•) Cafuné : Membujuk

429 51 2
                                    

"Buka pintunya, Mikasa!" Eren menggedor pintu kamarnya dengan cemas. Meminta yang di dalam membiarkannya masuk. "Mikasa, kumohon jangan marah!"

"Apa lagi yang kau lakukan?" Carla bertanya sambil berkacak pinggang.

"Bukan apa-apa!"

"Tapi Mikasa pulang sambil menangis." Gadis itu meletakkan keranjang belanjanya begitu saja di meja, mencoba menyembunyikan tangisnya dengan menyusup ke kamar. "Kau pasti berulah lagi."

"Tidak!"

"Kau pulang dengan wajah lebam dan masih mengelak?"

Eren setengah hati akhirnya bergumam menjelaskan, "Aku berkelahi dengan preman-preman itu."

Dia melihat ibunya mengerutkan bibir, kesal. "Dia menangis," Eren melebarkan mata, "coba buat dia berhenti. Kau harus belajar menjaganya dengan baik." Lalu Carla meninggalkan Eren.

Bocah itu cemberut, menyesal. Harusnya dia tidak meninggalkan Mikasa. Jahatnya ia meninggalkan gadis itu sendirian di pasar setelah kekacauan barusan. Dia meraih kenop pintunya sekali lagi, dan bunyi 'klik' terdengar.

Terbuka.

Mikasa sudah membuka kuncinya.

Bocah itu meyakinkan diri masuk. Melihat Mikasa meringkuk di pojokan, Eren bergabung dengannya.

"Hei." Gadis itu mendongak. Melihat jejak air mata di kedua pipi pucatnya, dada Eren sesak. "Maaf," dia menunduk, "jangan menangis lagi. Lagipula, aku baik-baik saja."

Tangan Mikasa mendarat di pipi Eren yang terluka. "Tidak apa. Aku hanya takut tadi."

"Mereka apakan kau? Sampai tidak bisa mengejar kami."

Mikasa menggeleng. "Tidak ada."

"Katakan saja, biar kuhajar Hannes dan teman-temannya—"

"Tidak, hentikan!" Mikasa mempererat tangkupannya. "Jangan berkelahi lagi, jangan terluka lagi."

"Kenapa sih. Yang akan kuhajar cuma orang, bukan raksasa!"

"Sama saja!" Nadanya naik. "Kumohon..."

Eren menarik napas panjang dan mengeluarkannya. "Baiklah. Tapi aku tidak janji."

Mikasa mengangguk kali ini. Eren kemudian mengelus pucuk kepala Mikasa. Dia yakin gadis itu pusing setelah menangis, jadi setelah itu dia mengajaknya tidur siang sebentar.

»◇◆◇«

Saya merasa geblek tidak memastikannya lebih dulu🗿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya merasa geblek tidak memastikannya lebih dulu🗿

Saya merasa geblek tidak memastikannya lebih dulu🗿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R.I.P Quality

Keterlaluan memang bikin sampulnya dulu padahal ceritanya belum matang (emot batu).

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang