Wonwoo's POV (2)

370 29 0
                                    

5 tahun lalu.....

"Gyu di kamar, bund? " tanyaku begitu menginjakkan kaki di kediaman keluarga Kim

"Iya di kamar, kamu susulin yah. Gak tahu dia kenapa. Dari pulang acara wisuda kemarin dia ngurung diri di kamar. Ditanya kenapa, ngegas mulu jawabannya. Kayak anak perawan lagi PMS",

"Bunda ih.. Anaknya ngunci diri di kamar bukannya khawatir malah diledekin"

"Lagian si kadrun, bikin drama aja. Putus kali yah Nu sama si cap cae tuh"

"Chae, Namanya Chaeyeon bund"

"Ya itulah pokoknya Nu, bunda nggak suka sama cap cae itu. Yasudah kamu naik gih. Bujuk dia sama honey butter chicken nya bunda".

Begitulah bunda, Ibu kandung Mingyu, Kim Aera namanya. Meskipun nadanya bercanda, aku bertaruh dia sangat khawatir dengan Mingyu.

Kutapaki tiap anak tangga rumah keluarga Kim tersebut menuju lantai dua, dimana kamar Mingyu berada. Kuketuk daun pintu sembari memanggil namanya, namun hasilnya nihil. Kuraih gagang pintunya dan....

Terbuka

Sepertinya Mingyu lupa mengunci kembali pintu kamarnya.

Kulangkahkan kaki ke dalam kamar Mingyu.

Tubuhku seketika membeku, jantungku berderu begitu cepat seperti berlari dan hilang entah kemana.

Netraku masih tertuju pada sosok lelaki yang lebih tinggi itu. Dia tergeletak begitu saja di atas lantai. Terlihat benda kecil dengan rupa warnanya berserakan di sekitar tubuh Mingyu

Paru paruku seakan mengecil, oksigen didalamnya mendadak begitu irit keluar, saat cairan putih terlihat dari sudut bibirnya.

"Kumohon Mingyu, bercandamu tidak lucu", aku dengan batinku

Jeritku setelahnya, diiringi dengan tangisku pecah. Aku bersimpuh di samping tubuh Mingyu, seakan dunia ku runtuh.

Mingyu overdosis.

..................................................

Duniaku hancur dua kali,

Mingyu ku hancur lagi.

Kali ini bubuk berwarna putih beserta botol kaca dengan sedotan di dalamnya tercecer di samping tubuh Mingyu. Meringkuk tubuh besarnya di lantai seperti seorang bayi kedinginan.

Bau karbol bercampur obat menyatroni penghiduanku. Pening, seakan batu besar bertengger di atas kepalaku. Tatapanku gusar melihat pintu putih besar dengan tulisan Emergency merah di atasnya. Sudah hampir 30 menit setelah petugas medis membawa Mingyu melewati pintu itu.

Sebuah tangan meraih bahu ku, menyadarkanku dari pikiran yang membuncah.

"Won... " ucap lelaki berhidung bangir itu. Dia Seokmin, manager pribadi Mingyu. Nafasnya masih tersengal sengal, sisa berlari menuju ke sini.

Tangisku pecah, akhirnya pertahanan ku yang mencoba kuat demi Mingyu itu runtuh

"Mingyu di dalam Seok, Mingyu sakit lagi di dalam. Aku gak bisa jagain dia Seok. Seok aku takut, takut Mingyu kali ini gak bisa balik"

Seokmin meraihku ke dalam pelukannya, membiarkan jaket kulit hitamnya basah oleh tangisanku.

"Tenang ya Won, percaya sama aku, dia bakal balik, balik lagi ke kamu. Sekarang kita berdoa ya biar Mingyu cepet balik"

Tuturnya halus dengan tangan besarnya mengusap lembut punggungku, mencoba menenangkanku, dengan aku yang masih terisak di pelukannya

..............................

Mingyu berhasil melewati masa kritisnya, dan kini telah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP di lantai 3. Aku sudah memberitahu keluarga ku dan keluarga Mingyu perihal kondisinya, kukatakan kepada mereka untuk tidak perlu khawatir dan meminta mereka untuk mengunjunginya esok hari.

Seokmin meninggalku sendiri bersama Mingyu yang belum juga membuka matanya. Seokmin pergi untuk mengurus beberapa hal agar masalah Mingyu tidak menyeruak ke mana mana. Beruntung rumah sakit ini milik keluargaku, paling tidak aku bisa membantu sedikit agar pihak rumah sakit tidak membocorkan kondisi Mingyu. Sisanya biar Seokmin yang mengurusnya.

Pukul 4 dini hari, saat netraku tertuju pada layar smartphone ku. Masih dengan aku yang setia menggenggam tangan berkulit tan itu, menunggu empunya membuka mata.

Dua kali wanita jalang itu membuat mu seperti ini, tapi tetap saja kamu selalu menempatkannya di hatimu. Apa aku juga harus menyakitimu agar bisa kamu memberiku tempat di sana juga?

Tapi itu gak mungkin Gyu, melihatmu seperti ini saja hatiku sakit. Apalagi menyakitimu, hancur mungkin hatiku.

Aku bermonolog ria dalam batinku.

"Gyu ini Nunu. Gyu bisa dengar?

Gyu, bisa gak Nunu gantiin dia?

Biar Nunu yang sembuhin hatinya Gyu.

Gyu berhenti yah sakiti diri sendiri.

Gyu mau ga sakitnya dibagi sama Nunu?

Tiap Gyu nyakitin diri sendiri, yang sakit bukan cuma Gyu, tapi Nunu juga

Gyu masih inget gak janjinya 5 tahun lalu? Gyu janji gak bakal temenan sama barang barang itu lagi. Gyu janji gak bakal mengulangi hal bodoh itu lagi.

Janjinya Gyu kemana sekarang?

Gyu tahu, hatinya Nunu sakit liat Gyu kayak gini.

Gyu balik ya, Nunu gak papa kalaupun gak pernah bisa ada Nunu di hatinya Gyu.

Tapi Gyu.... tolong balik ya"

Tautan tanganku dengannya kini basah dan hangat oleh tangisanku.

Sandiwara (Meanie/Minwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang