***
Pada hakikatnya jatuh cinta itu tak pernah buruk. Yang membuatnya buruk ialah tindakan yang kita lakukan setelahnya***
Hari itu, kamu berkumpul dengan teman-temanmu. Berkumpul tuk sekedar berbagi cerita, melepas tawa, dan lain sebagainya. Namun, sesampainya tiba dipenghujung cerita, Kamu mendengar teman-temanmu membicarakan pacar barunya. Memuji betapa kerennya dia. Menceritakan semua hal tentangnya. Semua hal yang tentu sangat sempurna ketika didengar pastinya.
Lantas, mereka mulai melirik kearahmu. Dan melontarkan satu dua pertanyaan kepadamu. Pertanyaan yang jujur saja enggan untuk dijawab. Namun, mereka memaksamu untuk menjawabnya, memaksamu untuk menceritakannya.
"Aduh, kamu kok masih sendiri. Pacarmu mana?"
Dan, kamu berusaha setenang mungkin menghindarinya. Berusaha tuk menjawabnya dengan jawaban yang bertujuan mengakhiri pembicaraan.
"Aku gak mau pacaran, Aku takut zina" balasmu.
Mereka pun terdiam. Tak ingin melanjutkan pembicaraan lebih dalam.
Namun sejujurnya. Tak membutuhkan ahli mikro ekspresi disana. Semua orang bisa melihat semuannya dari matamu. Dari caramu membalas pertanyaan itu, kamu memiliki seseorang dihatimu. Seseorang yang kamu rindukan. Seseorang yang kamu harapkan diam-diam. Seseorang yang membuatmu merasa ingin diperhatikan.
Mereka mungkin mengira kamu memang tak pernah jatuh cinta. Namun, jauh didalam lubuk hatimu. Kamu hanya enggan untuk menyampaikannya. Kamu memilih tuk memendam daripada mengutarakan. Menurutmu; biarlah perasaan itu tumbuh dan hanya kamu saja yang tau. Orang lain tak perlu.
Mereka hanya tak tahu. Ditengah malam yang seharusnya sebagian orang telah terlelap oleh tidurnya. Kamu sedang terjaga dengan ponselmu.
Dan...
Kamu sedang tersenyum simpul melihat barisan foto di instagramnya. Membayangkan wajah teduhnya ketika tersenyum. Dan lain sebagainya. Bagimu; bahagia teramat sederhana. Sesederhana melihat namanya muncul di linimasa sosial media.
Kamu jatuh kedalam perasaan yang tak dapat didefinisikan. Ditambah, kamu melihat story teman-temanmu yang membuat video pendek bersama pasangan mereka. Video pendek semacam boomerang yang nampak sangat membahagiakan. Saling tertawa dan menikmati waktu bersama. Dan jujur saja, kamu ingin merasakannya.
"Andai saja aku bisa bersamanya seperti ini" batinmu.
Lalu, semacam ada perasaan yang begitu lekat dihatimu. Perasaan itu bagaikan ombak ditengah laut, membawamu terombang-ambing akan pilihan; tetap memendam atau mengutarakan. Disaat kebimbangan itu datang. Hati kecilmu pun berkata
"Kalo dicoba mungkin tak ada salahnya. Siapa tau dia juga suka."
Dan sejak malam itu, kamu mulai memberanikan diri mengirim pesan pertamamu kepadanya. Pesan yang begitu singkat dan sederhana.
Hai, Aku... dari kelas... salam kenal ya.
Namun...
Tak disangka. Sesaat setelah semua itu. Ada yang berbeda dari caranya membalas pesanmu. Ketika kamu membutuhkan waktu bermenit-menit menunggu balasan pesan dari teman-temanmu. Dia tak melakukan itu. Dia bahkan langsung membalas dan langsung bisa mengenalmu. Seperti, ia memang sudah tau akan dirimu, seperti kalian memang ditakdirkan untuk bersama. Sederhananya, dia orang yang asyik diajak berbicara topik apa saja.
Oh... dari kelas .... ya? Salam kenal juga ya.
Lantas, kamu bergumam dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kecil Introvert
Non-Fictionjust a liitle reminder. especially for the writer.