Radella menggigiti jari nya sambil berjalan kesana-kemari di depan kamarnya sendiri. Setelah Kanaka menangis tadi, anak itu mencari Davin, benar-benar tak mau disentuh oleh mommy nya.
Setelah sepuluh menit, pintu kamar pun terbuka, menampilkan Kanaka digendongan Davin. Anak itu menyembunyikan kepala nya di dada bidang Davin, tangan nya berpegangan erat pada leher pria itu.
Davin memberi isyarat sang istri untuk diam, ia akan membawa Kanaka di ruang tengah.
Radella mengangguk setuju, meski sebenarnya sedih. Wanita cantik itu mengikuti anak dan suaminya dari belakang.
"Makan ya, mau?" Tawar Davin diperjalanan ke ruang keluarga. Naka menggeleng, tanpa berucap.
"Naka belum makan loh dari tadi, mau ya?" Lagi-lagi hanya gelengan yang anak itu beri.
Akhirnya mereka sampai, Davin berniat menurunkan Naka supaya duduk sendiri disofa, tetapi anak itu tak mau. Cekalan di lehernya malah semakin erat.
"Kalau mau daddy pangku terus, harus makan dulu. Kalau nggak mau, Naka turun, duduk sendiri," ancam Davin masih dengan berdiri.
Radella spontan melotot, kenapa suaminya berani sekali mengancam sang anak? Sedangkan Davin tak menggubris pelototan istri nya, ia malah berancang-ancang menurunkan Naka dari gendongan.
Radella berdesis pelan. "Davin, berani nya kau!" Ucapnya lirih. Davin pura-pura tak mendengarkan nya.
Kepala Naka terangkat, menatap melas kearah sang daddy. "Iya, Naka mau makan," ucapnya dengan bibir melengkung ke bawah. Sungguh, Naka sangat menggemaskan.
"Nah, gitu dong," balas Davin dengan tersenyum. "Jom kite makan," ajak nya. Saat melewati sang istri, ia mengedipkan sebelah mata nya, dan dibalas kepalan tangan dari Radella.
Ckckkc.
🏀
Kanaka berada dikamar orang tua nya sekarang, duduk di kursi meja kerja Davin dengan laptop didepan nya.
Davin dan Radella sama-sama duduk di pinggiran ranjang, mengamati Naka yang entah mengotak-atik apa.
"Sayang ...." panggil Radella lembut.
Kepala Naka menyembul dari balik laptop dengan bibir mengerucut. Tatapan nya garang kearah sang mommy. "Hm?" Ia hanya bergumam sebagai jawaban.
"Naka nggak mau maafin mommy gitu?" Dengan cepat kepala Naka menggeleng, lalu kembali fokus pada benda didepan nya.
Air muka Radella menjadi sendu, kedua tangan nya ia gunakan untuk menutup wajah. Davin mengelus bahu sang istri lembut. "Semangat," ucapnya.
Radella mendongkak, menatap Davin dari samping dengan sinis.
"Kau senang 'kan, Naka lengket dengan mu seharian ini?" Tanya nya ketus.
Tentu saja, namun itu hanya batin Davin. Mana berani dia berkata seperti itu didepan singa betina. Maka Davin memilih menggeleng.
"Bantu aku mendapatkan maaf anak ku, jika tidak ... tak ada jatah untuk satu bulan,"
Mata Davin membelalak, apa-apaan ini? Kenapa dirinya yang kena getahnya? Satu bulan? Bisa-bisa bersarang.
Kepala Davin mengangguk ribut, ia akan berusaha sekuat tenaga mendapatkan maaf Naka untuk sang istri. Ini demi kesejahteraan bersama.
🏀
"Naka, mau ini nggak?" Davin menyodorkan biskuit coklat panjang kedepan sang anak. Mata Naka berbinar, bibirnya melengkung sempurna menciptakan senyuman."Mauu, Naka mau daddy," jawabnya antusian dengan tangan menengadah.
"Ada syaratnya tapi," alis Naka bertaut mendengar balasan Davin. "Syarat apa?" Tanya anak itu polos.
"Naka maafin mommy dulu, baru daddy kasih ini,"
Wajah garang Naka terlihat kembali. "Daddy nggak usah setongkol sama mommy, ya," Davin menahan tawanya mendengar ucapan Naka.
"Sekongkol, kenapa jadi setongkol?" Koreksi Davin setelahnya.
"Iya, itu maksud aku, daddy jangan setongkol!" Ketusnya lagi.
Dahlah, terserah Kanaka.
"Naka nggak kasian sama mommy? Mommy sampe nggak napsu makan loh, kalo mommy sakit gara-gara mikirin Naka gimana? Mau dikutuk jadi guling?" Ancam Davin menakuti Naka.
"No, nggak mau. Tapi, kenapa harus guling?"
Danu menggeleng. "Entah, daddy juga nggak tau," jawab Davin asal. "Jadi, mau ya maafin mommy? Ya Kanaka anak daddy yang paling ganteng, ini demi kenyamanan kita semua, mau ya, sayang?" Bujuk nya dengan sepenuh hati.
"Mana dulu coklat nya?" Pinta Naka, tangan nya kembali menengadah. "Janji dulu sama daddy?"
"Mana dulu,"
Davin menghembuskan napas besar. Ia lalu memberikan biskuit itu kepada Naka. Hanya Naka harapan satu-satu nya, mana kuat dirinya satu bulan tak dapat jatah? Aahh, Davin tidak sanggup hanya dengan membayangkan nya saja.
🏀
Kanaka berjalan dengan sesekali melompat menuju dapur bersih di lantai bawah. Ia bermaksut menghampiri Radella disana.
Naka dapat melihat mommy nya membelakangi dirinya, ia beranjak mendekat, lalu dengan segera memeluk Radella dari belakang.
Radella berjengit kaget, netra nya bergulir kebawah melihat tangan siapa yang memeluknya saat ini.
Radella tak kuasa menahan senyum nya. Akhirnya Kanaka kembali ke pelukan nya lagi. "Sayang?"
"Naka nggak mau dikutuk jadi guling, mommy. Jangan jadi guling, Naka nggak mau," racau Kanaka dibalik tubuh sang mommy.
Radella mengulum senyum, ada saja cara sang suami membujuk anak nya.
"Tapi Naka udah maafin mommy 'kan?" Tanya nya memastikan.
Kanaka mengangguk cepat. "Udah, udah Naka maafin. Naka nggak marah lagi kok, beneran," balas Naka dengan dua jari berbentuk huruf v.
Radella berbalik badan, ia menangkup pipi Naka, mengecup kening putera semata wayang nya dengan penuh sayang.
"Iya, nggak akan mommy kutuk jadi guling, tenang saja,"
Senyum Kanaka mengembang sempurna, anak itu memeluk Radella dengan erat, dan Radella pun membalas pelukan Naka tak kalah erat.
Dari balik tembok dapur, Davin mengelus dada lega. "Aman, aman," gumam nya.
Minta vote dan komen buat Kanaka 😁
Kanaka gumush bangettt