(14) Mahkota

2.4K 228 3
                                    

Kageyama bangun lebih dahulu dari (Name). Seperti rutinitasnya setiap pagi hari jika tidak ada jadwal latihan, dia akan berlatih sendirian di perkarangan rumah. Sesekali dia meringis tatkala bola voli itu mengenai jari tangannya, padahal luka tersebut sudah ditutupi oleh plester. Kageyama sempat berpikir, pasti (Name) akan marah padanya karena melukai telapak dan jarinya. Pasti wanita itu akan mengomel 'seorang setter harus menjaga tangannya untuk tidak terluka'.

Kageyama berhenti memantulkan bola voli miliknya, beralih mengangkat telepon yang sedari tadi berdering.

"Halo, Onee-chan. Ada apa?" ujar Miwa.

"Siang ini aku main ke rumahmu ya?"

"Oke, datang saja. Kami sedang libur."

Sambungan telepon pun terputus. Dirinya kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Sekitar pukul 09.25, (Name) baru selesai menyiapkan sarapan mereka. Dirinya pun memanggil Kageyama untuk sarapan. Wanita itu menyipitkan matanya, menyadari terdapat luka di tangan Kageyama. Dia pun mengambil tangan itu. Kageyama tersenyum kaku ketika mendapat tatapan dari (Name).

"Ini kenapa?" tanyanya sembari membuka satu plester.

"Emm, kemarin aku mukul ... dinding."

(Name) menghela napas panjang, "Bodoh. Seorang setter harus menjaga tangannya untuk tidak terluka."

Kageyama mengikuti ucapan (Name), membuat satu pukulan mendarat tepat di bahu Kageyama.

"Jangan meniruku!" omel (Name).

Pria itu tertawa renyah, "Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu."

"Kau sudah tau, tapi masih saja bodoh," tukas (Name) sembari melihat luka di tangannya.

"Sebentar lagi kan mau ada pertandingan. Untung hanya luka gores dan tidak dalam. Pas latihan tadi, lukanya sakit gak?" tanya (Name).

"Awalnya biasa saja, tapi lama kelamaan sakit."

"Tapi tadi gak keluar darah kan?"

Sepertinya (Name) khawatir. Wanita itu masih memegangi tangan Kageyama yang terluka.

"Enggak, ini hanya luka kecil, jangan khawatir," imbuh pria itu terkekeh pelan.

"Tapi goresannya cukup banyak! Si bodoh ini, tidak berpikir dulu sebelum bertindak," kata (Name) dengan tegas, lagi-lagi dia memukul bahu suaminya itu.

"Aww sakit! Kemarin aku kesal, karena kau langsung pergi seperti itu. Dingin sekali tatapanmu, sampai hatiku sakit," keluh Kageyama.

(Name) tidak merespon. Melihatnya, Kageyama berpikir untuk mencairkan suasana yang hening itu.

"(Name), kau menjatuhkan sesuatu tuh," ujar Kageyama sembari melihat ke bawah.

(Name) mengerutkan dahinya sambil mengikuti pandangan Kageyama. "Apa? Tidak ada apa-apa," ucapnya yang tidak mendapati hal apa pun di bawah.

"Mahkotamu jatuh." Seperti berpantomim, Kageyama melakukan gerakan seperti menaruh mahkota di kepala (Name).

"Kau kan ratuku," ucap Kageyama dengan wajah tersenyum kecil sembari menatap mata (Name).

(Name) terdiam, antara terharu, tersipu, dan heran. Wanita itu menyelidik penuh curiga, kali ini siapa yang mengajari gombalan itu pada suaminya.

"Kali ini kau diajari oleh siapa?" tanya (Name) penuh selidik.

Kageyama menggigit bibir bawahnya pelan dan terkekeh, "Hmm, aku belajar sendiri."

"Hmmm. Seorang Kageyama Tobio mulai belajar merayu wanita?" ujarnya sembari menaruh tangannya di dagu.

Kageyama berdekhem, "Aku kan sudah dewasa, aku juga hanya merayu ke kau saja."

"Tobio-kun, bahasa inggrisnya sembilan apa?" tanya (Name) tiba-tiba.

"Nine"

(Name) tersenyum sembari mendekati kursi Kageyama, "Kalau kamu ... is mine."

Dengan cepat (Name) mengecup pipi Kageyama dengan cepat. Membuat Kageyama tersentak dengan perlakuan istrinya, dia tidak menduga serangan itu. Perlahan kupingnya memerah, menandakan dia tersipu malu.

"Eeeee. Kau tersipu ya, honey?" goda (Name) mencolek pinggang Kageyama.

Kageyama menghindar, "S-siapa yang ter-sipu! Sudahlah. Ayo sarapan, keburu makanannya dingin!"

"Baiklah, nanti setelah sarapan, kita obati lukamu lagi ya."

(Name) tertawa puas. Sejenak Kageyama dan (Name) makan dalam diam. Dikeheningan itu Kageyama sibuk menenangkan dirinya. Hanya denting sumpit dan sendok yang mengisi ruangan tersebut. Ahh, pria itu baru ingat sesuatu.

"Honey, Kakakku nanti ingin berkunjung hari ini."

"Boleh, berarti aku harus masak banyak. Jam berapa?"

"Siang nanti."

"Oke, siap."

***


See you next chapter!
#skrind🦊


Become His Wife? | Kageyama Tobio X Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang