1

92 14 1
                                    

Pagi ini, seperti biasanya, aku bangun karena mendengar bisikan suara kakakku. Tapi hari ini ia terlalu pagi membangunkanku. Hey lihat! Aishh ini pukul 04:30. Sudahlah. Lagipula, aku sudah berjanji untuk bangun kapanpun dia membangunkanku. Aku berjalan kesal menuju dapur untuk minum air putih. Aku melihat ke arah kamar mandi yang berada di depan dapur dan melihat tumpukan baju yang kemarin belum sempat ku cuci. Pantas saja dia sudah membangunkanku pagi pagi buta. Oke, aku akan mencuci pakaianku dulu.

Namaku Eunbi, dan nama kakakku juga Eunbi. Kami duo Eunbi. Hehehe aku tau kalian bingung, jadi sinu biar aku jelaskan. Kami kakak beradik, tak kembar, tetapi orang tua kami memberikan kami nama yang sama karena suatu hal. Tapi aku biasa dipanggil Sinb dan dia Eunha. Nama kami bagus kan?

Selesai mencuci aku mendengar kakakku menyuruhku untuk segera mandi, katanya hari ini akan hujan. Aku tak membuka handphone sama sekali semalam jadi tak tau ramalan cuaca, tapi mungkin dia melihat tv dan menonton acara ramalan cuaca.

"Yaaaa!!! Sabar sedikit!! Temanku sedang mengirimiku pesan!" Aku menjawab teriakannya yang malah terdengar imut itu.

"Sudah kubilang cepat masih saja lambat! Nanti terlambat!" Kudengar sayup-sayup suara kakakku itu yang memang sangat lembut dan kurang pantas berteriak.

Aku sudah rapi pukul 06:05 dan langsung bergegas menuju halte bis. Aku berjalan santai diikuti kakakku. Aku menengadah ke langit dan ternyata benar, dimusim panas ini langitnya berwarna kelabu. Pagi pagi begini sudah disuguhi hal-hal yang mellow.

Aku berbalik ke arah belakang dan mendapati kakakku tak ada di belakangku. Ini sudah biasa, dia menghilang tiba-tiba lalu secara tiba-tiba juga dia sudah ada di belakangku. Aku mencoba menikmati suasana. Aku memeriksa chat dari ibuku yang bertanya, apakah aku sudah pergi ke tempat yang biasa ku datangi setiap tanggal 30 mei ini dan kujawab kalau aku sedang dijalan. Mereka tak bisa datang karena mereka sudah tak tinggal di kota ini lagi. Mereka pindah ke luar kota dan meninggalkan kami di rumah kami yang lama kira-kira 2 tahun yang lalu.

Aku menghembus nafas lega karena aku sudah sampai di halte tepat pada waktunya, sebab hujan sudah mulai turun.

"Lain kali kalau berjalan tunggu aku Sinb!" Aku terkejut melihat kakakku tiba-tiba berada di sampingku.

"Makanya jangan suka ngilang-ngilang!" Tukasku balik.

"Cih! Dasar adik bandel! Mau jadi apa kalau aku sudah pergi setelah ini?"

Dadaku tersentak mendengar perkataannya barusan. Betul juga, aku sudah lupa. Aku lupa kalau kakak tak akan bersamaku selamanya, dia punya dunianya sendiri sekarang. Aku bahkan lupa kalau sekarang mungkin saat-saat terakhirnya sebelum ia pergi, dari hidupku. Bagaimana aku bisa selupa dan sebodoh ini? Kau bodoh Sinb.

Aku menaiki bis yang sesuai dengan arah tujuanku, dan kebetulan bis pagi ini sepi penumpang. Hujan yang semakin deras membuatku semakin terenyuh dengan keadaan.

"Jangan menangis, aku di sisimu dan akan selalu di sisimu. Ini bukan akhir segalanya. Aku mungkin akan pergi, tapi aku akan selalu di hatimu, di sisimu, di doamu, di mimpimu. Ini hanya diubah bukan dilenyapkan." Mendengar bisik lembut dari kakakku di belakangku justru membuatku menangis.

Aku tak tahu apa aku bisa hidup tanpanya setelah kenyamanan yang telah ia berikan kepadaku sejak bayi. Ini rumit dan berat.

"Kau tahu, kalau ini bukan benar-benar aku dan bahkan mungkin ini semu. Kau terlalu nyaman denganku Sinb. Jangan menangis atau aku juga akan menangis."

Aku tak peduli lagi, aku sedih. Aku tak ingin pagi ini berlalu dengan cepat, dan untungnya hujan membuat laju bis melambat, tak secepat biasanya. Aku masih ingin bersama kakakku.

SARANGHAE EONNI ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang