Chapter 8

25 8 3
                                    


Saat aku akan memasuki gerbong kereta kuda, aku begitu terkejut melihat seorang wanita yang terkulai lemas di dalam dengan pakaian yang hampir sepenuhnya dibasahi oleh darah.

Sangatlah menakutkan membayangkan betapa menderitanya dia menahan semua rasa sakit itu.

"Aku akan mengobati mu, tetap diam saja karena aku akan menggunakan sihir untuk memulihkan luka mu."

"Teri......ma....... A..... kasih......."

"Sama-sama......."

Aku berpura-pura merapalkan mantra untuk memberikan kesan sedang mengaktifkan sihir, aku harus repot-repot melakukannya karena di dunia ini tidak ada orang yang bisa menggunakan sihir tanpa mantra yang merepotkan itu.

SHAAA~

Cahaya emas muncul di sekitar luka miliknya. Karena aku sudah mengaktifkan sihir penghilang rasa sakit, jadi aku mulai mencabut panah yang masih tertancap dengan perlahan-lahan.

Meski wanita itu terlihat ngeri dengan pemandangan mengerikan yang sedang terjadi, dia tetap bekerja sama dengan baik tanpa menggangu proses sedikitpun.

Setelah panah telah terlepas dengan sempurna, aku kembali menggunakan sihir untuk mempercepat regenerasi selnya. Memang agak sakit karena sihir ini memaksa sel di dalam tubuh untuk membentuk daging dan kulit yang baru, tapi alih-alih melihatnya kesakitan, wanita itu justru terlihat begitu bahagia.

(Apakah dia senang karena tidak harus memiliki bekas luka yang jelek di tubuhnya?)

"Hebat~" gumam sang wanita dengan senyum yang menawan.

Bahkan bagi jiwa wanita sepertiku, ekspresi di wajah cantik itu masih membuat ku terpesona.

"Lukanya sudah tertutup, dan bahkan tidak meninggalkan bekas, jadi kamu bisa merasa tenang. Karena sudah selesai, aku akan keluar sekarang."

"Tu...... Tunggu!!!! Bisakah aku tahu siapa kalian? Kenapa kalian mau repot-repot membantu kami?"

(Sebenarnya aku tidak punya alasan yang jelas, bahkan sebelumnya aku ingin datang hanya karena penasaran saja. Tapi tidak mungkin aku akan menjawab seperti itu, bukan?)

"Kami hanyalah petualang, tapi meski kami menyebut diri kami seperti itu, kami masih belum terdaftar di organisasi."

"Eh....... Kenapa?"

"Karena selama ini kami terlalu senang berpergian ke tempat-tempat berbahaya, jadi kami hampir tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat."

"Begitu......... Um....... Lalu...... Jika aku boleh tahu, si..... Siapa ksatria hebat yang menggunakan pedang besar sebelumnya?"

Melihat dari wajahnya yang tersipu malu, jelas sekali dia tertarik pada Ferdinand.

"Pria itu adalah elder brother ku, Ferd. Lalu.... Anak laki-laki dengan panah sebagai senjatanya, adalah younger brother ku , Leth, dan perempuan yang terlihat sibuk berlari kesana-kemari, adalah sepupu kami, Ana."

"Begitu......"

Merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, aku pun melangkah keluar.

Kingdom Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang