•••
Kedatangan Lia dan Ijul disambut baik oleh semua sekelasnya. Apalagi saat mereka melihat kedua orang itu bergandengan tangan, membuat seisi kelas IPS 4 semakin heboh. Bahkan kebanyakan dari mereka juga menyangka kalau Lia dan Ijul berpacaran.
Tanpa memperdulikan ledekan mereka, Lia dan Ijul menuju bangkunya masing-masing. Sayangnya di kelas ini tiap murid duduk sendiri, dan muridnya paling sedikit dari kelas lain. Hanya berjumlah 19 orang.
"Kok, bareng sama Ijul?" tanya Joya, satu-satunya teman dekat Lia semenjak SMP. Entah keberuntungan atau apa, mereka selalu saja di satu kelaskan. Namun sekarang, Lia mendapat teman baru lagi bernama Mulan. Adik kandung dari Yuda teman dekat Nana.
"Ketemu diparkiran," jawab Lia.
"Kirain."
"Tenang aja, Mul. Gue bukan orang yang nusuk dari belakang," imbuh Lia karena mengerti maksud ucapan Mulan.
"Takut banget ditikung," sahut Joya tertawa kecil.
"Lia cantik, bisa jadi Ijul emang sukanya sama dia," decak Mulan setengah berbisik.
"Gue emang cantik. Tapi monmaaf, Ijul demennya sama cewek lain. Lagian dia juga bukan tipe gue."
Tenang saja, mereka tidak takut kedengaran sedang berghibah karena Ijul sedang mendengarkan musik lewat earphone, ditambah suasana kelas sangat berisik.
"Lo tau orang yang dia suka?" tanya Mulan yang langsung diangguki Lia.
Joya yang ikut penasaran langsung menggeserkan bangkunya mendekati meja Lia.
"Cantik? Kelas mana? Tinggi? Putih? Kakak kelas? Adik kelas?"
Sontak Lia menyentil pelan bibir Mulan. "Santai aja buset."
"Gue penasaran banget."
"Ceweknya cantik, tapi masih cantikan gue. Seangkatan, IPS, gak terlalu tinggi," jawab Lia malas.
Mulan dan Joya mengernyit semakin penasaran. Baru setelah melihat Lia tersenyum penuh arti, Joya lantas mendengus. Dia jelas tahu orang yang dimaksud siapa.
"Sebutin nama, lah!" pinta Mulan misuh-misuh kelewat penasaran.
"Cari tau aja sendiri." Lia hanya tertawa kecil melihat temannya sudah berwajah masam. Namun, pembicaraan mereka harus terhenti saat seorang murid lelaki masuk ke dalam kelas.
Dia Cello, sering dipanggil El biar gampang. Mukanya seperti bayi dan kulitnya sangat putih. Sudah berpacaran dengan Joya semenjak kelas 10 semester 2.
Sampai sini sudah terlihat, hanya Lia yang tidak mempunyai pacar. Karena dia memang ditakdirkan untuk menikmati keuwuan orang lain.
El berjalan menghampiri Joya seraya menampilkan senyum yang langsung membuat pacarnya salah tingkah.
"Kantin, yu!" ajak El mengabaikan dua jomblo ngenes yang menatap mereka berdua malas.
"Lo lupa sekarang pelajaran Pak gondrong? Bentar lagi juga masuk."
Perkataan Joya membuat Lia menepuk dahinya. Dia lupa kalau buku tugasnya sudah rusak.
"Oh iya, lupa ngasih tau," ujar El menepuk jidat mulusnya.
"TEMEN-TEMEN, HARI INI PAK GONDRONG GAK BAKAL MASUK. TADI GUE DI KASIH TAU BU EMI KATANYA DIA SAKIT. JADI TUGASNYA DIKUMPULIN MINGGU DEPAN!"
"ALHAMDULILAH."
Semua murid tentu saja bersorak senang, termasuk Lia.
"Stres, anjir! Guru sakit tapi malah bilang alhamdulilah," heran Mulan menatap teman-temannya tidak percaya.
Mereka malah tertawa tanpa dosa, seolah bahagia di atas penderitaan Pak Gondrong, alias guru matematika yang memang mempunyai rambut sedikit panjang, tidak botak seperti guru kebanyakan.
Semua murid lelaki langsung keluar kelas. Mungkin saja mereka akan pergi ke kantin atau sekedar nongkrong. Sedangkan sebagian murid perempuan yang jumlahnya tidak seberapa sudah sibuk melakukan kegiatan masing-masing.
"Kenapa lo keliatan banget seneng Pak Gondrong gak masuk? Padahal semalem pamer katanya udah ngerjain tugas. Percaya diri lagi bakal bener semua."
Perkataan Joya bibir membuat Lia kembi cemberut. Dia kembali mengingat kelakuan kakaknya yang benar-benar mengesalkan.
"Buku tugas gue malah dicoret-coret si Chandra. Anjir emang!"
Mereka yang mendengarnya lantas tertawa, membuat Lia semakin kesal.
"Mampus!" kata Mulan meledek.
Oh iya, mereka semua duduk berdekatan. Mulan duduk di bangku ke dua, Lia ketiga dan Joya paling belakang. Sedangkan di sebelah Mulan ada Ijul. Sebelah Lia tempat duduk Daniel, yang sekarang belum masuk, dan di sebelah Joya ada El.
"Tumben si Daniel belum datang," heran Joya melihat bangku di sebelah Lia masih kosong.
"Dia tadi bareng gue, tapi pas tau gurunya gak masuk langsung ke warung belakang. Paling sama komplotannya Kak Echan."
Mendengar nama kakaknya disebut El, membuat Lia mendecih tidak suka.
"Gue udah berapa kali bilangin tapi Daniel gak pernah mau denger. Gabung sama si Echan nanti kebawa gak bener, sekarang aja sering bolos."
"Emaknya juga bukan, kenapa lo yang ribet?" ujar El sinis.
"Gunanya punya temen buat saling ngingetin."
Lia itu orang yang paling peduli dan perhatian. Dia selalu membantu semua temannya, namun giliran mau dibantu malah takut merepotkan.
"Mending kita ke kantin," ajak Ijul.
Lantas mereka langsung setuju, karena diam di kelas pun nantinya paling membicarakan orang. Kan lebih enak lagi kalau ghibahnya sambil makan.
Saat berjalan di koridor, Lia dan Ijul berada di paling belakang, sedangkan Mulan yang berada di depan Lia malah terus memasang wajah masam.
Mulan tidak cemburu dengan kedekatan mereka, karena tahu Lia sudah lebih lama mengenal Ijul. Hanya saja dia terus memikirkan siapa orang yang lelaki itu sukai.
Ijul sendiri menatap Lia kesal. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu. Namun, Lia yang mendengar bisikkan Ijul malah tertawa sinis.
"Dasar bego!" katanya sarkas.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, Only Brother's
Подростковая литератураMenurut Lia, mempunyai saudara laki-laki itu rasanya nano-nano. Tidak tahu harus senang atau sedih. Apalagi sampai mempunyai empat sekaligus Namun, di sisi lain banyak orang yang bilang hidup dia itu beruntung, banyak juga yang mau berada di posisin...