011

5 1 0
                                    

Im Breaking Down.....

Happy Reading........

Kenapa menuntut kehidupan menjadi baik?

Bukankah sudah digariskan untuk Sulit?
Mencoba membuat perubahan itu tidak mungkin bagi takdir
Mungkin ini yang ku jalani, Hanya sebagai Tameng Perbuatan
Dia tak salah suka pada orang lain, Aku yang salah masuk dengan iming iming perjodohan
Garis ku yang salah berada diantara 2 orang yang saling menyukai.
Garis yang kubuat,, Adalah garis penghancur hahahaha.......

Yena duduk merenung dikursi Yang tersedia di rooftop sekolahnya. Baru kali ini dia membolos di semester ini, Biasanya dia pasti berurusan dengan Siswa yang harus di hukum. Yena memandangi beberapa Atap rumah dan bangunan yang tinggi di hadapan sekolahnya ini. Rooftop ink sangat nyaman bagi Yena, Bagai sedang berada di tempat Damai dengan semilir angin.

Yena menghembuskan napasnya dengan kasar, Dia lelah akan perasaannya. Perasaannya yang hanya bertepuk sebelah, Ingin menangis dia Tidak Bisa. Air mata Yena seperti terkunci dan tak mah keluar. Percaya atau tidak, Semenderita dan sesedihnya dirinya. Tetap saja dia tak dapat mengeluarkan air matanya, seolah Ekspersi Tangisannya sudah tidak ada.

Yena memejamkan matanya sebentar lalu membukanya, perlahan Senyumnya terpatri. Lalu dia tertawa kecil dan mengertakkan giginya dan tak lama kemudian dia merebahkan punggungnya di sandaran kursi. Matanya menutup dan bibirnya kembali merapat.

Dada Yena sangat Sesak sekali, Hatinya seakan diremas dan jantungnya sengat berdenyut sakit. Sebegini Sakitnya kah dampak Rasa sukanya?. Bahkan sangat berdampak pada dirinya, Dia bodoh sekali mempercayakan hatinya untuk jatuh terlalu dalam.

"yena!" panggil fero dan menyentuh bahu yena. Saat di kelas, saat pelajaran berlangsung Fero memang mencari Yena. Yena tak terlihat dari awal hingga akhir pelajaran. Beruntung jam istirahat sudah tiba, membuat Fero mencari Yena. Fero sedikit kesulitan, ditambah Ken yang marah karena kejadian pagi tadi membuat dia sulit mencari Yena. Dengan inisiatif dia melangkahkan kakinya ke Rooftop karena dia sesekali pernah melihat yena kesini.

Fero sangat lega, saat menemukan Yena duduk di kursi rooftop. Dia memutuskan Untuk menemui yena, dan melangkahkan kakinya menuju Yena. Saat berada di samping Kursi dia langsung menyapa Yena.

Yena membuka matanya dan mendongak kearah Bahunya yang dipegang. Cahaya Matahari cukup menusuk mata Yena, itu makanya dia tak bisa melihat dengan jelas siapa itu. Tapi dia mengenali suara fero, Yena yakin itu fero. Yena mengalihkan pandangannya dan menggeser bahu agar lepas dari tangan Fero.

Yena menegakkan badannya dan tak mengalihkan pandangannya dari depan. Dia tak mau menyahuti fero saat ini, Amarah sedang membuncah didalam dirinya. Dia tak mau melampiaskannya pada Fero, walau fero adalah dalang dari rasa sakit dan marahnya.

Fero memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Dia kemudian duduk disamping Yena dan menatap Yena.

"lo mungkin udah tau gue pacaran Sama Risa. Gue mau lo pahamin gue, Ngertiin gue!." kata Fero.

"Buat apa gue ngertiin?, Bukan ada urusannya sama gue bukan?." Perkataan Yena tentu saja menampar ego Fero.

"Iya Tapi lo tau perjodohan nyokap gue?."

"Oohh itu, Yaudah Gue bakal bicarain kok ke Tante. Lagian Gue bego aja mau nerima Perjodohan sialan itu!." Fero memandang Yena dengan semakin bersalah. Dia tau Yena berbibir pedas tapi, Dia Resah jika Yena berbicara seperti itu padanya. Yena bahkan tak ada menatap Dirinya sama Sekali.

"Perjodohan sialan?."

"Cih!. Logika aja Ya, Orang dijodohin itu orang yang memang bakal menempuh hubungab serius. So, Kita Hanya pura pura aja kan?, Mari Kita Hentikan ini."

Hurt To Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang