•• dua puluh empat ••

24 4 0
                                    

Kala and Her Prince Bee — 24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala and Her Prince Bee — 24

Hal terberat ketika masa pengambilan keputusan bukanlah tentang seberapa banyak pilihan untuk diputuskan, melainkan tentang risiko yang harus dirasakan kala memutuskan.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Saat ini, Kala bersama keempat teman gadisnya tengah berada di dalam kamar Yulia. Gadis yang hampir seminggu tidak masuk kuliah itu terlihat masih menyimpan duka yang teramat dalam, semenjak ditinggal pergi oleh orang yang ia cintai selamanya. Namun, untungnya gadis itu tidak semenyedihkan beberapa hari yang lalu, dimana mata bengkaknya tidak bisa disembunyikan barang sejenak. Sekarang, gadis itu sudah tampak lebih fresh. Cetakan tebal berwarna hitam di bawah matanya sudah lumayan memudar.

“Yul, kamu udah beberapa hari gak masuk kuliah, absen kamu udah bolong di hampir semua mata kuliah minggu ini. Aku tahu, mungkin kamu masih dirundung kesedihan, tapi bukan berarti kamu harus kayak gini,” ujar Anisa membuka suara, setelah nyaris lima belas menit mereka ikut terhanyut dalam keheningan. “Ayah kamu pasti gak suka kalau anaknya kayak gini, gak masuk kuliah. Jadi, aku berharap, besok kamu udah bisa kembali ngampus, ya. Kalau nggak, nanti absen kamu makin banyak bolongnya, dan itu berpengaruh nanti sama beasiswa kamu, Yul.”

Yulia masih terdiam dengan bibirnya yang terkatup rapat. Gadis itu sepertinya ingin membicarakan sesuatu. Namun, terkesan ia tahan. Setelah beberapa saat berlalu, Yulia menghela napasnya perlahan. Bibirnya terbuka, untuk menyampaikan hal apa yang beberapa hari ini bersarang di pikirannya. “Kayaknya, aku gak bakal lanjut kuliah lagi.”

Sebaris kalimat yang terlihat sederhana, namun berhasil menimbulkan keterkejutan bagi keempat temannya.

“Apa? Berhenti kuliah?” Rahma membeo tidak percaya. Begitupula dengan Ririn yang duduk bersebelahan dengan gadis itu. Ririn kembali mempertanyakan hal serupa, berharap ucapan Yulia yang tadi hanyalah sebatas prank. Namun, jawaban Yulia kembali sama.

“Aku gak lagi nge-prank kalian,” ujar Yulia dengan nada yang cukup rendah. Jangan sampai ia kembali menitikkan air matanya di depan teman-temannya itu. Cukup sudah, selama beberapa hari ini air matanya turun tanpa bisa ia bendung. Ia tidak boleh membiarkan air matanya kembali turun.

“Yul, kenapa kamu bisa berpikiran kayak gitu?” tanya Kala, setelah beberapa saat terdiam. Ia mungkin baru mengenal Yulia dan teman-temannya yang lain, tapi ia juga tidak bisa membendung rasa terkejutnya, tatkala mendengar keputusan Yulia.

“Aku harus nyari kerja, La. Selama ini, yang biayain kehidupan aku itu ayah, dan sekarang, ayah udah nggak ada. Jadi, sama siapa lagi aku harus menggantungkan kehidupan aku, selain sama diri aku sendiri?” Ah, akhirnya air mata itu luruh begitu saja dari sudut mata Yulia.

Kala and Her Prince Bee [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang