Tentang Ikhlas itu Kekuatan (5)

13 0 0
                                    

Allah Azza wa Jalla menetapkan segala sesuatu dengan hikmah. Saat tertutup sebuah pintu rezeki, maka akan ada pintu rezeki yang Allah bukakan bagi kita.Jangan tenggelam menyesali diri, karena waktu tidak bisa diputar kembali. Ambil hikmah dan pelajaran, agar tidak ada yang sia-sia yang telah diizinkan Allah terjadi.

 Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
"Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang.

Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti -dengan rahmatNya- membukakan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya dua jalan rezeki yang lain (yakni dua puting susu ibunya), dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.

Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka empat jalan rezeki lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.

Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah Ta'ala membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- delapan jalan rezeki, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki.

Dan begitulah Allah Ta'ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga."

 (Al Fawaid, halaman 94, Maktabah Ar Rusyd, tahqiq: Salim bin 'Ied Al Hilali)

Masya Allah, betapa beruntungnya menjadi seorang mukmin. Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan rezeki yang terbaik untuknya. Allah tidak rela, ia diberikan yang rendahan serta menggantinya dengan yang lebih baik.

Betapa besarnya kemurahan Allah, jika kita mau mengambil hikmah dari suatu peristiwa. Allah tidak mungkin menzalimi hamba-hamba Allah yang taat pada-Nya. Sekalipun ada rezeki kita yang terputus, terhalang, atau tidak sampai namun dengan izin Allah akan ada pintu-pintu rezeki yang lain.

Tetaplah optimis, karena optimis membuat mental serta jiwa kita menjadi kuat. Kita tidak menggugat takdir Allah serta tidak kufur nikmat.

Takdir Allah kepada manusia sudah ditetapkan yang terbaik bagi manusia tersebut. Lapang bukan jadi terlena, sempit bukan jadi putus asa. Kemudahan tidak membuat berbangga diri, dan kesulitan tidak membuat frustrasi sehingga lupa bahwa Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang begitu banyak.

Tidak terhitung nikmat yang Allah berikan. Nikmat Allah sungguh tak sanggup untuk dihitung. Jika demikian, maka bentuk syukur kita pun masih terus mengalami kekurangan. Di awal surat An Nahl, disebutkan berbagai nikmat. Di antara nikmat yang disebutkan adalah hewan ternak, turunnya hujan, tumbuhnya berbagai tanaman (zaitun, kurma, dan anggur), beralihnya malam dan siang, adanya laut untuk mencari karunia Allah, adanya gunung-gunung yang dijadikan sebagai pasak agar bumi tidak bergoncang dan adanya bintang sebagai petunjuk arah.

Allah Ta'ala berfirman,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. An Nahl [16]: 18).

Yang dimaksud dengan ayat ini disebutkan dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 278), "Jika kalian tidak mampu menghitungnya, lebih-lebih untuk mensyukuri semuanya. Namun kekurangan dan kedurhakaan kalian masih Allah maafkan (bagi yang mau bertaubat, -pen), Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ibnu Katsir juga menjelaskan dalam kitab tafsirnya (4: 675), "Allah benar-benar memaafkan kalian. Jika kalian dituntut unutk mensyukuri semua nikmat yang Allah beri, tentu kalian tidak mampu mensyukurinya. Jika kalian diperintah untuk mensyukuri seluruh nikmat tersebut, tentu kalian tidak mampu dan bahkan enggan untuk bersyukur. Jika Allah mau menyiksa, tentu bisa dan itu bukan tanda Allah itu zholim. Akan tetapi, Allah masih mengampuni dan mengasihi kalian. Allah mengampuni kesalahan yang banyak lagi memaafkan bentuk syukur kalian yang sedikit."

Imam Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, "Sesungguhnya Allah memaafkan kekurangan kalian dalam bersyukur. Jika kalian bertaubat, kembali taat dan ingin menggapai ridho Allah, Dia sungguh menyayangi kalian dengan ia tidak akan menyiksa kalian setelah kalian betul-betul bertaubat." Demikian beliau sebutkan dalam Jami'ul Bayan fii Ta'wil Ayyil Qur'an, 8: 119.

Muhammad Al Amin Asy Syinqithi menjelaskan, "Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia tidak mampu menghitung nikmat Allah karena begitu banyaknya. Lalu setelahnya Allah sebutkan bahwa Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ini menunjukkan atas kekurangan manusia dalam bersyukur terhadap nikmat-nikmat tersebut. Namun Allah masih mengampuni siapa saja yang bertaubat pada-Nya. Allah akan mengampuni setiap orang yang memiliki kekurangan dalam bersyukur terhadap nikmat.

Referensi:

https://rumaysho.com/3347-tak-sanggup-menghitung-nikmat-allah.html 

99 Catatan IlmaWhere stories live. Discover now