•••
Tidak seperti biasanya yang sering menghabiskan waktu istirahat di dalam kelas, istirahat kali ini Nana justru berada di kantin. Awalnya dia tidak mau, akan tetapi Rona terus memaksanya ikut. Merasa bukan masalah besar, jadi ia menyetujui.
"Kak Nana, kalau boleh tau Lia sakit apa?" tanya Ijul tiba-tiba datang bersama Mulan, membuat Nana yang sedang mengobrol dengan Rona langsung menoleh.
"Sakit? Jadi Lia gak sekolah?" Nana malah bertanya balik dengan kerutan di dahi yang terlihat jelas. Menandakan jika dia bingung, karena sebelumnya tidak mengetahui tentang Lia.
"Enggak, Kak. Tadi Guru bilang katanya dia sakit," jawab Mulan.
"Malahan gue gak tau kalau dia gak sekolah." Perkataan Nana membuat Ijul dan Mulan saling pandang karena bingung, Rona yang mendengar juga ikut penasaran.
"Gue kira Kakak tau makanya kami ke sini," sambung Ijul sambil menggaruk rambut belakangnya.
"Kalau gitu gue mau ke Echan dulu. Lo langsung ke kelas aja, Ron." Rona hanya mengangguk walaupun tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dilihat dari raut wajah Nana yang menunjukkan rasa khawatir, bisa dipastikan berhubungan dengan Lia. Karena tidak ada bisa membuat seorang Nayaka panik selain keluarganya. Sedangkan Ijul dan Mulan terpaksa harus kembali ke kelas tanpa jawaban.
Dengan langkah tergesa, Nana memasuki kelas kembarannya tanpa permisi, membuat beberapa orang yang berada di dalam kelas menatapnya penuh tanda tanya. Apalagi tidak biasanya lelaki itu mendatangi kelas orang lain.
"Chandra!"
Sontak Echan yang sedang bermain kartu di belakang menatap Nana dengan pandangan heran.
"Ngapain ke sini, Na?"
"Ikut gue!" Mengabaikan pertanyaan Mike yang penasaran, Nana langsung menarik tangan kembarannya untuk segera keluar.
"Tumben banget lo datengin kelas gue." Echan menatap Nana heran.
"Kenapa lo gak ngasih tau gue kalau Lia sakit?"
"Tau darimana?" Echan malah balik melemparkan pertanyaan.
"Jawab, Chan! Kenapa lo gak ngasih tau gue? Emangnya Lia sakit apa?"
"Lia gak mau bikin lo khawatir. Sakitnya gak terlalu parah, kok. Lo tenang aja," jawab Echan sedikit kurang yakin.
"Gue harus pulang, mau liat keadaan dia," ujar Nana hendak pergi. Namun, Echan lebih dulu menahan tangannya.
"Gak usah, di rumah ada Mas Jeje yang jagaian Lia. Dia cuma demam karena jatuh kemarin. Lo gak usah terlalu khawatir, Na."
"Tapi gue gak tenang kalau belum liat keadaan dia. Pantesan dari tadi gue gak enak hati," imbuh Nana khawatir.
"Gue juga khawatir. Tapi, Mas Jeje gak ada hubungin gue, berarti Lia gak kenapa-napa," balas Echan yang daritadi memang menunggu panggilan dari Jeje.
"Abang tau?"
Echan menggeleng. "Kayanya enggak."
"Lo balik ke kelas aj sana! Bentar lagi juga bel," lanjut lelaki itu yang melihat Nana malah diam. Dia jelas bisa merasakan perasaan gelisah kembarannya.
"Padahal gue kemarin nyuruh Lia buat ke rumah sakit."
"Lo tau sendiri gimana traumanya dia soal rumah sakit."
"Gue takut, Chan ...," lirih Nana membuat Echan menepuk pelan pundaknya.
"Tenang aja, Na. Percaya sama gue, Lia gak bakal kenapa-napa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, Only Brother's
Teen FictionMenurut Lia, mempunyai saudara laki-laki itu rasanya nano-nano. Tidak tahu harus senang atau sedih. Apalagi sampai mempunyai empat sekaligus Namun, di sisi lain banyak orang yang bilang hidup dia itu beruntung, banyak juga yang mau berada di posisin...