🌹Dua Puluh Lima🌹

1.3K 43 0
                                    

BAB 26-30 DI KARYAKARSA YAA GAESS. ATAU BELI EBOOK NYA DI GOOGLE PLAYBOOK JUGA ADAA

Sakti baru sampai di sebuah tempat tongkrongan. Malam ini ia ada janji dengan teman-temannya untuk bertemu.

Sakti masuk ke dalam sebuah cafe yang menjadi tempat janjian mereka.

" Selama malam. Selamat datang di cafe X." Seorang pelayan perempuan menyambut kedatangan Sakti.

" Reservasi atas nama Riko," ucap Sakti datar.

" Mari ikuti saya, Pak."

Pelayan itu berjalan di depan. Sakti mengikuti di belakang. Mereka sudah sampai di sebuah ruangan. Sepertinya temannya memesan ruang privat.

" Silahkan, Pak." Pelayan itu mempersilahkan Sakti masuk. Sepeninggal pelayan itu Sakti masuk dan melihat teman-temannya sudah datang. Suasana ruangan tampak heboh oleh suara mereka.

Riko pertama menyadari kedatangan Sakti.

" Eh, bro. Akhirnya datang juga yang kita tunggu-tunggu."

Robi dan Anton mengalihkan mata mereka kemudian menyapa Sakti dengan salaman ala mereka.

Sakti kemudian duduk dan bergabung dengan teman sekaligus rekan kerja.

" Sorry telat datang,"

" Nggak masalah. Kita juga lagi asyik." Sahut Robi. Ia meraih gelas dan lalu minum dalam sekali teguk.

" Lo kelamaan datang. Jadi kita pesan aja,"

" Nggak masalah,thanks." Sakti menyandarkan punggungnya setelah ikut minum sedikit.

" Woi mulai tuh!" Seru Anton antusias sekali.

Robi, Riko, dan Anton langsung mengalihkan mata ke arah layar televisi besar di hadapan mereka. Rencananya mereka akan karaoke bersama melepas penat. Namun, Riko tiba-tiba meminta mereka mengalihkan ke channel yang sedang heboh di bicarakan di media sosial.

Sakti mengerutkan kening melihat reaksi teman-temannya. Sejak kapan mereka sangat antusias sekali menonton acara seperti yang di tayangkan di layar inci tersebut.

" Kalian sejak kapan menonton beginian?" tanya Sakti penasaran.

" Sejak sekarang," jawab mereka serempak. Sakti kembali di buat bingung. Ada apa dengan acara tersebut.

" Diem, Sak. Lo lihat aja dan ikuti acaranya. Ini merupakan penghilang stress buat kita yang sudah lelah bekerja seharian. Betul nggak?" tanya Riko meminta dukungan.

" Betul banget," jawab Robi dan Anton serempak. Sakti menggelengkan kepala tidak percaya melihat reaksi teman-temannya.

Suasana ruangan hening. Suara MC serta tepukan heboh dan riuh  saat membawakan acara terdengar nyaring sekali. Sakti malah mengeluarkan handphone nya.

Tiba-tiba Sakti mengangkat kepala saat MC menyebut salah satu nama aktris yang sangat di kenal nya.

Sakti mengangkat kepala dan menatap layar inci di depannya. Sakti sudah ikutan seperti teman-teman nya, asyik menonton sambil merokok.

" INI DIA, RATUUU," panggil MC heboh.

Tatapan Sakti tidak beralih. Suara musik mulai mengalun. Lampu sorot dan kamera menyinari Alea yang mulai masuk ke atas panggung.

Rahang Sakti mengeras. Tatapan nya setajam elang. Apalagi yang membuat Sakti marah kalau Alea tampil baik-baik saja. Namun, bagi Sakti Penampilan Alea tidak baik-baik saja terutama bagi hatinya. Sakti mengepalkan tangan melihat pakaian terbuka Alea walaupun sudah memakai jaket. Perutnya masih terpampang. Body nya mencetak. Sakti tidak suka.

" Wow.., Sexy." ujar Anton. Diantara mereka Anton yang belum menikah diantara mereka semua. Sakti menatap Anton marah. Namun, tidak bisa berbuat apa-apa. Sakti harus bisa mengontrol emosi dan kemarahannya.

Suara terkesiap Robi tidak membuat fokus Sakti teralihkan.

" Wow wow..., Lemah iman gue. Body dan goyangannya." Anton dan Riko tertawa mendengar ucapan Robi.

" Kena juga kan, lo." Anton meledek.

" Ingat istri kalian di rumah," suara tegas Sakti mengalun. Tatapannya masih fokus menatap tarian Alea.

" Betul. Ingat istri di rumah. Boleh nonton ginian namun istri harus diingat. Kalau Anton mah bebas." timpal Riko.

Wajah Sakti semakin mengeras saat Ares datang dan langsung memeluk pinggang Alea. Tubuh mereka serentak meliuk. Urat-urat leher Sakti menonjol. Sakti tidak bisa lagi menahan nya. Hatinya panas.

Pranggg

" Brengsek!"

Riko, Robi dan Anton sontak mengalihkan mata mereka ke arah Sakti. Mereka kaget melihat Sakti memecahkan gelas di tangannya. Wajah Sakti benar-benar mengerikan. Suasana ruangan terasa mencekam.

" Lo kenapa Sak? Tangan lo---," Riko tidak melanjutkan kata-katanya. Riko menatap Sakti mencoba mencari tahu.

Ada apa dengan Sakti? Kenapa ia kelihatan sangat marah sekali?

Riko, Robi dan Anton saling lirik-lirikan mencoba mencari tahu lewat tatapan mereka

Prangg

Sekali lagi terdengar bunyi kegaduhan dan kaca berserakan. Kali ini sasaran Sakti layar televisi. Sakti sangat marah melihat Ares mendekatkan bibirnya ke telinga Alea.

Gejolak amarah tak dapat bendung lagi

Teman-temannya menganga lebar tidak menyangka Sakti akan semarah ini.

Kenapa Sakti tiba-tiba semarah ini.

" Jangan bilang lo cemburu melihat mereka?" Celetuk Riko tiba-tiba.

Anton dan Robi menatap Riko. Tatapan mereka seolah menyiratkan

What the hell.

Mereka kembali menatap Sakti yang bangkit dari tempat duduknya.

"Gue duluan." Sakti keluar dengan tangan berdarah akibat pecahan gelas di tangannya. Sakit di tangannya tidak ada apa-apa dengan sakit yang menghujam dadanya.

" Hei...hei. lo nggak boleh pulang dulu  Sak. Lo harus tanggung jawab. Woyy," teriak Robi kencang. Namun, tidak di dengar Sakti. Ia terus berjalan ke luar.

Tinggallah Robi, Riko, dan Anton yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

" Aaiishh..., Pusing kepala gue mikirin si Sakti." Anton mendesah keras-keras.

Ia kemudian menatap teman-temannya tersenyum miring. Riko dan Robi berpandangan. Perasaan mereka tak enak.

" Kalian tau kan kalau kita harus tanggung jawab. Teman kita itu sudah memecahkan properti di sini. Jadi---," Riko dan Robi menunggu.

" Siapa yang terakhir ia yang harus bayarin semuanya. Gue pulang duluu. Kaaabbuurrrrr." Anton sudah berlari keluar. Riko dan Robi ternganga. Kemudian mereka saling bertatapan. Riko cepat kilat bangkit dan berlari keluar. Robi tak ma kalah ia juga berlari secepatnya. Mereka saling rebutan keluar dari ruangan. Namun, pelayan keburu datang dan meminta pertanggung jawaban mereka.

Riko dan Robi mendesah pasrah. Lihat saja nanti mereka akan buat perhitungan dengan Sakti.

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang