Part7

10.4K 610 1
                                    

Aku hanya bisa mematung mendengar cerita Silvi sekarang ini. Aku tak menyangka ka Andrew bisa sedingin itu terhadap perempuan yang dia suka.

"Vi aku benar-benar minta maaf." ucapku penuh sesal "Karena perbuatanku ka Andrew bersikap seperti itu."

Silvi hanya menggeleng dan tersenyum, padahal aku yakin saat ini dia sakit hati. Aku benar-benar tak habis pikir, hanya karena aku menghiraukan ka Andrew tadi pagi, dia menjadi bersikap jutek terhadap Silvi saat menjemputnya tadi pagi.

"Sudahlah, bukan salah kamu ko, Ta."

Ya ampun, sahabat ku ini benar-benar malaikat. Saat aku berniat ingin marah padanya, dia malah begitu baik padaku. Terimakasih tuhan, Kau menciptakan Silvi sebagai sahabatku.

***

Kurebahkan tubuhku dikasur empuk yang berada didalam kamar. Pikiranku benar-benar terkuras saat ini. Bagaimana tidak, semua terjadi begitu saja dan itu mendadak. Hidupku sepertinya menjadi cerita dalam novel 2 hari ini.

Aku benar-benar lelah, tanpa mengganti pakaian yang melekat,aku memejamkan mata dan mulai tertidur kealam mimpi.

"Kenapa kamu sendirian disini?"
Namun gadis kecil yang diajak bicaranya hanya menangis, tak menghiraukan ucapan lelaki yang terlihat lebih tua darinya ini. Dia tak berhenti menangis, malah tangisannya semakin kencang. Sehingga akhirnya lelaki itu memberikan permen lolipopnya.
"Tenanglah aku berada disisimu" setelah mungucapkankannya, bagaikan mantra gadis kecil itu berhenti menangis dan menerima lolipopnya.
"Namamu siapa?" tanya lelaki itu, dan baru lah gadis kecil itu bersuara, "namaku Cinta, nama kaka siapa?"
"Nama kaka ...."

Aku terbangun seketika, mimpi itu membangunkanku. Dan sekarang aku heran + penasaran atas mimpiku tadi, mimpiku terpotong disaat yang tidak tepat, aku penasaran pria didalam mimpiku. Kejadian yang pernah aku lupakan.

***

"Cinta, kamu dikamar?"

Ketukan pada pintuku terus saja berbunyi, padahal saat ini aku benar-benar lelah. Aku ingin bermalas-malasan dikasur kesayanganku ini.

"Cinta, buka pintunya woy!"

Dengan terpaksa aku berjalan gontai menuju pintu, dan pelaku yang menggedor pintuku tentu saja ka Andrew.

"Boleh kaka masuk?" tanyanya yang heran karena aku hanya membukan pintu cuma untuk menunjukan muka ku ini.

"Engga." ucapku jutek dan kututup pintunya kembali.

"Ayolah, salah apa kaka sama kamu?"

Salah kaka banyakkk!!! Ingin sekali aku berteriak seperti itu, tapi jelas-jelas itu tidak mungkin. Bukan karena aku takut, tapi karena aku pasti akan menangis jika mengutarakan setiap kekesalanku. Aku tak mau mataku menjadi bengkak setelahnya, cukup aku menangis saat disekolah tadi siang, tidak untuk malamnya.

"Oke, kaka minta maaf atas kesalahan kaka."

"Minta maaf buat apa? Kesalahan ga tau aja minta maaf."

"Maka dari itu, kasih tau kaka. Salah kaka itu apa?" ucap ka Andrew dengan masih mengetuk pintu kamarku.

"Au ah, mikir aja sendiri."

Setelahnya hening, sepertinya kaka ku menyerah untuk membujuk. Dan aku kembali membenamkan kepalaku, namun ponsel dinakasku berbunyi tanda ada panggilan masuk, nomer tidak diketahui.

"Hallo.."

Tbc..

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang