BAB 30 [END]

671 43 33
                                    

******

"Kamu yang akan selalu jagain aku! Kamu nggak akan kemana-mana!" bantah sakila yang berjalan mendekati Glace.

Lelaki itu tersenyum hangat, lalu menarik tubuh gadis itu kedalam dekapannya dengan susah payah.

"Aku nggak akan pernah pergi kemana-mana. Aku akan selalu ada di dalam hati dan pikiran kalian semua, termasuk kamu."

"Jangan pernah berubah. Terus menjadi Aca-nya Lino. Yang ceria dan bawel. Jangan nangis terus, nanti cantiknya ilang." gurau Glace yang membuat Sakila memukul lengan cowok itu.

Semua orang tertawa geli melihat itu.

"Kamu ingat? aku pernah berjanji kalo kita udah lulus Sma, aku bakalan nikahin kamu?" tanya Glace yang membuat sakila mengangguk dengan wajah merona.

"Maaf, mungkin aku akan mengingkari janji itu. Jangan pernah membenci takdir, hanya karna aku pergi. karena kamu, masih punya banyak orang yang sayang sama kamu."

Orang-orang yang berada disana menatap kearah Glace dengan tatapan bingung.

"Maksud kamu?" tanya Sakila.

Glace hanya tersenyum menanggapi. Tangannya mengelus lembut pipi gadisnya. "Mungkin perjuanganku hanya sampai disini. Tuhan itu Maha adil. Karena masih memberi kesempatan untuk bertemu dengan gadis yang aku cintai dan orang-orang yang aku sayangi. Aku nggak akan pernah menyesal jika aku mati hari ini, karena telah berhasil menyelamatkan dirimu." ujar Glace berusaha menahan sakit saat dadanya terasa sesak kembali.

"Mau peluk, boleh?" tanya Glace yang langsung diangguki Sakila.

Gadis itu memeluk erat tubuh cowok itu dengan bahu yang bergetar menahan tangis. Glace memeluk tubuh gadisnya tak kalah erat.

"Mungkin tuhan mempertemukan kita hanya untuk membuat cerita indah yang sesaat. karena pada dasarnya, semua yang ada didunia ini tidak ada yang abadi. Jaga kesehatan dan jangan lupa bahagia."

Glace mengatupkan bibirnya. Kedua matanya terpejam saat rasa sesak dan sakit di dadanya semakin terasa.

"Lino?" panggil Sakila.

Gadis itu semakin mengeratkan pelukan itu. Sakila merasakan detak jantung lelaki itu yang kian melemah.

"Aku mencintaimu Sakila. kamu adalah cinta terakhi, hingga maut memanggil." Glace berbisik dengan bibir yang bergetar.

Sakila dibuat bungkam. Kedua matanya tak sanggup saat merasakan nada suara cowok itu yang seperti menahan kesakitan.

Glace menitihkan air matanya, saat rasa sakit semakin terasa dan menjalar diseluruh tubuhnya.

"Maaf, mungkin tugasku untuk menjagamu, kini telah selesai."

"Aku mencintaimu, jaga diri baik-baik, dan maaf, aku harus mengingkari janji yang pernah aku katakan."

Glace menarik nafasnya. "I love you." Nafasnya tersengal-sengal. Sakila menjauhkan tubuhnya saat dokter Rian mendekat dan ingin memeriksa kondisi cowok itu.

"Asyhadu an la, ila haillallahu waasyahdu anna muhammada rasulullah."

Bertepatan dengan mesin EKG yang berbunyi nyaring, menunjukan garis lurus bersamaan dengan stetoskop yang di pegang Dokter Rian terjatuh ke lantai.

Tubuh Dokter Rian terasa kaku untuk sekedar dia gerakan. Bibirnya menipis dan kemudian berbisik lirih pada Glace.

"Kamu pasien paling kuat yang pernah om tangani. Selamat jalan Glace, om menyayangimu."

𝙲𝙾𝚆𝙾𝙺 𝙳𝙸𝙽𝙶𝙸𝙽- [ʀᴇᴠɪsɪ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang