______________________________________
"Tak usah khawatir, dikerjain dulu aja. Ngapain kita bersama-sama kalau lo nya aja mengeluh?"
_____________________________________
*
*
**
*
*
*
☁✈🕊☁HAPPY READING!
Hari semakin siang dan ini merupakan waktu yang tepat untuk melanjutkan misi si nomor misterius itu. Mereka sudah membereskan perlengkapan yang mereka keluarkan tadi malam. Sebenernya ada kejadian sedikit yang membuat mereka bergadang hingga jam tiga subuh.
Jam satu malam, ketika semua orang terlelap, Gella ingin membuang air kecil, dan pada diperjalanan dia melihat seseorang yang melihat dia dengan tatapan yang teduh, seperti meminta bantuan? Gella ingin mendekat akan tetapi dia tidak sengaja menyenggol vas yang sangat antik itu. Dan terjadi lah suara yang menggelegar di villa tersebut, mereka pun yang sedang tertidur terbangun dengan suara yang keras itu.
Dan saat mereka sedang panik, tiba-tiba saja terdengar suara Kakek yang marah karena keteledoran Gella. Mereka takut dengan aura mencekam yang dibawa oleh Kakek tersebut, mereka meminta maaf karena sudah melanggar apa yang sudah dikatakan oleh Kakek tersebut. Terutama Gella, dia menangis karena dia ingat dengan perkataan semalam, bahwa jika mereka menyentuh barang-barang yang ada disini. Mereka tidak akan bisa keluar, dan juga akan diusir pada saat itu.
Awalnya Kakek tersebut tidak mempan dengan rayuan-rayuan pemuda/i tersebut, karena mendengar lirihan Gella, dan wajah teduh serta capek mereka. Akhirnya Kakek tersebut menyetujui bahwa mereka bisa menginap sampai pagi tiba.
Dan tepat pada saat ini, mereka sudah membereskan barang-barang yang mereka bawa. Mereka sudah berdiri didepan Villa tersebut ditemani oleh Kakek, tadinya mereka ingin pergi saat menjelang Pagi. Tapi dikarenakan hujan turun jadi mereka menunda keberangkatan untuk melanjutkan misi mereka.
"Terimakasih Kek, atas penginapannya. Kita langsung pergi Kek, permisi."
"Baiklah, hati-hati jika sudah menjelang sore ataupun malam, jika bisa kalian sudah menyelesaikan misi yang sedang kalian lakukan saat ini diselesaikan pada hari ini juga, karena hutan itu banyak penjaga nya. Semakin kalian memasuki hutan tersebut dan semakin kalian menjelajahi hutan tersebut sampai dalam, maka kalian semakin tidak bisa keluar dari kawasan 'mereka'."
"Kok gue takut ya," Pelan Kenan yang masih bisa didengar Gella.
"Tenang ada gue," Percaya diri Gella yang membuat Kenan mendelik.
"Bener yah, kalau ada tuh mba sundel bolong lo jangan lari."
"Kagak lari, paling pingsan," Yang jawab bukan Gella melainkan Rizar.
Kakek tersebut lalu melihat kearah Fidya dengan tatapan yang cukup aneh. Fidya yang melihat itupun merasa risih dan takut, dia mundur hingga tubuh dia dihalangi oleh tubuh kekar Firga. Yang kebetulan ada di sampingnya. Sontak itu mengundang tatapan bingung Firga dan juga yang lain.
"Kenapa?" Tanya pelan Firga kepada Fidya, karena dia melihat ketakutan yang ada pada Fidya saat ini.
"Kek, Kakek kenapa selalu melihat Fidya? Kakek gak suka kan sama dia? Jangan deh Kek, Fidya masih kecil kakek dah berumur," Perkataan Mea yang sadis mengundang tawa teman-temannya, tapi ketika mereka ingin tertawa mereka melihat tatapan intimidasi dari si Kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY BLUE [ON GOING]
Teen FictionBlurb: Dua makhluk yang menyukai langit biru dan dua makhluk yang memiliki alasan mereka menyukai langit biru. Takdir memang tidak ada yang tahu. Takdir mereka mengikuti alur dan waktu yang sudah di tetapkan. Pesawat, alasan mengapa Firga menyuka...