BAGIAN 5

114 8 0
                                    

"Heaaa...!" Pendekar Rajawali Sakti cepat menggebah Dewa Bayu, ke arah wanita bertopeng berlalu tadi. Begitu cepat lari kuda hitamnya, hingga yang terlihat hanya kelebatan bayangan hitam dan putih saja. Maka tak heran kalau tak lama, Pendekar Rajawali Sakti telah melihat sosok berwarna merah muda di atas punggung kuda coklat, berjarak lima puluh tombak.
Sementara sosok wanita di depan sana tampak memperlambat jalan kudanya ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Kelihatannya tidak sembunyi-sembunyi.
Kini makin lama jarak mereka semakin dekat. Persis setelah beberapa saat melewati batas Desa Kaligondang. Sengaja sosok yang ternyata seorang wanita itu menghentikan laju kudanya, seperti menunggu Pendekar Rajawali Sakti yang telah memperlambat lari kudanya.
"Kisanak! Ada urusan apa kau mengikutiku?" tanya wanita bertopeng itu, seraya membalikkan arah kudanya. Dan kini dia berhadapan dengan Pendekar Rajawali Sakti yang telah menghentikan kudanya.
Seperti juga saat bicara dengan Ki Guteng, wanita bertopeng ini menggunakan suara perut. Sehingga suaranya terdengar sengau dan mirip suara bocah perempuan.
"Mendengar pembicaraanmu di kedai tadi, kurasa kita memiliki tujuan sama...," sahut Pendekar Rajawali Sakti.
"Apa maksudmu?" tanya wanita bertopeng itu.
"Bukankah kau tengah mencari Siluman Pemburu Perawan?" tegas Rangga.
"Apa urusanmu dengannya?"
"Tidak ada. Hanya saja aku mengemban janji kepada beberapa orang yang keluarganya menjadi korban Siluman Pemburu Perawan...."
"Apakah keluargamu yang menjadi korbannya?"
"Bukan. Aku bahkan baru mengenal keluarga si korban."
"Hm, mulia sekali hatimu? Tahukah kau, bahwa Siluman Pemburu Perawan adalah tokoh sakti yang tidak bisa dipandang sebelah mata? Kau membahayakan dirimu sendiri untuk persoalan yang tidak ada untungnya bagimu."
"Terima kasih, Nisanak. Sayang sekali, aku bukan pedagang yang mementingkan untung rugi. Kejahatan mesti diperangi. Di mana dan dalam bentuk apa pun," sahut Pendekar Rajawali Sakti mantap.
"Lalu kenapa kau mengikutiku?" cecar wanita bertopeng.
"Kudengar sedikit banyak kau mengenal buruanmu. Sedangkan bagiku, orang itu masih kabur," sahut Rangga terus terang.
Wanita itu tertawa kecil.
"Jadi kau seperti hendak mencari jarum di tumpukan jerami? Tidak bisa membedakan, mana jarum dan mana jerami?"
Rangga tersenyum.
"Sepertinya memang begitu. Tapi kurasa ada hal lain...."
"Apa maksudmu?"
"Aku seperti pernah mengenalmu!"
Mendengar itu, wanita bertopeng ini kelihatan gugup. Dia tidak langsung menjawab. Kalau saja topengnya tersingkap, niscaya pemuda itu akan melihat perubahan raut wajahnya. Namun begitu, agaknya Rangga bisa merasakan sedikit lewat pancaran sinar mata yang menyorot dari lubang pada topeng.
"Hm.... Kau tentu hanya berkelakar. Mana mungkin kau mengenalku, karena baru sekali ini aku keluar rumah!" sahut wanita itu menghapus kegugupannya.
"Di mana rumahmu?" desak Rangga.
"Cukup jauh dari sini!"
"Seorang wanita berjalan seorang diri tanpa berbekal senjata untuk mengejar Siluman Pembunuh Perawan. Hm..., apa artinya ini?"
"Kenapa?! Apakah kau pun meremehkanku?! Aku cukup mampu menjaga diriku!" sentak wanita bertopeng itu.
"Maukah kau membuktikannya di depanku?"
"Apa maksudmu?" Mendadak wanita bertopeng ini sadar kalau terkena pancingan Pendekar Rajawali Sakti.
"Aku akan menyerangmu beberapa jurus. Akan kulihat, apakah kau memang bisa menjaga diri seperti katamu," jelas Rangga.
"Aku tidak biasa pamer kepandaian...," kilah wanita ini.
"Ini bukan pamer kepandaian. Tapi sekadar membuktikan kata-katamu. Apakah kau seorang pembohong atau tidak."
"Terserah apa pendapatmu. Tapi aku tidak suka memperlihatkan kepandaianku depan orang lain," sahut wanita itu, menegaskan.
"Kenapa? Kau takut jurus-jurusmu dikenali, dan dengan begitu penyamaranmu terungkap?" sindir Rangga.
"Aku tidak mengerti maksudmu. Dan kurasa, urusan kita tidak ada sangkut-pautnya. Aku permisi dulu!" lanjut wanita bertopeng itu, seraya berbalik. Cepat kudanya digebah agak kencang.
"Tunggu!" cegah Rangga. Tapi wanita itu tak mempedulikannya. Sehingga terpaksa Rangga menggebah kudanya untuk mengejar.
"Jangan katakan bahwa di antara kita tidak ada urusan! Aku kenal siapa kau!" teriak Pendekar Rajawali Sakti, ketika telah menjajari kudanya di samping wanita bertopeng ini.
"Kau mengigau. Jangan ganggu aku. Uruslah persoalanmu sendiri!" balas wanita bertopeng.
"Persoalanku memang menyangkut seseorang...," kata Rangga.
"Bagus! Kalau begitu tak ada sangkut-pautnya denganku," sahut wanita ini.
"Kau salah. Justru kaulah yang menjadi persoalanku!" tuding Pendekar Rajawali Sakti.
"Apa maksudmu?" tanya wanita bertopeng itu. Nyata sekali kalau kata-kata wanita itu dikeluarkan karena perasaan tidak senang atas desakan pemuda berbaju rompi putih ini.
"Selama beberapa minggu ini, aku berkeliling tempat menghabiskan waktu untuk mencarinya...," lanjut Pendekar Rajawali Sakti tak peduli sikap wanita itu.
"Siapa yang kau cari?" tanya wanita ini dengan suara bergetar, seraya menghentikan laju kudanya kembali.
"Orang itu bernama Suti Raswati. Namun, lebih dikenal sebagai Bidadari Penakluk!" jawab Rangga, juga menghentikan kudanya.
"Hm.... Aku tidak kenal orang itu...," sahut wanita bertopeng itu dengan suara bergetar.
"Tidak. Kau pasti mengenalnya!" sergah Rangga.
"Jangan memaksaku!" sentak wanita ini.
Pendekar Rajawali Sakti memandang tajam ke arah wanita bertopeng ini seperti hendak mengorek jauh ke lubuk hati melalui sepasang matanya. Dan belum ada yang berbicara....
Wesss...!
Mendadak melesat sebuah bayangan laksana sapuan angin kencang.
"Heh?! Hup!" Sejenak Pendekar Rajawali Sakti kaget, namun cepat mencelat dari punggung kudanya. Dan seketika disongsongnya sosok yang berkelebat.
Plak! Plak!
"Aaakh...!" Rangga mengeluh tertahan ketika terjadi benturan keras. Dia kaget bukan main merasakan ada tenaga dorongan kuat yang membuatnya terhempas ke belakang dengan keras. Pemuda itu terpelanting, meski mampu menjejakkan kedua kaki ke tanah.
"Hiiih!"
Wesss...!
Pada saat itu juga sosok bayangan ini kembali menerkam ke arah Rangga. Kecepatannya sama seperti tadi.
"Celaka...!" keluh Rangga. Sungguh Pendekar Rajawali Sakti tak habis pikir, bagaimana sosok ini mampu berbuat seperti itu?
Mestinya Rangga mempersiapkan diri barang sesaat. Namun entah kenapa dia seperti belum bisa berbuat sesuatu untuk menghadapi serangan. Apalagi sosok itu seperti memiliki kekuatan luar biasa. Dan dalam keadaan demikian tentu saja, Rangga bisa celaka.
"Kisanak! Biar aku coba membantumu!" Begitu habis kata-katanya, wanita bertopeng itu cepat mencelat dari kuda sambil mengayunkan pukulan ke arah sosok yang tengah menyerang Rangga.
Wuuus!
"Hei?!" Sosok yang tengah mencelat ke arah Pendekar Rajawali Sakti terkejut melihat tenaga pukulan wanita bertopeng itu. Seketika dia menjatuhkan diri dan cepat bergulingan untuk menghindari.
"Uhh...!" Kesempatan itu tidak disia-siakan Rangga. Secepat kilat tubuhnya berkelebat sambil menghantamkan pukulan bertenaga dalam tinggi, ketika sosok itu baru saja berdiri.
"Hiyaaa!"
"Hup!"
Namun sosok yang dihadapi sungguh hebat. Meski dalam keadaan tak siap, namun masih mampu menjatuhkan diri kembali dan bergulingan menghindari hantaman. Lalu tiba-tiba tubuhnya melenting laksana seekor ikan yang berada di tanah hendak mencari air. Kemudian merasa tidak mampu menghadapi gabungan kedua lawannya, dia mencelat jauh dan cepat menghilang.
"Edan! Orang gila dari mana pamer kepandaian di sini!" rutuk Pendekar Rajawali Sakti kelihatan penasaran sekali, seraya hendak berkelebat.
"Jangan dikejar!" cegah wanita bertopeng itu.
"Apa maksudmu?" tanya Rangga, begitu menghentikan gerakannya.
"Tidak perlu. Tapi terserahmu saja. Dia akan datang lagi untuk menangkapku," sahut wanita itu, agak ragu.
"Ada urusan apa? Sepertinya kau begitu yakin kalau dia akan datang?" tanya Rangga, memandang curiga.
"Kenapa memandangku begitu rupa? Tidak ada yang aneh, bukan? Apakah kau tidak mengenali orang itu?" Rangga menggeleng lemah.
"Pantas! Nah! Bukalah matamu lebar-lebar. Orang itulah yang kau cari-cari!" ujar wanita bertopeng.
"Apa? Maksudmu dia Siluman Pemburu Perempuan?!" sentak Rangga.
Wanita bertopeng itu mengangguk.
"Katamu kau mencari-carinya. Lalu kenapa diam saja saat dia kabur?"
"Untuk apa? Hanya buang-buang waktu. Aku cukup sekadar mengetahui kalau dia ada di wilayah ini. Dia akan datang padaku tanpa kuminta. Aku cukup berbekal kewaspadaan saja," jelas wanita bertopeng itu, tenang.
Untuk sesaat Rangga terdiam. Tak tahu mesti berkata apa.
"Kau sudah tahu buruanmu, bukan? Kini kita tak perlu jalan beriringan lagi. Dan kau pun tak perlu membuntutiku. Kita punya cara sendiri untuk memburunya," lanjut wanita bertopeng itu.
Kembali Rangga tak tahu harus berkata apa. Dia tak punya alasan kuat untuk terus membuntuti. Tapi apa yang dikatakan wanita bertopeng itu rasanya masuk diakal. Siluman Pemburu Perawan pasti akan memburunya. Jadi wanita itu tidak perlu repot-repot mencarinya. Kalaupun tadi kabur, hanya karena merasa tidak mampu menghadapi mereka berdua. Tapi begitu mereka berpisah, maka siluman itu bisa saja muncul. Bahkan menangkap wanita bertopeng ini.
"Urusan kita belum selesai." Akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulut Pendekar Rajawali Sakti.
"Urusan apa?" tanya wanita bertopeng ini.
"Kau membuatku curiga."
Wanita itu tertawa kecil.
"Sudah kukatakan, kau mencari orang yang salah. Tidak ada gunanya mendesakku," kilah wanita ini.
"Kalau saja kau menanggalkan topengmu, tentu saja urusan kita selesai. Karena aku bisa mengenalmu."
"Itu tidak mungkin!"
"Kenapa? Kau takut dikenali?"
"Tidak. Tapi ini soal harga diri. Aku tidak sudi menyenangkan hatimu dengan menuruti apa yang kau inginkan!" sergah wanita itu, tegas.
"Kalau begitu aku akan membukanya dengan paksa," balas Rangga, mantap.
"Gila! Jangan memaksaku!" desis wanita itu agak kesal.
"Yang membuatku terpaksa adalah kau sendiri."
"Jangan cari gara-gara, Kisanak. Aku tidak akan memaafkanmu untuk hal itu!" ancam wanita bertopeng ini.
"Sekian lama aku mencarinya. Dan tidak akan kubiarkan kau pergi begitu saja, meski apa pun yang terjadi!" sahut Pendekar Rajawali Sakti keras kepala.
"Jangan paksa aku. Pergilah!"
"Tidak! Bersiaplah!" tegas Rangga. Kemudian secepat itu pula Pendekar Rajawali Sakti mencelat ke arah wanita bertopeng itu sambil mengayunkan tangan kanan untuk menyambar topeng.
"Hiiih!" Tapi agaknya wanita itu tidak tinggal diam. Telapak tangan kirinya cepat menghantam ke depan.
Wuuut...!
Rangga langsung berkelit, sambil berputar. Kemudian dilepaskannya tendangan kilat ke perut. Namun wanita itu cepat menangkis tendangan dengan kaki kanan.
Plak!
Baru saja terjadi benturan kaki kiri, wanita ini meluncur ke muka Pendekar Rajawali Sakti.
Wuttt..!
"Uhh...!" Rangga cepat melompat ke belakang. Dan baru saja kakinya mendarat di tanah.....
Wesss...!
"Heh?!" Mendadak saja, sebuah benda sebesar kepalan bayi melesat secepat kilat ke arah Pendekar Rajawali Sakti. Walaupun hatinya terkejut Pendekar Rajawali Sakti cepat menjatuhkan diri dan bergulingan menjauh.
Jder!
Benda itu langsung meledak, menebarkan asap hitam tebal yang cepat mengembang dan menutupi pemandangan. Rangga hanya bisa memaki kesal, ketika bangkit. Dan tiba-tiba, kedua tangannya menghentak ke depan.
"Aji Bayu Bajra! Heaaa...!"
Wusss...!
Angin kencang laksana topan dari telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti yang menghentak menyapu tempat itu. Kabut hitam seketika sirna. Dan seperti yang telah diduga, wanita bertopeng itu telah lenyap, meninggalkan kudanya begitu saja.
"Hm.... Dia sungguh cerdik!" gumam Rangga.
"Kalau menggunakan kuda pasti geraknya tidak leluasa dan bisa terkejar olehku."
Pendekar Rajawali Sakti memandang ke sekeliling tempat, mengawasi dengan seksama. Bagaimanapun dia tidak begitu yakin kalau wanita itu mampu menghilang secepat ini.
"Aku yakin dia masih berada di sekitar tempat ini. Mungkin bersembunyi di suatu tempat," pikir Rangga.
Berpikir begitu, Rangga melompat ke punggung kudanya. Sambil menggebah Dewa Bayu pelan-pelan, mulai mengerahkan aji 'Pembeda Gerak dan Suara'. Dengan menggunakan ajian itu, telinganya bisa mendengar sehelai daun jauh sekali pun.
"Hm...!" Rangga bergumam pendek. Telinganya mendengar perbedaan suara dan detak jantung yang amat halus tidak jauh darinya. Pendekar Rajawali Sakti merasakan desir angin berbelok. Padahal batang pohon yang menghalanginya tidak terlalu besar. Namun belokan angin itu terasa bergeser jauh. Itu berarti ada sesuatu yang membuat batang pohon itu melebar, yaitu seseorang bersembunyi di belakang batangnya.
Namun hal yang membuat Rangga takjub adalah, kemampuan orang itu dalam mengatur pernapasannya, sehingga terdengar halus sekali. Bahkan nyaris samar. Sehingga sedikit menyulitkan bagi pemuda itu mengenalinya.
Perbedaan napas atau halusnya napas orang yang didengar Rangga yang membuat dugaannya membingungkan. Wanita itu, atau orang lain?
Rangga menghentikan langkah kudanya. Matanya langsung memandang ke batang pohon yang dicurigainya. Kali ini dikerahkannya aji 'Tatar Netra' untuk bisa melihat jelas, siapa gerangan manusia yang bersembunyi di balik batang pohon itu. Sesaat dahinya berkerut setelah menangkap pakaian orang yang bersembunyi di balik gerumbulan cabang-cabang pohon yang berdaun lebat. Kelihatan rapi sekali. Dan bagi mereka yang tidak memiliki penglihatan tajam, akan sulit menemukannya.
"Kisanak! Tak ada gunanya bersembunyi. Keluarlah! Dan, tunjukkan dirimu didepanku!" teriak pemuda itu lantang.
"Hahaha...! Sungguh tajam pendengaran dan penglihatanmu, Bocah!"
Terdengar sahutan yang disusul berkelebatnya satu sosok dari gerumbulan semak pohon yang sejak tadi diperhatikan Pendekar Rajawali Sakti. Sosok itu langsung melayang ringan, melewati atas kepala Rangga lalu mendarat pada jarak lima langkah dengan sikap membelakangi.
"Hm.... Kau penyerang tadi rupanya. Apa maksudmu berkeliaran di sini?" tanya Rangga, dingin.
"Hehehe...! Kudengar kau mencari-cariku. Apakah nyalimu sudah demikian hebat, sehingga berani mencari urusan denganku?" tanya sosok bertubuh tinggi tegap.
"Siluman Pemburu Perawan! Kau tidak perlu mempersoalkan nyaliku segala. Perbuatan yang kau lakukan selama ini amat terkutuk. Dan sudah sepantasnya orang sepertimu mati!" kata Rangga, mantap.
"Hahaha...! Bocah! Sungguh hebat bicaramu. Tapi aku khawatir, karena orang yang selalu bicara besar biasanya yang bakal cepat mampus!"
"Akan kita lihat hari ini!" sahut Rangga tenang.
Dengan kata-kata itu, berarti Pendekar Rajawali Sakti memang berusaha memancing kemarahan. Karena selesai bicara begitu, sosok ini berbalik. Tampak wajahnya yang ditumbuhi kumis lebat dengan sorot mata tajam.
"Hm.... Akan kulihat, sampai di mana kesombonganmu!" dengus sosok yang ternyata berjuluk Siluman Pemburu Perawan.
"Heaaa...!"
Seketika tubuh Siluman Pemburu Perawan berkelebat sambil memutar-mutar tangannya yang kokoh.
Bet! Bet!
Rangga tak kalah sigap. Cepat tubuhnya meluruk, berusaha memapak serangan.
Plak! Plak!
Terjadi benturan berkali-kali, Rangga tampak terjajar beberapa langkah. Sementara Siluman Pemburu Perawan telah kembali berkelebat sambil menyambarkan tangan kanannya. Dengan gerakan dahsyat, Rangga menangkis menggunakan telapak tangan kiri.
Plak!
Sehabis menangkis, Rangga memutar tubuhnya dengan tangan kanan menghantam ke leher.
Wuttt...!
Namun Siluman Pembunuh Perawan telah merunduk, seraya menyarangkan kepalan tangan ke dada.
"Hup!"
Untung Pendekar Rajawali Sakti segera mencelat ke atas, lalu membuat putaran beberapa kali di udara.
"Heaaa...!"
Baru saja Rangga mendarat, Siluman Pemburu Perawan mengejar. Di luar dugaan, Pendekar Rajawali Sakti mengegos ke kiri seraya melepaskan tendangan berputar yang cepat dan dahsyat.
Wuuut!
Desss...!
"Aaakh...!"
Siluman Pemburu Perawan mengeluh tertahan. Tubuhnya terjajar beberapa langkah. Namun dengan cepat dia bisa menguasai diri dan kembali meluruk menyerang.
Rangga pun segera melayani. Ketika Siluman Pemburu Perawan melepaskan gedoran dengan kedua tangan, cepat disambutnya dengan kedua tangannya yang berisi tenaga dalam tinggi. Dan....
Derrr...!
"Aaakh...!"
"Aaakh...!"
Pendekar Rajawali Sakti dan Siluman Pemburu Perawan sama-sama terhuyung ke belakang. Rangga cepat belajar dari pengalaman tadi. Dan betul saja. Pada saat dia belum bersiap, laki-laki bertampang seram itu telah kembali menyerang, seolah memiliki tenaga ganda.
"Uts!" Pendekar Rajawali Sakti cepat membuang tubuhnya dan langsung bergulingan menghindari terkaman Siluman Pemburu Perawan yang bertubi-tubi. Serangannya silih berganti antara tendangan dan pukulan.

***

177. Pendekar Rajawali Sakti : Siluman Pemburu PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang