Kevin tetap memaksa, ia tak suka jika keinginannya sulit terkabulkan. ia memaksa Cassandra untuk berdiri kembali, merendahkan harga diri sendiri bukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah. "Aku akan bertanggung jawab." Kevin berucap santai dengan sangat tak tahu diri ia justru tersenyum menggemaskan, "Rupanya kau lucu sekali ketika tertekan."
Kurang ajar!
Cassandra mendelik, bisa-bianya si pria cabul ini justru menghiburnya. "Aku benci dirimu!" Cassandra berlalu setelah sadar jika waktu miliknya terkuras banyak, dan berlalu begitu saja tepat di hadapan keduanya.
Kali ini hanya ada Valerie dan Kevin, tatapan pria itu berubah drastis ketika kembali menatapnya. Valerie tersenyum sinis kini ia sadar jika selera dari pria bernama Kevin benar-benar buruk. "Rupanya aku salah menilaimu."
"Berhenti mengganggu hidupku!" Kevin menegaskan, "Bukan kah sudah sangat jelas jika wanita seperti apa yang aku suka?" tegasnya dengan penuh penekanan.
Valerie terkekeh, ucapan pria di hadapannya pasti hanya candaan. "Berhentilah berulah, kau tahu bukan kita akan segera menikah."
"Dalam mimpi!"
Kevin berlalu begitu saja tanpa kembali menoleh, ia benar-benar pergi dengan sangat angkuh.
"Dasar wanita polos sialan!"
Di dalam sebuah restaurant yang memiliki nuansa mewah namun tenang, Cassandra tengah menikmati pemandangan laut malam. Wanita itu sengaja duduk di dekat jendela, ia benar-benar ingin mewujudkan kisah kehidupannya seromantis mungkin sesuai dengan sebuah novel yang selalu ia baca.
Cassandra tersenyum sebari menatap makannan di hadapannya, sudah lewat tiga puluh menit dari jam yang mereka janjikan namun Miran tak kunjung menemui, apakah pria itu kesulitan mencari keberadaannya atau mungkin Miran memang belum sepenuhnya memafkan kesalahan-kesalahan kecil yang sempat menghambat liburan mereka, Cassandra mengalihkan pandangan mencoba melihat kearah sekitar dan berusaha untuk tetap tenang jika Miran benar-benar akan menemuinya.
Gadis itu masih duduk sebari mengelus-ngelus kedua lengannya secara bersamaan, malam semakin larut dan Miran masih belum menampak kan batang hidungnya, sangat lelah menunggu Cassandra memutuskan untuk kembali ke dalam kamar.
"Apa yang kau lakukan?" Cassandra terkejut ketika si pria cabul itu tiba-tiba duduk lalu menenggak wine yang ia sajikan untuk Miran, "Dasar pria cabul!"
"Kevin."
Cassandra terperangah, tingkahnya mulai salah. degup jantungnya justru berdebar, "Apa?"
"Namaku Kevin, bukan pria cabul." Kevin tengah asik memakan makanan yang Cassandra pesan, "Rupanya pacarmu itu tak datang ya?"
"Bukan urusan anda, tuan Kevin yang terhormat."
"Bagaimana jika kita bermain?" Kevin menghentikan aktifitas makannya, ia menatap manik milik Cassandra dengan sangat serius. "Bagaimana menurut nona Cassandra?"
"Kau tahu namaku?" Cassandra semakin terkejut, ia menatapnya keheranan.
Kevin memainkan jemari tangannya lalu bersidekap sebari bersandar di kepala kursi, "Aku bahkan tahu ukuran Bra dan celana dalammu."
"Dasar pria cabul! sejak awal, aku yakin kau pria aneh!" Cassandra segera memeluk tubuhnya sendiri, rona wajahnya memerah setelah apa yang Kevin ucapkan memang membuatnya malu.
Kevin terkekeh renyah, "Kau benar-benar menggemaskan pantas saja mudah sekali menarik perhatianku."
"Keluar dari hidupku, pacar bar-bar mu itu sangat meresahkan." Cassandra berdiri lalu berniat berlalu meninggalkan Kevin namun urung ketika sebuah cekalan mendarat di pergelangan tangannya.
"Aku tengah sedih, bisakah sebentar saja kau menemaniku?" nada suaranya pelan, penuh dengan permohonan.
"Kau memiliki kekasih."
Kevin menarik nafas, "Dia bukan kekasihku, kami hanya dipaksa."
Cassandra kembali mendapatkan kejutan, mungkin menemaninya sebentar mampu mengobati perassan kacau dalam dirinya, Cassandra kembali duduk sebari berdehem memberi kode untuk Kevin meleoaskan cekalan di pergelangan tangannya.
"Baiklah, aku akan menemanimu sebentar."
"Terima kasih."
Kevin kembali melanjutkan proses makan, pria itu nampak tenang dan sangat menikmati bahkan Cassandra tak mampu mengelak jika ketampanan pria di hadapannya ini benar-benar idaman bahkan Cassandra tak mampu berhenti menatapnya.
"Aku sudah selesai, mau ikut denganku?"
Cassandra berniat menolak namun mimik wajahnya sudah terbaca oleh Kevin, "Aku akan menunjukkan sesuatu agar kau berhenti untuk berharap pada satu pria."
Cassandra sedikit terpancing, ia berusaha tetap tenang dan menjauhkan pikiran-pikiran buruk tentang Miran, bisa saja jika Kevin tengah membual untuk membuatnya kesal. Sebari terus melangkah, Cassandra merasa jika degup jantungnya berkecamuk semakin tak menentu berulang kali ia menghela dan menarik nafas namun tak kunjung mereda, ia semakin merasa ganjal dan gelisah.
Kevin spontan menggandeng tangan miliknya, meski berusaha menolak, jelas usahanya akan sia-sia dengan sangat hati-hati Cassandra mengikuti setiap langkah pria di hadapannya.
"Untuk apa kita ke kamarku?" Cassandra melepaskan diri, ia memeluk tubuhnya dengan tatapan waspada. "Dasar pria ca ....!" ucapannya terhenti karena Kevin tanpa aba-aba justru menyergap kedua bibirnya dengan sebuah lumatan hangat dan lembut.
Kevin tersenyum, "Itu untuk bibir manismu yang sangat nakal, sekali lagi bilang begitu ...." Kevin menggantung ucapannya dan mulai mendekatkan wajah miliknya seraya memeluk hangat pinggang ramping milik Cassandra. "Aku bisa melakukan hal yang jauh lebih dari kata ciuman."
"oke,oke menjauhlah dariku!"
"Sejak kapan pintu ini terbuka?" Cassandra berusaha mengingat jika ia benar-benar sudah menutupnya rapat.
"Masuklah ke dalam, aku akan menunggumu di sini ... siapa tahu kau mau ikut kabur denganku?" Kevin menggoda dengan tatapan yang justru membuat Cassandra benci akan ekspresinya.
Cassandra sedikit gelagapan, "Aku tidak akan kabur."
Dengan sangat hati-hati kakinya mulai melangkah masuk, di sana banyak sekali balon berbentuk hati yang sempat ia siapkan untuk merayakan hari istimewa mereka, namun betapa hancurnya hati Cassandra ketika kedua manik miliknya justru mendapatkan sebuah luka. Miran tengah asik bercumbu dengan seorang wanita, Cassandra berusaha tetap tegar menahan pelupuk matanya agar tak meneteskan air mata. "Rupanya kau di sini?"
Miran terkejut, ia segera merapikan pakaiannya lalu menoleh. "Kenapa kamari? bukankah aku sudah bilang untuk menunggu di restaurant ?"
Cassandra menghela berat, tetes demi tetes airmatanya mulai berjatuhan "Aku sudah menunggu lama disana."
"Sekarang kau justru mengusirku? di kamarku?" Cassandra mulai meradang, ia benar-benar kecewa akan perbuatan Miran, di saat ia mati-matian berusaha mweujudkan mimpi romantisnya justru terpatahkan oleh kekasihnya sendiri. "Bahkan semua perjalanan romantis ini aku yang membayar."
Prok! prok! prok!
Suara tepukan itu berasal dari arah pintu, Kevin tiba-tiba masuk dan melanggar ucapannya untuk menunggu di depan pintu. Kevin melihat Cassandra sangat terpukul, "Sangat luar biasa, seorang wanita rela membayar perjalanan romantis ini demi pria bodoh seperti anda."
"Siapa kau?" Miran beranjak bangun dan sang wanita yang sempat bercumbu dengannya lari dengan tergesa meninggalkan ketegangan yang mencekam.
Kevin mendecih, "Tak perlu tahu siapa saya, yang jelas kau sebagai seorang pria sangat tidak memiliki harga diri."
Miran mencengkeram kerah kemeja milik Kevin, "Kau, orang asing untuk apa ikut campur masalah oranglain? apa kau selingkuh Cassandra?" Miran menoleh dengan begitu membara, "Rupanya kau sama saja seperti wanita murahan pada umumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY YOU
Roman d'amourGadis polos bernama Cassandra atau kerap di panggil Caca itu melakukan sebuah perjalanan romantis di atas kapal pesiar bersama sang kekasih untuk berlibur romantis, Cassandra begitu mencintai sang kekasih. Namun, sebuah insiden menimpa Cassandra ket...