"Aku seorang wanita. Kelak aku juga akan menjadi seorang ibu. Siapa yang menginginkan anaknya celaka? Sama seperti ibumu, aku hanya ingin yang terbaik. Walaupun perasaan yang harus kita pertaruhkan."~Zara.
-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Dua hari berlalu, kini Farthur kembali mengikuti pembelajaran seperti sedia kala. Bingung? Bagaimana tidak jika kekasihnya tiba-tiba menghilang dan sama sekali tak menjenguknya.
Setelah memakirkan motor miliknya Farthur segera menghampiri Zara yang tengah berbincang dengan teman-temannya, "Zara," panggil Farthur."Kenapa?" tanya Zara.
"Harusnya aku yang tanya kamu. Kamu kenapa?"
"Aku nggak papa." Zara berjalan meninggalkan Farthur yang masih meninggalkan tanda tanya besar.
Farthur berjalan cepat, menyamakan langkahnya dengan Zara."Aku salah apa?" tanya Farthur menahan lengan Zara.
"Kamu nggak ada salah." Zara.melepaskan tangan Farthur kasar.
"Terus kenapa kamu jauhin aku?"
"Maaf," ucap Zara dan berlari meninggalkan Farthur.
Farthur beralih melangkahkan kakinya menuju kelas.
Setelah menemukan seseorang yang sedari tadi ia tuju, "Reza," panggil Farthur."Gue nggak tau apa-apa Thur." Reza tau hal apa yang akan ia tanyakan.
Farthur terdiam mendengar ucapan Reza."Gue harus gimana sekarang?" tanya Farthur putus asa.
"Kejar lagi, gue belum tau apa-apa juga, mungkin adek gue belum siap buat cerita." Farthur duduk disamping Reza.
"Bantu gue Za, supaya gimana caranya dia mau cerita sama lo."
"Nanti gue coba," sahutnya. Farthur menelungkupkan wajahnya dibalik lipatan tangannya. Reza hanya dapat menepuk bahu Farthur.
Saat jam istirahat berlangsung, Farthur menuju kekelas Zara. Ia menemukan Zara yang tengah berbincang dengan pak Anton meski merasa tak nyaman.
"Zara, kantin yuk," ajak Farthur.
"Nggak laper, duluan aja." Zara masuk kedalam kelas begitu saja menyisakan pak Anton dan Farthur.
Pak Anton tersenyum meremehkan, "Lagi marahan ya?"
"Jangan pikir ini kesempatan om buat dapatin Zara. Sekeras apapun om, Zara nggak bakalan dengan mudah ngasih hatinya gitu aja." lagi-lagi pak Anton dibuat terdiam sebab ucapan ponakannya sendiri. Ia juga berhak merasakan jatuh cinta bukan? Hatinya juga berhak untuk singgah, meskipun harus menaruh hati pada siswinya sekalipun.
"Memangnya saya salah kalau saya menaruh perasaan pada Zara?"
"Kenapa harus Zara? Salahnya tuh kenapa harus dia yang sudah menjadi milik saya?!" ucap Farthur emosi.
"Hati saya yang memilih," ucapnya dan berlalu pergi.
Farthur tak menggubris ucapan pak Anton. Farthur memilih masuk kekelas Zara. Ia duduk disamping Zara yang tengah memejamkan matanya. Tangan kekarnya terulur mengusap rambut Zara, tanpa sepengetahuan Farthur, Zara menitihkan air matanya dibalik lipatan tangan yang ia jadikan bantal.
"Aku nggak tau pasti perubahan sikap kamu. Yang harus kamu tau, aku sayang sama kamu. Seenggaknya kasih tau aku alasan kamu Za." Zara masih diam tak bergeming.
"Aku laper, mau kekantin nggak? Atau mau titip aja? Aku traktir deh," ucapnya namun tak kunjung mendapat sahutan dari Zara.
"Aku tinggal dulu ya. Laper banget, serius deh." Farthur mencium kepala Zara sebelum beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARA (Queen Star's♛)
Novela Juvenil❝Slow update.❞ ✧ ೃ༄ Rasa takut ketika menatap sang Ayah, membuatnya menjadi pribadi yang pendiam ketika berada dilingkup keluarga. Ketidak sengajaan yang Ayah lakukan kepada gadisnya sewaktu kecil, merubah apapun yang ada pada gadis kecilnya. Zara...