Not yet but soon

1.4K 115 28
                                    


Masih ingat dengan sepotong memori ini?.

👇👇👇👇

Ketika itu sore hari dan waktunya para pelajar untuk pulang. Can menghentikan aktivitasnya dan sejenak duduk. Dia melepas alat bantu yang terpasang erat di kaki kanannya. Can memijat kaki kanannya karena merasa sakit. Terlihat juga beberapa bagian kakinya membiru karena terlalu lama memakai alat bantu itu.

Can sejenak berfikir untuk pulang tanpa menggunakan alat bantu itu. Tapi sekarang kaki nya benar benar sakit dan sulit digerakkan.

"Ah sial! Dipakai atau tidak, tetap tidak ada bedanya!". Can menggerutu kesal

Sedang sibuk memikirkan nasib kakinya, mendadak can merasa melayang diudara.

"Woah....! Apa apaan......".

Can yang merasakan dirinya diangkat oleh seseorang, merasa kesal dan siap untuk menghajar orang itu. Namun can hanya terdiam setelah mengetahui orang itu adalah tin.

Tin membawa can yang terdiam ke mobilnya dan bersiap mengantar can pulang.

"Mau makan dulu?". Tin bertanya

"Aku masih kenyang". Can menjawab dan hanya melihat ke arah depan.

*pi pi pi*
Ponsel can berbunyi dan can menerima panggilan itu. Can tersenyum dan terlihat sangat bersemangat membuat tin tidak suka.

"Halo p'noh. P' dimana sekarang?. Sudah akan kembali?. Baiklah aku akan ke tempat P' sekarang. Hmm, ok p'. Bye P' ".

Can mencoba bicara sepelan mungkin agar tidak didengar oleh tin. Well .... tentu saja itu mustahil!. Tin duduk tepat disebelahnya, tidak mungkin tidak dengar pembicaraan mereka. Lagi pula dengar juga tidak masalahkan?. Tin tidak akan perduli.

"Hmm, tin bisa turunkan aku disana saja?". Can menunjuk halte dijalan.

"Kenapa? Bukannya rumah mu masih jauh?".

"Iya. Hmm., aku tidak akan pulang. Aku mau kerumah teman dulu".

"Ini sudah terlalu sore. Kau tidak akan mendapat bus jika ke rumah temanmu dulu. Sebaiknya batalkan saja".

"Aku akan menginap tin. Jadi turunkan aku".

Tin tau betul siapa teman yang can maksud. Tin menginjak gasnya dalam dan membawa can pergi lebih jauh dari tempat yang can ingin datangi.

"Tin!".

Can ketakutan karena kecepatan mobil tin yang diluar batas aman. Can memeluk seatbelt yang dia gunakan dan menutup mata nya rapat takut tiba tiba mereka menabrak apapun yang berada dijalan.

15 menit merasakan adrenaline rush membuat can terduduk lemas di posisinya.

Tin membuka pintu mobil yang berada di sebelah can dan menggendong can keluar dari mobilnya, membawanya masuk ke rumahnya menuju kamarnya.

Can yang mulai menyadari dirinya dibawa ketempat asing berteriak kencang membuat semua pelayan dirumah tin panik. Mereka takut tuan muda mereka itu menculik seseorang.

Tin melempar can ke kasurnya dan mengunci kamarnya. Can sempat berusaha kabur namun kakinya ditarik oleh tin dan membuatnya kembali posisinya di kasur itu.

Can memberontak ketika tin mendekati dan mencoba memegang tangannya. Beberapa kali can memukul wajah tin meninggalkan bekas merah di pipinya namun tin tetap tidak melepas can.

Kini tin berada di atas can dan mencengkram kedua pergelangan tangan can yang akhirnya mulai tenang karena kelelahan melawan.

"Kenapa? Kenapa kau berubah? Jika ini semua karena aku batal menjemputmu maka aku minta maaf!. Ku akui itu semua kesalahan ku. Tapi malam itu aku kesana mencari mu, tapi kau sudah tidak disana can".

My Can Medhtanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang