Menyusuri jalan setapak. Disinilah dia berada, desa yang menjadi tanah kelahiran sang Putri yang imut ini. Bukan tanpa alasan orang menyebutnya seperti itu. Tepat, namanya Putri Wulandari. Bukan Putri kerajaan loh, ya. Anak yang memiliki darah bugis ini kerap menyapa orang-orang yang ditemuinya seanjang perjalanan kesekolah. Hei, ini agi hari jangan berpikir yang bukan-bukan.
Berbekal nasi goreng buatan mama, ia berangkat dengan satu botol air mineral yang sudah di masak khusus sebelum diminum. Ya, orang-orang di desa itu memang jarang uang menggunakan galon hanya untuk minum. Alhasil mereka menggunakan air keran yang dimasak di atas tungku agar kumannya mati. Sudahlah, kenapa jadi bahas air minum.
Setelah sekitar 300 meter berjalan, akhirnya sampailah dia di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang ada di desa itu. Putri telah 1 tahun menempuh pendidikan di sekolah tercinta ini. Dan hari ini adalah hari pertama ia menjadi siswi kelas 11.
"Yuni, sudah banyak mi anak baru yang datang? Kok belum ada tanda-tanda mau upacara? Padahal sudah siang mi ini?" Tanya Putri keheranan. Sebab tidak biasanya para pengurus OSIS melakukan sesuatu dengan terlambat, atau jam karet.
"Nda tau ka juga Put, tanya ki coba dulu ketos mu. Siapa tahu ada lagi rencananya." Jawab sang cewek yang dianggil Yuni tadi. Bukan Yuni Shara. Tapi Wah, Yuni. Eh, Wahyuni maksudnya. Salah satu teman dekat Putri selama bersekolah disini. Tempat saling berbagi cerita dan aib masing-masing. Heheh.
"Oh iye pale, sa ke ruang OSIS pale dulu nah. Sa penasaran karna tidak ada di kasih tahu ki di grup OSIS." Ujar Putri kemudian sambil memakai jas hitam merah kebanggaannya, almamater OSIS.
"Oke."
Sampailah Putri di ruang OSIS dan bertemu sang ketua yang dicari.
"Kak Andi, kenapa belum pi ada yang persiapan upacara? Nah, mau mi jam 7 ini." Tanya Putri cepat.
"Eh, kaget ka. Putri deh datang-datang langsung da kasih keluarkan ki toa. Santaimi nda ku mau ji lari darimu, eakk." Kata sang ketua OSIS yang kaget dengan kedatangan Putri. Seperti yang kalian tebak, si ketua OSIS bernama Andi adalah seorang playboy cap tikus yang hobi menebar gombalan setengah mampus kepada siapapun lawan bicaranya. Tak pandang bulu, laki-laki pun di hantam oleh gombalannya.
"Iye pale, kak. Tabe dih." Ucap Putri akhirnya. Nyalinya langsung ciut melihat seseorang yang baru saja datang menghampiri mereka berdua. Kabid bela negara, Kak Farhan.
"Andi, sudah semua mi. Ada mi juga anak baru yang mau di kasih lencana nanti. Tinggal kita panggil guru-guru ke aula." Mulai Farhan yang belum sepenuhnya sadar bahwa ada makhluk manis antara dia dan Andi.
"Oh iya-iya. Put, mu dengar mi toh kenapa nda ada upacara ini hari? Karna di aula ki mau pembukaan. Ada semua mi juga anak OSIS disana. Sa lupa memang kabari ki semalam. Oke, tugasmu sekarang temani Farhan kasih tau guru-guru nah. Saya mau geladi dulu anak-anak di aula. Dadah sayang-sayang kuhh." Kata Andi sambil melayangkan kiss bye kepada Putri dan Farhan yang ada disana.
"Eh, Putri. Sa baru sadar kalau ada ki disitu. Maaf di nda ku ajak ki ngomong daritadi." Ucap Farhan ketika menyadari bahwa Putri seruangan bersamanya.
"Hehe, iye kak. Nda kenapa ji. Ayo deh kita panggil guru-guru. Terlambat ki nanti, mau mi jam 7 ini." Putri pun menjawab dengan malu-malu. Maklum saja, dia tengah berbicara langsung dengan kakak kelas idolanya selama bersekolah di SMK.
"Oke, kita panggil mi guru-guru yang lagi di TU sama di Koperasi. Nanti saya yang ke Ruang Guru dengan Ruang Kepsek." Atur Farhan akhirnya.
"Siap 86. Duluan ka pale di kak." Setelah memperagakan polisi yang sedang mengintai penjahat, Putri pun pamit dengan senyum termanis kepada sang pujaan hati. Yang membuat Farhan akhirnya hanya bisa tersenyum menanggapi gurau adik kelasnya yang imut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemari
Teen FictionHidup butuh proses, bohong kalau ada yang mengatakan bahwa hidup itu instan Bahkan, anak orang kaya pun mempunyai orang tua yang dulunya berjuang untuk masa depannya, dengan cara apa? Tentunya berproses. Karena semua butuh proses bukan protes.