THAT'S FIRST HAPPENING

15 1 0
                                    

Rasanya aku butuh mandi. Udara terasa sangat panas. Semua bajuku basah oleh keringat. Hampir terjatuh dari perahu memang konyol. Tak kusangka akan seperti ini perjalanan pertamaku seusai mengikuti training panjang dan melelahkan selama berbulan-bulan. Setelah melalui beberapa kali diskusi, aku resmi bekerja untuk keluarga Decode.

Bila teman-temanku sibuk mengapply pekerjaan, aku sudah mulai menghasilkan pendapatanku sejak training. Meski konsekuensinya kakakku jadi mengabaikanku. Tak satupun komunikasi terjadi diantara kami. Dia menolak mengangkat telepon atau berbicara langsung denganku. Begitu menutup rumah kami dan berpindah menuju mes para staf, Octa juga menghindariku. Dia lebih banyak menghabiskan waktu diluar bersama Nyonya besar.

"Nona, perjalanan selanjutnya lewat sana."

Perutku langsung bergejolak, saat akhirnya bisa turun di Pelabuhan kapal motor. Kupandang arah yang ditunjukkan oleh seorang penumpang perahu. Kami sama-sama memulai perjalanan dari kota menuju daerah pesisir siang tadi. Hari sudah hampir sore. Apa yang kulakukan sekarang? Kacau.

"Apakah tidak ada jalan darat atau jalan lainnya?" Bola mataku hampir keluar melihat lautan lagi.

Ibu muda itu menggeleng. "Tidak nona, rumah keluarga Decode berada di pulau sebelah. Kami semua cukup bersyukur karena keluarga Decode sering membantu usaha kecil kami disini. Sebentar biar kupanggil nelayan perahu ke pulau sebelah ya."

Aku menghela napas panjang. Percuma saja aku mengeluh. Hasilnya tetap sama.

^

Converse itu persis dengan yang pernah kulihat ditempat Latihan Han. Sekarang aku paham mengapa Sadam Alta Decode memilih tempat yang sama denganku untuk mendapat pelatihan dasar teknik melindungi diri.

"Lo udah bangun?"

Aku mengernyit kesal, mendapati kondisiku sekarang. Duduk diatas tempat tidur asing sambil menebak apa yang harus kulakukan selanjutnya, disini. Ditempat tinggal persembunyian Sadam. Tempat rahasia yang ajaibnya berhasil kutemukan.
Aku bersumpah Tn Herry akan menanggung semua akibat dari perbuatannya ini. Pantas Octa mati-matian meyakinkanku agar tidak mudah memercayai Tn Herry. Omongannya tidak bisa dipegang. Bagaimana pun atasan kami itu hanya alat Decode untuk mewujudkan keinginan mereka. Dan inilah tugas pertamaku?

Monalisa yang bodoh.

"Ada yang bisa dimakan, disini?" tanyaku sambil menatap sekitar. Jujur aku tidak nyaman berdua ditempat yang sama dengan Sadam. Meski dipastikan tidak akan terjadi apa-apa diantara kami tetap saja aku harus menghindarinya.

Sadam menghembuskan napas pelan. Dengan mata yang disipitkan dia membalas, "Lo masih nggak percaya sama gue?"

"Nggak ada satu pun Decode yang bisa dipercayai."

Sadam mengubah ekspresinya. Dan aku berani bersumpah kalau dia sedang menahan tawa. Aku tidak bisa menyangkalnya. Aku memang seorang badut yang sedang berusaha keras mencairkan suasana disini. Siapa yang menebak akan seperti ini tugas pertamaku.

"Nggak satu pun, kecuali Shin." Gumamnya acuh.

Tanganku terkepal otomatis. Kubalas pandangan Sadam dengan amarah. Beraninya dia membawa Shin dalam masalah ini. Jelas-jelas dialah pembuat onar sesungguhnya dan masih bisa memakai nama orang lain untuk menutupi kesalahannya. Walau itu nama adiknya sendiri.

"Kenapa gue merasa lo malah ingin nerkam gue." Gumam Sadam sambil menyandar.

"Sadam, stop..." Aku berdiri dari kasur itu dan bergerak menuju pintu dalam ruangan itu.

"Apaan... gue belum ngelakuin apapun dan lo udah bersikap seakan gue hanya sampah yang nggak sengaja lo temuin."

Aku mengabaikan omong kosongnya. Sebelum tanganku meraih gagang pintu, lenganku sudah ditarik dengan sekali gerakan. Beruntung aku masih waras, jadi tangan nakal itu segera kutepis namun akibatnya tubuhku malah ikut terdorong ke tembok dan badan atletis Sadam menghimpitku hingga tidak bisa berkutik.

THE POLAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang