Bab 21

0 0 0
                                    

Daniel

8 tahun kemudian

"Gugup?" tanya Chris Kelson, patner kerja ku

"Sedikit. Ini kali pertama aku menghadapi para jurnalis. Mereka selalu cerdas, kau tahu, bahkan kadang mematikan" jelasku

"Yeah, memang, itu kenapa mereka menjadi jurnalis, selalu mengulik sampai hal terdalam, 'setiap detail penting' itu pedoman mereka" ucap Chris

Aku mengangguk. Entah bagaimana, konferensi pers selalu menjadi hal yang aku hindari. Namun kali ini, aku terjebak, karena kasus yang aku tangani berpengaruh besar pada jalannya pemerintahan di kota kami.

Ya, wali kota kami mati beberapa bulan lalu, bukan mati yang tenang, tapi pembunuhan. Itu kenapa aku berdiri disini sekarang, alih-alih duduk di kantorku dan mengerjakan sesuatu.

Chris menepuk bahuku, memberi isyarat, sudah saatnya bagi kami untuk berada di belakang mic dan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Direktur membuka konferensi pers dengan penjelasan yang sangat sempurna, sedang aku sibuk menghitung waktu agar nafasku teratur.

"Pertanyaan-pertanyaan kalian akan dijawab oleh ketua kasus ini, Agen Khusus, Daniel Dayton"

Lalu, Ia mundur dan melihat ke arah ku, dengan ragu aku melangkah maju. Satu persatu tangan terangkat ke atas, tak sabar untuk mendapat jawaban. Aku menunjuk seorag perempuan dengan notes kecil di tangannya. Ia berdiri.

Saat itulah, aku tersadar, akan bagaimana Ia terlihat sangat familiar. Rambut cokelat tua sepanjang bahu, tatapan yang selalu mengobservasi, caranya berdiri, yang seakan berkata 'Ia siap mengejutkan dunia'. Samantha Paulette, misi pertamaku, kini berdiri dihadapanku, menjadi seorang jurnalis.

Aku merasakan dua tepukan di bahu. Aku tahu aku terasing dari realita lagi. Ku luruskan kemeja, dan menelan ludah.

"Bisa kau ulang pertanyaannya?" ucapku

"Apa yang membuat kalian percaya bahwa kematian mendiang wali kota bukan suatu kecelakaan? Dilihat dari tempat kejadian dan penyebab kematian, terlihat sangat dekat dengan kasus bunuh diri. Apa yang membuat kalian menyelidiki kasus itu?" tanyanya

Ia tak berubah, bagaimana caranya berbicara, caranya menatap lawan bicaranya, dan caranya berpikir.

"Jadi, hal pertama yang membuat kami curiga adalah adanya tanda-tanda perkelahian di beberapa bagian tubuh. Lalu luka, penyebab kematian, seseorang bisa saja melakukan itu, jika Ia kidal, tapi mendiang wali kota tidak. Jadi kami menyatukan keganjilan yang ada, dan dari situlah kami tahu bahwa ini kasus pembunuhan, bukan bunuh diri" ucapku. Ia tersenyum, lalu kembali duduk.

Pertanyaan demi pertanyaan terus berjalan, hingga Direktur memutuskan untuk mengakhiri konferensi pers ini. Aku berjalan menjauh, begitu kursi yang tadinya penuh oleh jurnalis, kini kosong.

Aku menatap sekitar, dan disanalah Ia, berdiri, berbincang dengan seorang pemuda yang kuduga sebagai patner kerjanya. Ia terlihat sedang menjelaskan sesuatu. Lalu patnernya melihatku berdiri di belakang Samantha. Ia mengatakan sesuatu yang membuat Samantha berbalik, menghadapku. Pemuda itu pergi, meninggalkan kami.

"Daniel!, astaga sudah berapa lama?" ucapnya tersenyum

"8 tahun, kurang atau lebih" balasku

"Wow, 8 tahun dari misi kunci itu" aku tersenyum.

"Aku tidak mengira kau akan disini, sebagai jurnalis"

"Aku masih magang, tapi yah, begitulah" Ia tersenyum bangga.

The Infinity NecklaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang