CHAPTER 31

269 44 92
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hwang Jimin layaknya asam asetil salisilat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hwang Jimin layaknya asam asetil salisilat. Paragon bagai analgesik yang mumpuni meredakan rasa nyeri yang menggerogoti daksa. Hiperbol memang. Pada realitanya, Jimin memiliki kadar aspirin yang terlingkup melalui senyuman dan sentuhan yang selalu berhasil membuat Jiya melupakan monster yang tengah asik memporak-porandakan Jiya. Termasuk bayangan monster perkara Taehyung yang mutlak meninggalkannya setelah menitipkan buah hati, lagi. Bajingan.

Manifestasinya terasa nyata. Saat bentala dihiasi senyuman lebar dari mentari, terik dan panas, Jimin menyeruak masuk ke dalam mintakat Jiya. Meminta maaf dengan vokal serak yang nampak lemah perkara tragedi tempo lalu soal Jimin yang memberikan rasa sakit pada Jiya dengan mencium Yieun. Dia jujur; bilang bukan afeksi, namun kala itu Jimin terlanjur tersulut emosi sehingga menjadikan Yieun sebagai boneka pengalihan rasa. Kemudian, menyadari Jiya yang masih lemah, Jimin membiarkan diri untuk menemani kenya tersebut, menjadi medikamen Jiya; berhenti jadi pekerja profesional meskipun kantor tengah dihantam problematika besar. Baginya, Jiya lebih esensial.

Jimin kembali menarik kewarasan. Tidak ingin terus-terusan membiarkan Yieun memasuki kalbunya, sehingga Jimin mencoba untuk terus bersama Jiya dan menginvestasikan seluruh hatinya pada Jiya. Seluruhnya khusus untuk Jiya; tidak mau memberikan sedikit pun untuk Yieun.

Semua berawal dari pertemuan itu. Jimin yang memasuki mintakat Jiya, maka ia tidak punya privilese untuk meninggalkan Jiya. Jimin telah memberi invitasi pada Jiya, maka ia tidak boleh mengabaikan. Sepenuhnya ia beri jantung hati pada kenya yang momen ini tengah duduk menekuk lutuk dengan jemala terjatuh di bahu bedegap Jimin. Tidak mau mengkhianati perempuan terkasihnya hanya karena afsun dadakan Yieun.

“Jimin, I’m tired.”

Klausa itu kembali menyeruak masuk pada rungu Jimin. Entah yang ke berapa kalinya, dua puluh, atau bahkan lebih dari kuantitas itu. Dua puluh persen tertanda sebagaimana Jimin mengoperasikan serebrum untuk menemukan histori di balik sikap eksentrik Jiya. Jimin pikir, ada hal lain yang jadi gada baginya selain rasa nyeri dari sesuatu yang hadir di garbanya. Ada basis esensial lain yang menekan Jiya, pikirnya. Jiya kenapa?

Wajah kacau seperti pecandu medikamen ilegal. Person tersebut memberi visualisasi netra gelap bagai inferno dengan warna aswad mengelilingi yang sedikit membengkak, berikut labium pucat pasi tanpa warna biram elok seperti biasanya. Daksanya sedikit bervibrasi, entah sebab dingin atau ada histori lain. Untuk pertama kalinya, perempuan yang suka dipuja-puja oleh dirinya itu kacau bagai rencana rampung yang berfinal gagal. Jimin penuh oleh kuriositas berkat itu.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang