Epilog

63 6 19
                                    

Hayoloh.. siapa yang tertipu bahwa tadi itu chapter terakhir dan bakal si Yura bakal berakhir sama si Soobin... 🤭



"Ayah!" Seorang bocah lelaki sedang memanggil dan menghampiri sang ayah dengan wajah kesal. Sementara ayahnya yang tadinya sibuk menonton benda persegi panjang di depannya membuat atensinya teralihkan.

"Ada apa, hm?" Sang ayah pun mematikan televisi dan mengangkat putri bungsunya ke dalam pangkuannya. Ayahnya lalu menunjuk bibirnya sambil berkata, "Ada hal apa yang membuat anak ayah memanyunkan bibirnya seperti ini?"

"Kak Hamin jahat padaku!" Adik dari Hamin itu memanyunkan bibirnya sembari menunjuk sang kakak.

"Itu kesalahan Yuning! Dia yang duluan mengejekku di depan bunda!" Hamin yang tidak jauh dari tempat mereka duduk datang. Ia menghampiri ayah dan adiknya dengan tatapan tidak mau kalah. "Yuning mengatai ku, dia bilang bahwa aku pendek darinya."

"Kakak memang pendek! Jujur saja, kakak tua dariku, tapi lebih pendek." Jung Yuning, nama yang unik. Yuning sang bungsu mengejek sang kakak dengan nada marah. Dia sudah tidak tahan.

"Hueningkai, Hamin, Yuning. Apa yang kalian bertiga bicarakan? Kenapa terdengar ribut sekali?" Istri dari Hueningkai. Dan juga ibu rumah tangga keluarga Jung, serta seorang ibu dari kedua anaknya, Jung Hamin dan Jung Yuning.

"Bunda!" Hamin berlari mendekati ibunya dan memeluknya segera. Sang ibu pun berjongkok dan mengangkat putra sulungnya. Menggendongnya ke dalam pelukannya. "Bunda dengarkan tadi, Yuning mengejekku dengan berkata bahwa aku ini pendek."

Sang ibu hanya tersenyum, dia mengacak pelan rambut putranya dan berkata. "Walaupun perkataan Yuning tidak dapat di salahkan, tapi anak bunda tetap tinggi kok di mata bunda."

Hamin tersenyum senang, dia meleletkan lidahnya kepada sang adik. "Lihat! Bunda memihak kepadaku! Sementara kau? Sama ayah? Ayah pun pada akhirnya akan luluh dan memihak bunda!"

"Uh.. ayah~!" Yuning semakin memajukan bibirnya. Ia memasang wajah bersedih. Sang ayah hanya bisa pasrah.

"Sudah-sudah, pertengkarannya tidak boleh dilanjutkan kembali. Sekarang meminta maaf satu sama lain, ayo." Ucap Hueningkai dengan nada lembut.

"Tuh, dengar kata ayah. Sekarang berbaikan ya?" Timpal istrinya. Ia menurunkan Hamin, Hamin dengan langkah cepat mendatangi Yuning. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Maaf," ucapnya malu-malu.

Mau tidak mau, Yuning harus memaafkan kakaknya itu. Lagi pula, dari awal dia yang salah. Seharusnya tidak baik mengejek orang yang lebih tua, apalagi dalam bersaudara.

"Maaf kak," Yuning membalas uluran tangan Hamin. Setelah keduanya berbaikan, ibu dari dua anak tersebut pun tersenyum hangat.

"Sekarang sarapan yuk! Bunda sudah buatkan makanan kesukaan kalian, loh." Mendengar makanan kesukaan membuat kedua anak kecil itu teriak gembira. Mereka berdua saling berpegangan tangan dan memasuki ruang makan bersama. Meninggalkan sang ayah dan ibunda di ruang tamu, hanya berdua.

Hueningkai berdiri dan duduknya. Ia memeluk sang istri dan berkata, "aku senang Yura. Terima kasih karena telah memaafkan ku dan memilih ku menjadi pendamping mu kelak. Aku mencintaimu."

Goo Yura, mantan tunangan Jung Hueningkai. Pun mantan kekasih Choi Soobin. Sayang sekali, saat sedang menunggu kepulangan mantan kekasih karena dirinya pulang lebih awal sebab ingin bertemu sang adik yang sakit parah, Soobin dilanda kecelakaan pesawat saat itu. Membuat Yura kehilangan sosok orang yang sangat berarti di hidupnya.

Sebelum Soobin pergi, dia mendapatkan sebuah sepucuk surat yang di tulisnya sebelum datang ke Seoul. Di negara kangguru tersebut, Soobin sempat menulis sesuatu untuk pacarnya. Menyimpannya di dalam laci belajarnya yang bertempat di apartemennya, di Australia bersama Yura kala itu.

Hai Yura, ini pacarmu, Choi Soobin.

Walaupun aku tidak bisa membuat kata-kata yang bagus, tapi aku hanya ingin bilang sesuatu padamu. Bagaimanapun nantinya, apapun yang akan terjadi, kebahagiaan akan menjadi prioritas utama.

Yura, Goo Yura, nama itu akan selalu ku ingat. Jika saja terjadi sesuatu yang harus membuat ku meninggalkanmu, jangan lupa untuk berbahagia. Apalagi jika harus melepaskan mu dengan seseorang, aku tidak keberatan. Asal Yura ku bahagia.

Tersenyum lebar, seperti yang Ryujin katakan. Ingat lah perkataan ku, Goo Yura. Aku menyukai senyuman mu.

Dan satu hal lagi, seseorang yang membawamu di hari panti asuhan itu, adalah aku. Aku baru mengetahuinya saat ingin kembali ke Seoul, aku akui aku bodoh karena tidak mengingatnya. Tapi, aku sudah bahagia kok. Seperti katamu.

Karena aku sudah bahagia, tinggal dirimu. Aku mencintaimu, tetaplah berbahagia meski bukan aku yang berada disisi mu.

- Choi Soobin, pemuda tinggi yang menyukai gadis bernama Goo Yura.

Sekilas, Yura mengingat tulisan surat terakhir Soobin kala itu. Tanpa sadar, ia tersenyum. "Aku pun sebaliknya,"




















-THE END-

UDAH SELESAIII ><
Yeay selamat.. anda tertipu tadi hehe, padahal masih ada epilog :)
Ini pertama kalinya aku membuat Hueningkai jadi male lead.
Akhirnya selesai juga, tadinya aku berencana membuat Yura berakhir dengan Soobin. Tapi kalau dipikir-pikir, kasian sama Hueningkai :)
Walaupun nggak sebagus yang dibayangkan, mudah-mudahan kalian suka hehe^^
Sekian dari aku, see you in the next story~!

мy ғιancée | HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang