Renungan pejalan

0 0 0
                                    

RENUNGAN PEJALAN

01 November 2019. Pada malam seperti biasa aku menyelami pikiran. Merenungi tentang ketengan jiwa/kebahagiaan. Masalah-masalah sosial membuatku resah, mungkin perjalanan akan menjawabnya itu yang terbesit dalam pikranku saat ini.
08   November 2019. Setelah satu minggu terlarut dalam renungan  akhirnya aku mengambil cuti kerja. Aku memutuskan berangkat ke pulau Jawa bagian tengah, kota Wonosobo tepatnya. Kota yang sejuk dengan kehangatan dari keramahan penduduknya. Aku ingin mendaki gunung Sumbing melalui desa Garung. Aku telah menyiapkan segalanya minggu ini; perlengkapan, kebutuhan, fisik dan juga mental. Ini bukan kali pertama aku melakukan kegiatan ini. Aku ditemani Ed sahabatku yang juga petugas pendakian disana.
09  November 2019. Pukul 06.00 aku tiba di kantor regristrasi pendakian disini juga tempat para pendaki istirahat sebelum melakukan kegiatan. Pintunya masih tertutup oleh suasana dingin khas pegunungan, kehangatannya masih terjaga di dalam setiap insan yang tinggal menetap.
" Assalamuaikum.." aku mulai mengetok pintu
" Waalaikumsam..Ehhh.. kamu toh mas. Masuk mass.." sambut hangat mas Danyang.
" Iya, makasih ya mas "
" Kamu kenapa ndak ngabari kalo sudah sampai terminal Mendolo? Nanti biar di jemput dari                         sini "
" Ga usah mas, nanti malah  ngerepotin yang disini  " ujar aku sambil duduk di ruang istirahat  pendaki. Tak lama berselang datang mas Ed.
"  Lohhh.... tiba-tiba sudah sampe. Sampe dari tadi kamu? " mas Ed
" Baru aja sampe aku mas "
" Rencana mau muncak kapan? Aku udah siap nih, udah mandi, udah seger "
" Nanti lah mas agak siang. Aku mau sarapan dulu di warung mbok Mar "
" Oke dehh "
Pagi pukul 10.00  kami di antar mas Dayang sampai batas hutan dengan motor bergantian.
" Hati-hati mas, semoga selamat sampai pulang" ujar mas Danyang
" Aminn..Makasih ya mas " lanjut aku
         Kami mulai memasuki batas hutan jalan menanjak dan terjal menanti di depan. Dingin khas pegunungan cair oleh hangatnya canda dalam perjalanan. Pukul 16.00 tak terasa kami tiba di Pestan tempat pendaki bermalam. Setelah mendirikan tenda mas Ed patroli keliling seperti biasanya. Dan dari tempat yang lapang ini aku bisa melihat jelas indahnya ciptaan Tuhan.Petak-petak kebun sayur, desa-desa, bukit seakan negri dalam dongeng.
          Pukul 17.40 inilah saat matahari terbenam yang seindah-indahnya yang kami lihat. Langit agak berawan dan sebelum menyelam di ujung lengkung langit, warnanya merah pijar dan seluruh awan bermandikan cahaya itu. Warna-warna terus di jaga berubah-ubah tetapi bertambah pudar; awan-awan yang menyebabkan permainan warna itu, hilang pula warnanya yang jingga dan menjadi redup. Aku menoleh kebelakang, kulihat matahari hanya menguasai separuh alam. Sebab dibelakangku nampak duina yang lain, ialah dunia dongengan sang rembulan. Sedangkan separuh dunia yang satu di pesona oleh matahari dan awan. dalam pada itu bulan telah menaklukan separuh duina yang lain dengan cahayanya yang dingin. Ia telah muncul dari belakang sebuah gunung. Yang sekarang kelihatan pula biru gelap seperti biasa dan jelas terlihat ia main lama makin bersih dan jernih. Seakan-akan ia mengahalau ke muka permainan warna sang surya, sehingga akhirnya ia mencelup seluruh alam di dalam cahayanya yang lembut bersusana impian. Maka nampaklah pula kelipan cahaya kota. Di atasnya bulan beribu-ribu bintang. Semuanya tenang dalm harmoni dan mimpi. Aku tenggelam dalam lamunanku seakan di peluk alam semesta. Ingin rasanya aku menulis tentang ketenangan jiwa yang mungkin dapat di nikmati siapun yang membaca.

" Tulisan adalah perasaan yang diukir dengan kata-kata " 

      Yang paling sukar ialah bahwa kita sering kali tidak tahu dimana harus mencari bahagia. Yang salah bukanlah mencari bahagia, tetapi mencari bahagia itu dengan cara yang salah. Keragu-raguan terhadap diri kita sendiri. Memandang rendah diri kita sendiri: itu yang paling sering di alami manusia sebagai kesengsaraan jiwa. Oleh karena itu, manusia kadang memilih jalan menebalkan kulitnya, menumpulkan batinnya. Maka tingkat kerusakan budi pekerti bisalah di ukur kepada tumpul dan tidaknya batin manusia. Sebagai teori ini belum berkata apa-apa. Karena perasaan seperti juga keindahan, ialah pengertian yang mutlak.
      Kita boleh, malahan kita harus realistis dan kritis, tapi mengapa kita akan memahitkan kehidupan kita dengan skeptisme atau sinisme? Mengapa dan buat apa kita tidak percaya kepada dunia dan kepada diri sendiri? Juga didalam pandangan kehidupan yang realistis ada tempat buat keindahan hidup.
       Psikologi modern bisa menolong kita untuk mengenali diri sendiri, mengerti diri kita sendiri, dimana dan apabila kita tidak jujur pada diri kita sendiri. Apabila diri sendiri yang realistis tentu saja ada gunanya, tapi analisa itu tidak memberi kita pelajaran hidup. Kehidupan adalah lebih dari kumpulan kepingan-kepingan jiwa yang terpecah-pecah, lebih dari ribuan dan malah jutaan tangkapan sesaat kehidupan jiwa itu, yang kita periksa di bawah kaca pembesar otak kita yang kritis, memecah, dan menyelidik. Apakah yang dapat kita pelajari dari semua ini tentang kehidupan sebagi kehidupan, sebagai gerak, apakah yang dapat kita pelajari tentang cinta kepada kehidupan, keindahan kehidupan?
  Cinta dan perasaan buat kehidupan itu adalah sintesis. Apabila dihubungkan dengan pikiran, ialah harmoni antara perasaan dan pikiran. Dan bukankah ini hanya mungkin dialami? Bukankah saat-saat sintesis ini saat-saat benderang yang menjadi tujuan cita-cita di dalam kehidupan kita? Apakah artinya hidup ini degan tidak adanya kebenderangan itu? Kekelaman, maut. Sudah sewajarnya manusia berjuang untuk mencapai saat-saat yang demikian itu, itulah sebabnya kita harus baik agar indah. 
     Harmoni yang mutlak aku rasa tak ada. Kita manusia berusaha mencapainya sebagai cita-cita yang mutlak, tapi yang mutlak sebenarnya adalah usaha kita, perjuangan kita, dan itulah yang menjadikan isi yang sebenarnya dari kehidupan.






Agi Rama Nurdin – November 2019

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Renungan pejalanWhere stories live. Discover now