Jeno berdiri dibalik kaca ruang kerjanya. Matanya menatap lurus pemandangan bersalju di halaman mansion. Sikapnya tenang, namun memancarkan aura mengancam.
"Bos, Tuan Mark sudah datang." Bangchan, melaporkan.
Jeno tidak mengatakan apapun dan hanya memberikan anggukan singkat, kemudian Bangchan keluar untuk menjemput Mark.
Setelah beberapa saat, sosok pemuda tampan dengan pakaian serba hitam memasuki ruang kerja Jeno. Pemuda tampan itu mengabaikan Jeno yang berdiri dibalik kaca dan langsung mendudukan dirinya di salah satu sofa.
Kemudian disusul Jeno yang duduk dihadapannya.
"Jaemin menghilang." Mark membuka suara dan menatap Jeno datar.
Jeno menghela nafas, "Sejak kapan?" tanyanya.
"Kemarin malam."
Kali ini, Mark sama sekali tidak bisa menduga sikap Jaemin. Semuanya baik-baik saja kemarin. Bahkan Jaemin masih sempat memberikan malam yang luar biasa kepadanya, sebelum akhirnya menghilang ketika Mark bangun keesekoan harinya.
Jeno telah menyelidiki cctv yang memperlihatkan saat penculikan Renjun. Namun, yang membuat Jeno bingung adalah Renjun terlihat sama sekali tidak melawan. Bahkan terkesan bekerja sama dengan penculiknya.
Jeno merasa sedikit kecewa, dia tidak pernah memperlakukan Renjun dengan salah. Namun kenapa submisif itu selalu mencoba lari darinya?
"Kalau orang yang menculik Renjun adalah Jaemin, darimana dia mendapatkan senjata?"
Mark menghela nafas. "Ini juga yang membuatku bingung. Bahkan aku tidak tahu bagaimana cara mereka meninggalkan rumah sakit. Burdenko dipenuhi dengan cctv disetiap sudut dan hanya ada beberapa titik buta yang sama sekali tidak terhubung."
Otak Jeno bekerja dengan cepat. Kalaupun mereka turun menggunakan tali dari sisi bangunan, mereka masih akan tetap terpantau cctv.
"Kecuali sejak awal mereka memang tidak menghindari cctv."
Jeno menoleh ke arah Bangchan yang setia berdiri dibelakangnya. "Periksa kembali seluruh cctv. Lihat apakah ada yang terpantau keluar namun tidak terpantau saat masuk."
Bangchan mengangguk dan segera melaksanakan perintah Jeno tanpa banyak bertanya.
Setelah beberapa saat, Bangchan kembali dengan beberapa lembar kertas dan satu buah flashdisk.
"Bos, kami menemukan dua orang yang tidak terpantau kedatangannya namun terlihat keluar mengendarai mobil di gerbang keluar utama." Bangchan menyerahkan selembar kertas kepada Jeno.
Kertas itu berisi tangkapan layar cctv yang memperlihatkan dua orang menggunakan hoddie dan masker meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobil. Sekali lihat saja Jeno tahu bahwa kedua orang memang mirip dengan Renjun dan Jaemin.
"Apa yang mereka lakukan di rumah sakit?"
"Sebenarnya, salah satu dari mereka terlihat datang pukul tujuh pagi dengan mobil yang sama tapi pakaian berbeda. Kami melacaknya dan menemukan dia menghilang di toilet lantai satu. Sepertinya dia memanfaatkan toilet sebagai titik buta."
Jeno menghela nafas dan menatap Mark. "Kendaraan ini, apakah milikmu?" tangannya menunjuk gambar mobil berwarna pink yang sangat kontras dengan jalanan.
Mark mendadak kesal, yang benar saja. "Bukan, sepertinya dia membelinya setelah pergi."
Jeno melirik Bangchan dan Bangchan segera menyalakan flashdisk dan mengklik salah satu gambar disana.
"Mobil itu baru saja dibeli, hari itu juga. Tapi bukan dengan identitas Tuan Muda Jaemin. Pemiliknya adalah seorang bernama Nayana Ivanovic, berkewarganegaraan Rusia. Namun fotonya adalah foto Tuan Muda Jaemin." Bangchan menyerahkan selembar kertas salinan kepada Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Libidine [ Noren ]
Fanfic🔞 Renjun tidak merasa perusahaan daddynya bangkrut sehingga dia harus menikah dengan Lee Jeno dan merasakan kehidupan sebagai istri dari seorang mafia. ©junghyunjung, 2O2O Warn : Bxb, harshword, include mature contect. Mostly for Noren shipper Ps...