"Rasa takut kepada Allah (Kasysyah) merupakan sebab Allah rida terhadap hamba-Nya."
(Markaz Tafsir Li al-Dirasat al-Qur'aniyyah)
Memiliki rasa takut itu baik, jika ujungnya adalah pahala. Betapa rasa takut merasa diawasi Allah bisa membuat seseorang menjauhkan diri dari maksiat.
Berhati-hatilah dengan perkara menyakiti kehormatan seorang muslim, ataupun meminta penghormatan. Hal yang pertama, akan membuat ghibah bahkan fitnah. Hal yang kedua, akan membawa pada ujub serta amarah jika orang lain tidak seperti harapan.
Qadarullah, sandarkan segalanya pada takdir Allah agar tenang hati. Berdoalah agar memiliki ketenangan hati.Rodhitu billahi rabba, wa bil-islami dina, wa bi Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallama nabiyyan wa rasula.Artinya: "Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Al-Hakim).
Doa; "Allhumma inni as'aluka ridhaka wal jannah, wa a'udzu bika min sakhathika wan nar." Artinya: Ya Allah aku (kami) memohon kepada-Mu akan ridha-Mu dan surga; dan aku (kami) berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.Rida merupakan bentuk mashdar (infinitive), dari radhiya-yardha yang berarti: rela, menerima dengan senang hati, cinta, merasa cukup (qana'ah), berhati lapang.
Bentuk lain dari rida adalah mardhat dan ridhwan (yang super ridha). Antonim kata rida adalah shukht atau sakhat, yang berarti murka, benci, marah, tidak senang, dan tidak menerima. Rida adalah engkau berbuat sesuatu yang membuat Allah senang atau ridha, dan Allah meridai apa yang engkau perbuat. Rida hamba kepada Allah berarti ia menerima dan tidak membenci apa yang menjadi ketetapan Allah.
Sedangkan rida Allah kepada hamba berarti Dia melihat dan menyukai hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ada dua dimensi rida, yaitu: rida billah dan ridha 'anillah. Rida billah atau rela dan cinta kepada Allah berarti bersedia mengimani dan menjadikan-Nya sebagai Dzat yang wajib diibadahi, tidak menyekutukan-Nya, dimintai pertolongan, dan ditaati syariat-Nya.
Sedangkan rida 'anillah berarti hamba menerima ketentuan, takdir, rizki, dan segala sesuatu yang ditetapkan oleh-Nya.
Rida dalam konteks ini tidak berarti hamba menyerah-pasrah tanpa usaha, berdoa dan bertawakkal. Sebaliknya, hamba diharuskan memahami hukum sebab-akibat, berusaha maksimal dan berdoa.
Rida kepada Allah mengharuskan hamba untuk selalu beriman kepada-Nya, termasuk percaya kepada qadha dan qadar-Nya; mencintai dan menaati syariat-Nya; mencintai Rasul-Nya dan mengikuti keteladananya; menjadikan Islam sebagai agama pilihan hidupnya; dan mengorientasikan hidupnya dengan penuh keikhlasan untuk meraih cinta dan ridha-Nya.Oleh karena itu, ada tiga kategori rida yang harus ditapaki hamba. Pertama, rida bi syar'illah (syariat Allah) berarti menerima dan menjalankan syariat-Nya dengan ikhlas dan penuh dedikasi.
Kedua, ridaa bi qadha'illah (ketentuan Allah) berarti tidak menolak dan membenci apa yang telah ditetapkan Allah, termasuk segala sesuatu yang tidak menyenangkan (musibah), karena ujian dari Allah merupakan tangga peningkatan derajat iman.
Ketiga, rida bi rizqillah (rezeki Allah) berarti menerima dan merasa cukup (qana'ah) terhadap rezeki yang dianugerahkan kepadanya, tidak rakus dan tidak serakah, meskipun sedikit dan belum mencukupi kebutuhannya.
Dengan demikian, menggapai rida Allah itu merupakan keharusan bagi setiap Muslim, karena Allah menjadikan ridha itu sebagai syiar kehidupan akhirat.
Allah selalu memanggil hamba-Nya yang berhati rida. "Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr [89]: 27-28)Selain itu, Allah menjadikan rida itu sebagai salah satu syarat terwujudnya rukun iman. Seseorang tidak disebut beriman manakala tidak rida terhadap segala ketentuan Allah.Rida juga dapat mengantarkan Mukmin menjadi mukhlis, tulus ikhlas karena Allah sehingga amalan-amalannya dapat diterima oleh-Nya.
Rida juga dapat menjadi obat hati yang dapat menangkal segala penyakit hati, sekaligus dapat membuat hati lapang dan merasa qana'ah terhadap segala pemberian Allah.Rida merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hidup Muslim menjadi tenang, damai, tenteram, tidak diliputi keresahan dan kegalauan. Rida merupakan salah satu jalan yang mengantarkan kepada pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah.
Dengan rida, hamba dapat menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, menjauhkan diri dari perbuatan tercela dan sia-sia, karena standar rida kepada Allah itu menuntut hamba untuk selalu taat dan bertakwa kepada-Nya.
Menggapai rida Allah senantiasa dilakukan dengan memperoleh ridha kedua orang tua dalam segala hal. Rasulullah Saw bersabda, "Rida Allah itu tergantung pada rida kedua orang tua; dan kemurkaan Allah itu juga tergantung pada kemurkaan keduanya." (HR. Muslim)
Untuk lebih memantapkan usaha kita dalam menggapai rida-Nya, ada baiknya kita selalu berdoa: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An-Naml [27]: 19)
Sebagai seorang mukmin, berusaha menggapai rida Allah merupakan kewajiban. Dengan demikian hidupnya akan tenang serta bahagia. Tidak ada sedih, cemas, ataupun derita karena sudah menyandarkan hidup kepada Allah.
Menyerahkan hidup sesuai aturan Allah agar memperoleh kebaikan di dunia serta di akhirat. Seperti doa yang sering dipanjatkan setiap salat, yaitu: doa sapu jagat;
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirat hasanah, waqina adzabannar.""Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (Al-Baqarah: 201)." (HR Bukhari).
Referensi:
https://iqra.id/doa-sebelum-belajar-rodhitubillah-lengkap-228698/https://www.republika.co.id/berita/n2w8bl/menggapai-ridha-allah
https://www.republika.co.id/berita/qm4epw320/3-doa-selamat-siksa-neraka-yang-dipanjatkan-rasulullah-saw