Arctophile - 30

761 55 75
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

DOUBLE UP!!

________

Pagi hari, Taeyong sudah membawa dirinya untuk berkunjung ke Rumah Sakit untuk melihat keadaan Bre. Lelaki itu benar-benar nekat melakukan semua keinginannya, hingga tidak memikirkan hal yang akan terjadi. Tanpa ditemani siapapun karena tidak mau mengundang kecurigaan, dia melangkah dengan pasti menuju ruangan itu.

Dengan menggunakan jaket, kacamata hitam dan topi yang bertujuan untuk menyamarkan dirinya, Taeyong berjalan menuju ruangan yang diberi tahukan anak buahnya . Ruang ICU.

Matanya menyelidik ke segala arah, memastikan kalau suasana aman untuk memasukkan dirinya kedalam sana. Setelah dirasa tidak ada siapapun, Taeyong memakai pakaian khususnya yang tergantung dan masuk kedalam ruangan itu. Netranya menangkap tubuh gadis kecil yang tertutupi banyak perban.

"Kenapa kau bisa seperti ini Bre? Bangunlah, mari kita makan es krim bersama." Ucap taeyong dengan bodohnya, dia seolah bicara pada seseorang yang tidur tanpa penderitaan apapun.

Taeyong sungguh tidak menyangka kalau perbuatannya akan jadi seperti ini pada akhirnya, tapi masa bodo bukankah seharusnya dia senang?

"Aku kasihan melihat keadaanmu, sepertinya jika kau mati akan lebih baik daripada harus menderita seperti ini, karena perbuatanku" Ucap Taeyong semakin melantur, matanya menatap sendu pada Bre. Tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya berbanding terbalik.

Dia seolah memiliki dua jati diri ketika mengatakan satu kalimat ke kalimat yang lainnya, senyumnya juga terlihat menyeramkan walau hanya senyum tipis yang terlihat.

Matanya yang sedari tadi menatap Bre, kini beralih melirik kearah mesin ventilator. Seringai kejam terlihat diwajahnya, seperti ada niat jahat yang ingin dilakukan. Taeyong menekan salah satu tombol yang ada tanpa tahu apa fungsinya, matanya menatap Bre yang masih belum memiliki reaksi apapun. Lalu kembali menekan salah satu tombol lagi, hingga suara kencang dari gas yang keluar terdengar.

"Pergilah dengan tenang gadis manis, Aku tidak akan tega jika melihatmu kembali hidup dan cacat, jadi mungkin mati lebih baik" Ucapnya, bersamaan dengan itu pintu ruang ICU terbuka dengan seoang perawat yang berteriak panik.

Taeyong langsung melarikan dirinya, sebelum perawat itu berhasil menangkap wajahnya, dia lari dengan begitu cepat. Bahkan ketika beberapa perawat mengejarnya, mereka sudah kehilangan jejak dari lelaki gila itu.

Melihat kericuhan yang terjadi disekitaran ruang ICU membuat Mona yang baru keluar dari toilet terlihat bingung, dia berjalan kearah ruangan Bre dan melihat tubuh balita itu mengejang dengan seorang dokter yang entah tengah melakukan apa sampai akhirnya kembali normal.

Tangan gemetar dan langsung menghubungi Jongin dan Jennie yang masih ada dirumah, karena ini memang jadwal Mona untuk menjaga Bre.

"Tuan, Bre collapse"

.
.
.

Raut panik, marah terlihat jelas diwajah Jongin. Lelaki itu mendengar kabar dari Mona yang berhasil membuat hatinya memanas, siapa orang yang sudah berani masuk kedalam ruang rawat anaknya ketika tidak ada satu orang pun disana. Dia sedikit menyesal tidak mengarahkan banyak anak buahnya untuk menjaga Bre, karena dalam pikirannya balita itu akan aman tanpa penjagaan ketat.

Tangannya terus menggenggam tangan dingin jennie. Wanita itu hanya diam dengan raut wajah tidak terbaca, bahkan Jongin lebih menerima kalau dia menangis seperti biasanya. Tapi wajah jennie kali ini tampak lebih dingin dan menyeramkan, wanita itu hanya diam dan menatap lurus pada kaca mobil dihadapanya. Karena mereka masih ada dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang