03. Ekstrakurikuler

19 3 0
                                    

"Mama belum pulang, dek?" Tanyaku ke arah adikku yang sedang duduk di sofa, memainkan ponselnya.

"Belom. Kata mama, hari ini dia bakal pulang agak telat" Jawabnya yang masih tidak berpaling dari ponselnya itu.

Aku hanya mengangguk dan kembali melangkahkan kakiku menuju kamar.

Mungkin lagi pacaran kali ya, pikirku.

Aku masuk ke dalam kamarku kemudian menutup pintu kamar rapat-rapat. Tanpa aba-aba, aku langsung melompat ke atas kasurku dan merebahkan diriku disana.

Aku menatap langit-langit kamarku. Berpikir, apa yang harus aku lakukan? Karena dirumah pun, tidak ada banyak hal yang bisa aku lakukan sendiri. Tugas sekolah, aku sudah menyelesaikannya semenjak sore.

Karena tidak tahu harus melakukan apa, aku mengambil ponselku dari atas nakas meja belajar, kemudian kembali merebahkan tubuhku di kasur.

Jariku mulai mencari kontak seseorang dan menyimpan kontak tersebut. Anggi.

Aku mulai menulis pesan untuknya.

Username ig?
sent.

Aku menunggu balasan darinya. Sungguh, bahkan aku tidak mengerti mengapa aku bertanya "username ig?". Karena akupun tidak tahu harus memulai percakapan seperti apa. Aku sibuk memikirkan topik yang ingin aku tanyakan padanya, tetapi kami tidak cukup dekat untuk berbicara satu sama lain.

Ting!

Notifikasi ponselku berbunyi. Aku langsung memeriksa ponselku, kali saja Anggi yang membalasnya.

Username ig gua?

Astaga bolot. Ya iyalah, siapa lagi? Orang aku mengirim pesan untuknya, ya jelas aku menanyai username instagramnya. Bukan username orang lain.

Iya.

Aku masih menunggu balasan darinya. Jujur saja, sebenarnya aku juga tidak begitu ingin tahu kehidupan pribadinya sampai ke akun Instagramnya pun, aku tidak peduli.

Aku hanya ingin tahu, Anggi merupakan sosok yang seperti apa. Apakah selain wajahnya, sifatnya juga serupa dengan mantan pacarku? Aku berpikir seperti itu. Kalau ternyata iya, aku pasti akan 100% menghindarinya. Tapi kalau ternyata tidak, yasudah. Mungkin kita bisa menjadi teman seperti yang lain.

Aku berpikir seperti itu.

Untuk apa?

Astaga. Pertanyaan macam apa ini? Ya jelas untuk ku follow. Memang fungsi instagram apa lagi selain untuk mencari followers? Untuk ngestalk? Mungkin, iya. Tapi aku bukan tipe orang yang gemar ngestalk orang, terkecuali seseorang yang aku sukai. Hehe.

Untuk dibakar.

Ya di follow lah, apa lagi?

Jujur, aku juga tidak mengerti mengapa jariku mengetik satu kalimat tersebut. "Untuk dibakar" Astaga, kalimatnya sangat tidak masuk akal. Aku menyesalinya setelah 3 detik ke depan.

Memang, biasa. Rencananya ingin melawak, tetapi lawakanku selalu saja tidak lucu. Sudah biasa, karena sedari dulu juga aku ingin membuat orang yang berada di sekitarku tertawa, jadi aku berusaha untuk membuat mereka tertawa dengan cara melawak. Tapi sayangnya, lawakanku itu tidak lucu.

End to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang