kevin melakukan aksinya dengan cepat, rambut yang tersangkut itu kini terlepas dan dengan segera Kevin menaikan gaunnya di akhiri oleh resleting gaun itu yang tertutup.
"Maaf atas ucapan burukku tadi dan terima kasih sebelumnya." tanpa menoleh Cassandra segera berlari kearah pintu dan segera lenyap di balik suara dentuman.
Cassandra segera berlari untuk menebus waktu yang terbuang, malam ini kencan mereka akan di mulai, karena insiden tak mengenakan tadi Miran memilih untuk memesan satu kamar sendiri, mau tak mau Cassandra menyetujui permintaan sang kekasih untuk secara tidak langsung membujuknya. Casandra merapikan pakaian beserta surainya namun ia justru mendapatkan satu tamparan cukup keras sampai wajah tirusnya berpaling ke samping, Cassandra terkesiap kedua matanya melotot tak menyangka di depan banyak orang ia justru di permalukan.
Cassandra mengusap pelan pipi kirinya, lalu mulai bertanya. "Kenapa anda menampar saya?"
"Pura-pura bodoh atau sebuah taktik seorang gadis polos yang tengah bermimpi untuk menjadi seorang putri?"
Cassandra menghela, ia benar-benar tak memiliki banyak waktu di tambah pandangannya mengabur akibat kacamata yang sering ia gunakan justru terlepas dari tempatnya, "Saya benar-benar tidak paham dengan maksud anda, jika tidak ada hal yang penting. Maaf, saya harus pergi."
Cassandra berlalu namun si wanita yang tengah marah itu justru menjambak surai panjang milik Cassandra dari arah belakang, sontak ia terhuyung dan nyaris terjatuh.
"Benar-benar seorang gadis murahan! menggoda tunangan orang dan sekarang berlagak tak tahu apa-apa?"
Suasana semakin hening, Cassandra yakin jika saat ini mereka tengah menjadi tontonan gratis pelanggan kapal yang lain, Cassandra mencoba untuk tetap sabar meski ia berusaha menelaah kesalahan apa yang ia perbuat sampai harus berdebat dengan orang asing kembali.
Sungguh kesialan yang double.
"Saya tidak tahu orang yang anda maksud."
"Kamar 209."
Deg!
Tiba-tiba degup jantungnya berpacu dua kali lipat, tubuhnya gemetar karena terkejut ia ingat kali ini, nomer kamar itu adalah kamar si pria cabul yang berhasil menolongnya meski justru menambah insiden kesialan baginya, Cassandra menengadahkan pandangannya menatap layar ponsel yang tengah memutarkan sebuah video, video di mana ia tengah dipeluk oleh seorang pria. Cassandrs semakin tak mampu bergerak, disana nampak jelas jika posisi mereka sangat bersalah.
Cassandra mengedipkan beberapa kali kelopak mata dan menghela sebanyak mungkin, masalah apalahi kali ini? kenapa ia justru mendapatkan kesialan yang banyak dalam satu hari secara berturut-turut,
"I ... t .... u, sebuah kesalah paham, sungguh itu salah paham." Cassandra mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya, memang ia benar-benar bukan gadis murahan.
"Apakah adegan dalam video ini dapat di percaya? kau pikir kami yang melihat video saat ini seorang bocah ingusan? kau tahu siapa pria yang memelukmu?"
Cassandra menggeleng.
"Dia tunanganku, Kevin Sterford. Sekarang tahu?" sang wanita itupun mendekat, "Valerienza."
Cassandra semakin terkejut, pantas saja ia mengenali suara si wanita rupanya dia adalah seorang aktris yang sialnya Cassandra seorang fans berat untuknya, seharusnya ia bahagia bisa bertrmu langsung dengan sang idola namun tidak dalam kondisi saat ini bertemu karena di tuduh merebut tunangan orang.
Pria cabul!
Cassandra kembali mengumpat, entahlah dalam satu haru ini ia sudah berapa kali mengumpat perkataan kotor.
"Nona Valerie, sungguh anda salah paham atas video itu. Sungguh saya tak memiliki niat untuk merebuat tunangan anda."
"Bohong!"
plakkkk!!!
Cassandra kembali mendapatkan satu tamparan mutlak dan sangat keras. sudut bibir nya mengeluarkan rembesan darah segar, tak terasa satu tetes air matanya justru lolos tanpa ia tahan. Untuk pertama kali, ia merasakan di tampar di depan umum. Cassandra mengusap sudut bibirnya, nampak cairan darah itu ikut menempel di punggung tangannya tanpa sadar Cassandra melemaskan kedua lututnya, tubuhnya ambruk di atas lantai sebari menengadahkan pandangannya.
Mata buramnya seperti mendapatkan satu keajabian, sang idola mulai menampakkan wajah anggunnya seperti di dalam televisi. Sesaat ia tertegun akan kecantikannya, namun setelah tahu sifat aslinya Cassandra sedikit kecewa. "Saya Minta ma ...."
"Untuk apa kau melakukan ini?" Sang tokoh pria yang tengah menjadi perbincangan seisi kapal pesiar pun akhirnya memunculkan batang hidungnya bak seorang pahlawan yang akan menolong putrinya, Kevin berjongkok sebari berusaha untuk membersihkan darah di sudut bibir Cassandra.
"Lepas."
"Tidak."
"Lepas!"
"Aku bilang tidak!"
"Lepaskan tanganmu!! apa kau tak sadar? sejak awal kita bertemu kau selalu memberiku begitu banyak kesialan!" Cassandra membentak, ia tak kuasa untuk membendung air matanya yang semakin banyak, ia merasa hal yang ia inginkan selalu memberikan hasil yang bertolak belaka, Cassandra mulai terisak, "Gara-gara kau memelukku tadi, aku harus menanggung semua ini!"
Kevin terdiam, tatapan nanar terhunus di kornea milik Valerie, pria itu bukan marah lagi tetapi brnar-benar dengan satu tangannya ia kepal sampai buku tangannya ikut memucat, Valerie mulai sedikit khawatir ia kesulitan mengontrol emosinya ketika marah. Kevin masih diam, pria itu di posisi sama dan menatap tajam kearshnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY YOU
RomansaGadis polos bernama Cassandra atau kerap di panggil Caca itu melakukan sebuah perjalanan romantis di atas kapal pesiar bersama sang kekasih untuk berlibur romantis, Cassandra begitu mencintai sang kekasih. Namun, sebuah insiden menimpa Cassandra ket...