25 •• Tanggung Jawab ••

16 8 1
                                    

Lagi. Pasukan mengembangkan senjata baru untuk mempermudah mereka melakukan penyusupan di tengah-tengah pasukan musuh. Peralatan yang disarankan Luna dan baru selesai pembuatannya setelah tiga bulan yang lalu dimulai.

Gadis itu, sekarang tidak diperbolehkan sama sekali turun dari desa karena keadaan perutnya yang semakin membesar. Pun sudah mendekati waktu kelahiran dan kadang berdiri saja sudah harus di bantu.

"Jadi... Benda ini adalah alat transportasi?" William memandang benda mirip seperti senapan yang berukuran persegi lebih kecil dibandingkan senapan senjata mereka.

Meraih benda itu, ia memperhatikan setiap detil yang ada di senapan itu. Jika diperhatikan dari lubang senapan, ada kail yang terlipat di lubang keluar. Dan bagian persegi pada tubuh senapan itu berisi gulungan tali kuat yang terbuat dari baja. Yang memungkinkannya membawa beban manusia.

"Tapi... Kelihatannya ini hanya berguna di hutan." William melirik ke arah Benedict yang sebelumnya membawakan benda itu untuknya.

"Ya. Kita tidak bisa menggunakannya dengan maksimal di kota. Itu hanya bagian dari alat pengaman pasukan belakang."

Kening William berkerut saat mendengar penjelasan yang Benedict berikan padanya.

Rencana pelarian mereka dari Ecestarias, memang akan dilakukan melewati hutan. Mereka tak ingin mengambil resiko dengan keluar melewati kota atau berinteraksi lebih banyak dengan penduduk setempat. Jalan alternatif adalah pilihan mereka.

Sudah jelas pasukan belakang akan di perketat.

"Karena itu, untuk peralatan di kota kami membuat satu benda lagi." Benedict mengeluarkan kotak kayu yang masih berada di bawah meja. Membukanya. Menunjukkannya pada William. "Senjata ini efektif untuk meningkatkan kecepatan di tanah padat kota."

Memperhatikan detil benda di hadapannya, pria itu mengangguk paham. "Begitu? Baiklah... Coba demonstrasikan cara kerjanya. Setidaknya... Kau sudah paham cara kerjanya, bukan?" Pria itu meletakkan lagi senapan persegi yang dibawanya.

***

Wanita paruh baya itu meletakkan nampan anyaman yang berisi tanaman herbal kering di atas meja. Menghamparkannya dengan rata agar bagian bawah yang belum terkena cahaya matahari mendapatkan gilirannya kering.

Ia menoleh ke arah seorang gadis yang tampak sedang memasukkan obat-obatan herbalnya ke  dalam toples bersama anak-anak perempuan yang datang.

Beberapa Minggu terakhir, anak-anak memang banyak berdatangan karena mengetahui kelahiran kesatria putih mereka sudah semakin dekat. Mereka berlomba-lomba ingin menjadi orang pertama yang tau mengenai kesatria putih mereka.

"Luna! Luna!!! Benedict akan melompat, lhooo!!!" Dua orang anak laki-laki terlihat berlari dan berhenti tepat di depan pintu rumahnya.

Kedua anak itu tampak ceria dengan senyuman di bibir mereka. Rambut pirang mereka tampak berantakan karena angin yang mereka lalui.

"Kalian ini... Sudah diberitahu, kan? Jangan berlarian di depan rumah orang..." Gadis itu bangkit dari duduknya. Melangkah mendekati pintu. Sedikit menundukkan tubuhnya. Menyejajarkan wajahnya dengan dua bocah laki-laki itu.

"Benedict yang meminta kalian menyampaikan?" Tanyanya lembut.

"Eung!!!" Dengan kompak, keduanya menjawab.

Tertawa kecil, wanita paruh baya yang sedang kembali meletakkan nampan rotan di bawah sinar matahari itu menggeleng pelan.

"Dia ini... Sepertinya hari yang dia lalui tidak akan sempurna kalau kau tidak hadir di setiap apa yang dia lakukan." Ia mendekati Luna. Membantu gadis itu berjalan mendekati pintu, lalu meletakkan kursi untuknya duduk.

My Empress | CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang