"Ya Tuhan, Sinbi....😱" , keluh seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di pintu kamar anak gadis satu-satunya. Ia memperhatikan sejenak keadaan kamar berwarna pink ungu itu yang tampak tidak ada kehidupan. Tirai masih tertutup rapat dan penghuninya masih bergelung dengan selimut. Wanita itu menghela napas gusar kemudian berjalan menuju ranjang king size dimana seorang gadis masih nyaman dengan alam mimpinya.
"Bangun!😡', teriak Mama Sinbi gemas. Ia menarik paksa selimut tebal yang tergulung itu sembari menampar bokong anak gadisnya.
"Aw! Mamaaaaaa...😫😫", Sinbi langsung terduduk di kasur nya sambil meringis kesakitan. Pantatnya terasa panas dan berkedut. Memang tangan Mama nya ini entengnya minta ampun. Apa-apa tampar sana tampar sini. Memangnya pantat Sinbi ini pantat wajan?.
"Mama kenapa sih setiap bangunin harus nampar pantat??☹️", tanya Sinbi sedikit merajuk. Dia menghentak-hentakkan kakinya karna masih tidak rela meninggalkan ranjang.
"Karna kamu nya ngga bangun-bangun😒. Udah sana mandi😠", Mama Sinbi mendorong paksa bahu anak gadisnya sampai tubuh ramping nan lembek itu turun dari ranjang.
"Mamaaa, ini kan hari Minggu😑. Makruh kalau mandi😩", Sinbi kembali melompat ke ranjangnya dan menyembunyikan diri dibalik selimut. Pokoknya Sinbi ngga mau mandi! Ini masih jam 7 pagi Ya Tuhan....
"Heh! Wejangan siapa itu?!🤬", Siaga 125!, Mama nya sudah murka. Kalau sudah seperti ini, nyali Sinbi langsung menciut. Daripada membuat Mama nya marah besar dan melakukan hal yang tidak-tidak, lebih baik dia mengalah. Akhirnya Sinbi memberanikan diri untuk menyembulkan kepalanya. Ya, hanya kepala nya saja.
"Ma, Moonbin aja ngga pernah diomelin tuh sama Tante🥺", cicitnya sambil menatap mata Mamanya yang berkilat-kilat. Tapi beberapa saat kemudian Mama nya menghela napas dengan mata terpejam, sepertinya dia sudah mengampuni kesalahan Sinbi.
"Moonbin itu laki-laki, Sinbi... nanti kalau kamu udah jadi istri ya yang bangunin suami itu kamu😌", Sinbi memutar bola matanya kelewat malas, bahkan lebih malas dari Nuni, kucing gendut nya yang hobi rebahan.
"Idih amit-amit😒", gumamnya dengan wajah super julid. Sepertinya dia salah tangkap maksud dari Mama nya. Tapi omong-omong, daripada jadi istri Moonbin, mending dia jadi selingkuhan nya J-Hope BTS yang ganteng, keren, bisa nyanyi, bisa rap, bisa dance, dan kaya raya. Ya iyalah!. Playboy cap kancut modelan Moonbin mah ngga ada seujung kuku nya Nuni yang kadang-kadang ada kotorannya. Nah, senajis itulah Moonbin di mata Sinbi.
"Mau mandi atau ngelamun?😠"
Tuh kan, mulai ngomel lagi.
"Iya-iya Maa... ini Sinbi otw🥴"
***
"Tanteeee....🤩"
Seperti biasa, Sinbi masuk ke rumah keluarga Moonbin tanpa basa basi, permisi apalagi mengucapkan salam. Gadis itu langsung menyelonong masuk dan menemui seorang wanita yang sedang sibuk di dapur.
"Wah... lagi apa tan?😯", wanita paruh baya itu adalah ibu Moonbin, teman sepermainan Sinbi. Ia tersenyum singkat ketika anak gadis tetangga sekaligus sahabatnya itu bertanya dengan penuh ketertarikan.
"Lagi bikin kue. Mau cicipin?", Ibu Moonbin mengambil potongan kecil kue coklat yang baru saja dipotongnya. Kue-kue itu tampak menarik dan rasanya pasti manis layaknya gula-gula. Tapi tanpa disangka-sangka Sinbi menggeleng pelan, seperti tidak ada hasrat untuk memasukkan kue mungil itu ke dalam mulutnya. Padahal kalau hari-hari biasanya, tanpa ditawari pun Sinbi akan main srobot sana sini.
"Engga ah tan🙂. Sinbi mau nepok Moonbin aja😄", kata Sinbi bersemangat seolah ada korek api yang menyulut sumbu minyak. Sepertinya gadis itu menyalahkan Moonbin atas segala beban yang ia dapat di pagi buta di hari Minggu yang cerah ceria ini. Harusnya... sekarang dia masih goleran di kamar, makan kacang bawang dan nonton Bangtan Bomb yang baru dirilis tadi malam. Tapi... tapi... tapi! Mama nya merusak rencananya!.
KAMU SEDANG MEMBACA
iMarried [Sinb-Moonbin]
FanfictionNgga pernah sekalipun terpikirkan oleh Sinbi kalau dia bakal dijodohin sama si bulan bin alias Moonbin, temen terkampretnya sepanjang masa. Nggak! Demi Tuhan! Sekecil upil pun Sinbi ngga pernah kepikiran!. Tapi... Para orang tua itu... kenapa pikira...