Arctophile - 31

752 58 54
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

DIMOHON BUAT SETEL MULMED, PALING NGGA SETEL DEH LAGU RAPUHNYA AGNES.. 🙃

______

Aroma obat-obatan yang khas dengan image rumah sakit masuk kedalam indera penciuman Kim Jongin. Kini Lelaki itu berada diruang rawat milik Aubree, karena sejak beberapa menit yang lalu gadis kecil itu sudah dipindahkan dari ruang ICU ke ruangan biasa.

Bre sudah kembali memejamkan matanya karena obat yang diberi oleh dokter, sepeninggalan jennie tadi balita itu kembali mengalami kejang. Dokter mengira kalau ada infeksi disaluran pernafasannya akibat kebocoran oksigen tadi pagi. Hal itu jugalah yang membuat selang ventilator masih mendiami mulut balita itu.

Namun dokter memilih memindahkannya keruang rawat biasa karena Bre sudah sadar sepenuhnya. Walau kembali tertidur dalam pengaruh obat.

Jongin mengelus pipi Bre, dia belum sempat menemui jennie sejak wanita itu keluar dari ruang ICU tadi. Jongin tidak tahu keberadaan jennie sekarang, dia ingin menemui wanita itu karena sudah dapat dipastikan kalau jennie amat terpuruk. Tapi, Bre tidak mau ditinggal, bakan sejak tadi hingga matanya terpejam ia terus menggenggam jemari milik jongin. Namun sekarang harus pergi mencari jennie, lagipula Bre juga sudah terpejam erat dan masuk sepenuhnya kedalam mimpi.

Menoleh ke sofa dibelakangnya yang diduduki oleh sang ibu. Jongin berjalan mendekat, ibu Jongin baru saja tiba dari Tokyo bersamaan dengan Bre yang dipindahkan keruang rawat. Wanita itu cukup terkejut melihat keadaan cucunya yang bisa dikatakan cukup parah.

"Eomma, aku titip Bre sebentar ya? Aku ingin mencari jennie" ucap jongin, ibunya itu sedikit mengernyit heran. Memang kemana perginya wanita itu?

"Kemana jennie?" Jongin menghela nafasnya singkat, dia menjelaskan mulai darill awal Bre membuka matanya dan ketika balita itu menolak kehadiran jennie. Wanita paruh baya itu sedikit terkejut dengan ucapan jongin, sebelum akhirnya mengangguk.

"Pergilah, jennie pasti sangat terpukul. Bawa dia kesini, dan biarkan Bre melihat ibunya saat nanti kembali membuka mata" Jongin mengangguk kuat.

Ibunya benar, jennie harus tetap disini apapun yang terjadi. Dia akan menjelaskan semuanya perlahan-lahan pada Bre walau dia akan tetap menolak. Karena mau bagaimanapun, jongin yakin balita itu merindukan dan membutuhkan jennie.

.
.

Duduk diam ditemani indahnya taman rumah sakit, Jennie menatap ujung sepatunya dengan sendu. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk saat ini. Sejak keluar dari ruang dimana Bre berada, jennie sama sekali belum melakukan apapun selain duduk diam dan merenung.

Ia juga merasakan pusing yang amat sangat pada kepalanya, mungkin karena terlalu lelah dan kurang tidur.

Jennie mencoba bangkit dari duduknya, sepertinya ia harus mencari pemandangan lain yang lebih menenangkan. Namun rencana itu gagal ketika kepalanya berputar, jennie meraih kepala bangku taman untuk menumpu tubuhnya. Tangannya gemetar, dia lupa kalau belum makan seharian ini, bagaimana bisa dia makan jika hatinya sedang gundah gulana.

Menetralkan rasa pusingnya, Jennie kembali menegak dan mencoba berjalan menuju kantin rumah sakit. Jennie akan kembali melihat Bre, tapi dia harus makan lebih dulu. Keringat dingin membasahi kening wanita itu, selama berjalan jennie terus meremas bajunya menahan rasa mual dan pusing yang menggerayangi tubuhnya.

Demi Tuhan, ini sangat mengesalkan. Kenapa jennie harus merasakan ini disaat dirinya sedang tidak bersama siapapun, bagaimana jika dia pingsan?

Entah mendapat tenaga dari mana, jennie melangkahkan kakinya cepat menuju toilet terdekat. Tangannya sudah memegang mulut yang bersiap mengeluarkan sesuatu dari sana, rasa mualnya semakin menjadi setiap kali kakinya melangkah.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang