21: Bukan Hari Bahagia, Tetapi Bukan Tidak Bahagia Juga

18 2 2
                                    

Lagi niat. Up dua part.

###

Hari ini adalah hari yang cukup bahagia untuk semua kandidat. Karena hari yang dinanti akhirnya tiba.

Dan mading yang biasanya tidak terpakai sekarang menjadi penuh dengan beberapa poster calon-calon pengurus OSIS yang baru.

Di tempel juga di pintu kelas satu-satu.

Dan hari ini juga akan dilangsungkan pencoblosan. Tetapi ada beberapa anggota yang tidak menyetujui hal itu, ada juga yang menyetujui.

Yang tidak menyetujui beralasan kalau semua pencoblos harus tau betul terlebih dahulu dan mencerna dengan baik, mana visi dan misi yang sesuai dengan keinginan.

Tetapi itu sudah keputusan tetap. Menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dan sekarang Ely sedang bersama dengan Lisa dan murid kelasnya yang lainnya. Mengganti pakaian olahraga.

Jam pertama dan kedua akan dilangsungkan pembelajaran terlebih dahulu dan nanti dilanjutkan untuk kegiatan nanti.

"Elyna. Lo sama Rehan pacaran ya? Banyak yang bilang lo sering ketemu Rehan." Itu Devi, teman sekelas Ely.

"Iya. Kalian cocok banget lho." Gina menambahkan.

"Gue sih sebenarnya patah hati. Tapi kalau Rehan sama lo, gue sih nggak apa-apa. Kalian kan sama-sama pintar."

Ely mengerjap. Gadis itu menatap teman-temannya dengan aneh.

"Kalian nggak usah ghibah. Cepetan ke lapangan, udah mau mulai juga pelajarannya."

Lisa tiba-tiba saja marah. Itu membuat Ely lebih merasa aneh lagi.

"Gue kan ngomong sama dia. Kok lo yang marah?" 

Lisa terdiam. Gadis itu buru-buru menaruh baju seragam yang sudah ia lempit ke dalam loker. Ia jadi merasa malu karena baru sadar kalau tingkahnya berlebihan.

"Aku nggak pacaran sama Rehan. Lisa kan yang suka sama Rehan."

"Iih! Diam dong!" Lisa cemberut.

Devi melebehkan mulutnya. Ia sedikit terkejut. "Oh ... jadi lo yang suka sama Rehan? Nggak cocok!"

Devi dan Gina keluar dengan tertawa kecil. Mereka hanya iseng.

"Enak aja! Siapa juga yang suka sama Rehan!!"

Lisa berbalik. Ia menatap Ely tajam. "Lo ngapain sih bilang begitu? Nanti kalau ada yang nganggap itu beneran gimana?"

"Kenapa? Kamu mau kalau itu beneran?" Ely malah balik bertanya. "Lagian mereka ketawa begitu. Pasti mereka tau kalau aku cuma bercanda."

"Bercanda lo nggak lucu tau."

"Iya maaf. Aku janji nggak akan ngulangin lagi."

***

"Lo nggak apa?"

Jam olahraga sudah selesai. Ely dan Lisa sudah berada di kantin untuk membeli makan.

Dan setelah olahraga, kepala Ely pun jadi terasa sangat pusing dan gadis itu merasa lemas.

"Lo sakit?" Lisa melihat wajah Ely yang pucat.

Perasaan tadi ia melihat Ely baik-baik saja.

"Kalau lo sakit, mending kita ke UKS dulu aja."

"Nggak apa, kok."

"Lo belum sarapan, ya?"

"Udah."

Lisa memegang jidat Ely. Tidak panas.

Loves Lives (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang