Mereka yang di Sekolah

6 0 0
                                    

Cerita ini bermula ketika aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di suatu sekolah di daerah BASO
Jarak rumah ke sekolah sekitar 9,7 km. Di karenakan dengan situasi dan kondisi untuk pergi ke sekolah harus berjalan kaki sekitar 3 km untuk sampai ke simpang heler supaya bisa naik angkot dan sampai kesekolah tepat waktu. Biasanya aku berangkat sekitar jam 6 pagi dari rumah menuju simpang heler melewati perbukitan yang sunyi dan sepi. Memang menyedihkan ketika teman-teman dengan ekonomi yang beruntung bisa dengan motor pergi kesekolah
Ketika beranjak ke kelas 11 saya masuk ke jurusan IPA 1. Saat itu aku memutuskan untuk tinggal di mesjid di sekolah atau nama lainya menjadi Gharim di Mesjid dengan cara meminta izin keguru yang bersangkutan
Pada awalnya yang menjadi Gharim berdua dengan temanku. Ketika malam tiba selalu ada gangguan seperti meja dan kursi yang bergeser serta bunyi cekikikan yang berasal dari labor kimia dan fisika. Oh iya kondisi di labor jarang digunakan serta suasana di Labor agak rada-rada gelap. Sehingga membuat temanku menjadi resah. Dan dia memutuskan tidak ingin menjadi Gharim dan hanya seminggu dia bisa bertahan
Setelah itu aku sendirian yang menjadi Gharim di Mesjid yang berada di tengah-tengah sekolah tersebut. hari demi hari kulalui dengan perasaan takut yang luar biasa setiap malamnya karna banyak sekali gangguan-gangguan. Dikarenakan aku mandi di WC guru    aku harus mandi setelah Shubuh yang letaknya agak jauh, aku harus melewati lapangan bolabasket serta gedung kelas sepuluh yang bertingkat.
Di karenakan pencahayaan yang kurang, tangga selalu ada sesosok samar-samar hitam yang memperhatikanku dia agak nyengir melihatku
Setiap mau mandi pagi aku harus selalu memberanikan diri untuk melalui gedung itu serta lapangan basket, bahkan setiap mau mandi pagi selalu ada sosok hitam besar yang selalu menatapku, hari-hari kujalani dengan keadaan tersebut.
Dikarenakan aku tinggal di Mesjid sekolah, aku memutuskan untuk masuk ke Organisasi OSIS dan menjadi Ketua 1 serta juga menjabat menjadi Ketua Keamanan  PRAMUKA. Di dalam keanggotaan OSIS kami selalu pulang terlalu sore di karenakan ada rapat atau kegiatan-kegiatan lainya.
Dikarenakan ada rekan-rekan dari OSIS yang menemani sampai sore hari perasaan takut untuk tinggal disekolah agak menjadi kurang..
Disetiap malamnya aku sendiri shalat di mesjid dikarenakan tidak adanya rumah penduduk di sekitar sekolah .  Dan mesjid juga terletak di tengah-tengah sekolah
Pada suatu malam ketika shalat ISYA aku mencoba menjadi imam tanpa adanya makmum, setelah membaca surat al-Fatihah ketika aamiin terdengar suara yang menyahut aamiin juga di belakangku
Aku :"waladhollin..."
Suara misterius : "aamiin"
Seketika bulu kuduk berdiri.. aku harus menyelesaikan shalat ku
Setelah selesai shalat aku melihat kebelakang ternyata tidak ada orang, akibatnya aku langsung bergegas menuju kamar serta mamaksa mata harus tertidur.
Didalam masjid ada dua ruangan, yang pertama ruangan untuk Gharim yang saya tempati, kamar yang lain berisikan meja-meja serta kursi yang rusak serta bau yang sangat menyengat. Dikamar tersebut aku sering menjemur pakaian.
Pada suatu pagi setelah mandi dan mencuci pakaian, aku langsung untuk menjemur pakaian diruangan yang sebelah kamar gharim tersebut, setelah selesai aku lupa untuk menutup kembali pintu ruangan tersebut. Setelah itu bergegas untuk pergi kekelas.
Kebiasaanku setiap jam istirahat aku pergi ruangan gharim untuk menanak nasi, ketika berjalan menuju keruanganku, aku sempat kaget dan merinding ketika pandanganku mengarah keruangan tempat meja dan kursi yang berserakan, aku melihat sesosok hitam besar yang berdiri mengarah kepadaku, penampakan itu sering kulihat dan lama kelamaan menjadi terbiasa.
Pada suatu sore akibat kelelahan dengan aktivitas sekolah, aku tertidur dan bangun sekitar jam Sembilan malam. Seketika cacing diperut langsung memberontak ingin dikasih asupan.
Selanjutnya aku menanak nasi, sebelum menanak nasi, beras dicuci dulu, biasanya aku mencuci beras tempat wudhu’ yang berhadapan langsung dengan labor kimia. Suasana ditempat wudhu’ kurang pencahayaan akibatnya menambah suasana seram. Oh iya diantara tempat wudhu’ dengan labor kimia ada kolam kecil yang ditepianya ada batu yang besar.
Dibatu ini sering duduk sesosok perempuan seperti kuntilanak, bisa diilustrasikan dengan muka yang pucat rambut yang menutupi bagian wajah hanya sebagian, selalu menatap dengan tatpan sedih dan terkadang dengan kepala tertunduk.
Bact to topic : setelah membersihkan beras aku langsung masuk ke masjid dan langsung menuju ke kamar gharim untuk menanak nasi. Selama menunggu nasi masak aku mainin hape don nonton-nontonan youtube lah karena di sekolah ku sudah tersedia wifi.
Cerita lain :
Di suatu malam ku mendengar suara pantulan bola diarah lapangan bolabasket, lapangan bolabasket berada di depan masjid, rasa penasaran menghampiri, dengan perasaan was-was, ku intip dari jendela masjid tidak ada orang bermain, tetapi bunyi pantulan masih terdengar, seketika bulu kuduk merinding, dan aku langsung berlari menuju kamarku (kamar gharim). semenjak itu aku gak berani lagi keluar masjid kalau sudah malam, walaupun sewaktu-waktu ingin bag air kecil, harus ditahan aja sampai pagi datang.
Dan disuatu pagi ku hendak mandi pagi, ya biasanya ku mandi setelah shalat shubuh, tentu masih gelap dong? Ya gelap lah masak enggak. Ku memberanikan diri untuk melangkah ditepian lapangan bolabasket, seketika pandanganku menuju ke arah ruangan OSIS dan sederetan kelas tersebut, aku melihat mungkin puluhan penampakan sosok yang tidak kasat mata, berupa kuntilanak, pocong, anak kecil da nada juga sosok hitam besar, kakiku reflek untuk berlari menuju WC guru untuk melaksanakan tujuanku sebelumnya yaitu untuk mandi pagi.
Sesampainya dikamar mandi badan terasa menggigil serta panas dingin menyerang badanku, ku mandi perlahan-perlahan, bahkan ketika menyiram diri aku tetap membuka mataku, takutnya ketika keramas dan memejamkan mata tiba-tiba muncul aja di depan muka, kan bisa jadi pingsan.
Masih banyak kejadian-kejadian aneh yang kualami sewaktu aku menjadi Gharim di masjid sekolahku, yang terkadang susah dilogikakan terkadang ada suara meja dan kursi yang bergeser adapula suara orang batuk dikelas, apalagi penampakan-penampakan yang mengerikan.
Di suatu ketika aku pernah berbincang-bincang dengan guruku yang sudah senior dan tentunya beliau sudah tahu seluk beluk kejadian-kejadian di sekitar sekolahku, dan beliau berkata dibelakang sekolah ini kan ada sungai kecil di belakang sekolah dan lokasinya sangat rimbun disitu ada bekas korban perang dan PKI.
Setelah sekitar setahun ku menjalani profesi menjadi Gharim, aku hendak mengundurkan diri karena tidak nyaman dan ada masalah dengan guru yang bersangkutan.
Setelah beberapa hari kemudian tidak ada siswa lagi yang mau menjadi gharim lagi dengan berbagai alasan, alasan pertama karna sendirian dan tidak adanya rumah penduduk dan yang kedua ya suasananya dimalam hari. Pokoknya ya gitu lah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mereka Yang Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang