LSIH ( 28 ) - Search for answer 💕

3.5K 495 82
                                    


    
      Generasi penerus. Sebuah kata yang sering didengar. Biasanya mengiringi kata menikah dan keluarga.   Dalam kamus besar bahasa Indonesia, arti generasi penerus adalah generasi yang akan melanjutkan generasi sebelumnya. Makna yang sangat jelas tersirat, bahwa kehadiran keturunan sebagai generasi yang akan melanjutkan generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya yang akan terus bertambah tua dan renta hingga mencapai usia maksimal dimana sudah tak ada jatah udara lagi untuk dihirup alias meninggal.

     Maka sebuah kewajaran jika kehadiran seorang keturunan sebagai generasi penerus membuat sebuah keluarga diliputi kebahagiaan tiada tara. Sebuah hal yang lumrah jika kehadiran seorang bayi sebagai generasi penerus sangat ditunggu hadirnya. Dan ketika telah hadir mampu menjadi sinar yang menjadi pusat perhatian seluruh keluarga. Menandakan keberlangsungan klan atau istilah bani terus ada. Sebuah fitroh atas keberadaan manusia di muka bumi ini, mempertahankan silsilah keluarganya agar terus ada.

     Maka, sejatinya mempersiapkan generasi penerus memang sering menjadi perhatian. Tapi setidaknya persiapan tersebut tentu saja bukan hanya menyoal kesiapan fisik semata. Seperti bagaimana memberikan nafkah secara baik, mempersiapkan biaya sekolahnya, pakaiannya dan segala hal berwujud fisik. Tapi jangan lupa untuk mempersiapkan pendidikan jiwa. Bagaimana mengisi hati sang anak dengan iman dan tauhid. Membekali anak dengan taqwa dan berhiaskan akhlak berlandas iman.

     Sepertinya itu yang harus serius dipersiapkan seorang ayah dalam mewujudkan generasi penerus. Mencari rahim terbaik dan bersih sebagai tempat tumbuh kembang sang generasi penerus. Memberikan ibu yang sholihah dan paham tentang katauhidan untuk sang anak. Karena di tangan ibu pendidikan awal diterima sang anak. Sebagaimana Imam Syafii, Imam Hambali, Sufyan ats Tsaury, Imam Malik. Para ulama besar yang lahir dari rahim para wanita sholihah, berakhlaq mulia, berlisan Quran, berwawasan tauhid dan bertindak dengan taqwa. Subhanallah. Betapa indah jika dunia dipenuhi dengan generasi penerus semacam mereka semua. Dan betapa sempurna dunia bila dijejali perempuan mulia seperti ibu mereka. Juga betapa damainya dunia jika disesaki lelaki seperti ayah para ulama besar tadi, yang mempersiapkan sejak awal madrasah awal pilihan sebagai tempat tumbuh kembang generasi penerus Qurani tersebut.

    Abul Aswad ad-Duaili berkata kepada anak-anaknya "Sungguh aku telah berbuat baik kepada kalian sejak kalian masih kecil hingga kalian dewasa bahkan semenjak kalian belum dilahirkan" Anak-anaknya berkata, "Bagaimana cara ayah berbuat baik kepada kami sebelum kami terlahir?" Beliau menjawab "Aku telah pilihkan untuk kalian ibu yang mana kalian tidak akan pernah kecewa kepadanya"

      Setetes air mata tanpa terasa jatuh di pipi kemerahan milik Taqi. Tak ada kata yang bisa diucapkannya detik itu. Hanya pandangan mata yang berkaca dan hatinya yang spontan terus mengucap hamdalah. Iya, bahkan Taqi hanya bisa bersyukur dalam diam. Keharuan terlalu kuat mengatupkan bibirnya.

      "Ini putra bapak Taqiyuddin Fawaz Jauhar, Alhamdulillah sehat, lelaki, panjang 50 senti berat 3,5 kilogram" terdengar suara suster memberi informasi tentang seorang bayi laki-laki yang menangis keras dalam box bayi.

    "Terimakasih ya sus..." bukan Taqi yang menjawab, tapi umi Namira yang melakukan. Taqi masih diliputi rasa takjub, hingga tak bisa membuka bibirnya.

    Tante Aida yang bisa melihat ekspresi Taqi dipenuhi amazing, mengusap pelan punggung menantunya.

     "Qi, itu putra kamu. Segera kamu dengarkan iqomah dan azan...." tante Aida mengingatkan Taqi. Membuat Taqi tersadar akan sunah yang harus dikerjakannya sebagai seorang ayah.

     "Eh...Ya Allah. Taqi hampir lupa. Iya, Ma" Taqi menghapus matanya yang basah. Menghela napas. Dan mendekatkan diri ke bayi merah yang terbungkus rapi selimut biru.

Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang