So this would be my first story on wattpad. Hope you guys like it!
***
Kendric'SPOV
Sinar mentari perlahan masuk dari sela-sela gorden sebuah ruangan besar di lantai kedua rumahku. Perlahan kubuka kedua mataku bersamaan dengan sedikit mengusapnya. Aku masih sangat mengantuk.
Kutengokkan kepalaku ke arah kiri dan kulihat ponselku terbaring diatas meja dengan keadaan masih tercolok kabel untuk charging. Segera kuraih ponsel itu dan melepaskan kabelnya. Ponsel itu menunjukkan ukul 7.30 pagi.
Apa?!
Aku pasti akan terlambat masuk kerja. Kenapa tidak ada yang membangunkanku?! Aku turun dari kasurku secepat yang kubisa, berlari membuka pintu menuju kamar mandi meninggalkan ponselku entah dimana.
***
Aku berlari kecil menuruni satu-persatu anak tangga. Meja makan sudah dipenuhi dengan berbagai jenis roti dan selai berbagai rasa. Kursi yang biasa diduduki mom kosong. Dan tentu saja dad tidak di rumah. Stella juga sudah pergi entah kemana. "Aku tidak sarapan hari ini. Kenapa tidak ada yang membangunkanku pagi tadi?" Ujarku seraya memakai jasku yang sedari tadi hanya kugantung di lenganku.
"Maaf, tuan muda" ia menundukkan kepalanya. Kenapa semua orang disini sangat takut kepadaku? "Tidak apa-apa, aku tidak marah padamu." Beranjak ke sebuah laci kayu yang terletak tak jauh dari pintu menuju teras rumah, aku membuka laci teratas dan memilih jam tangan yang sesuai dengan pakaian sehari-hariku yang adalah sebuah kemeja putih polos dan sebuah jas dan dasi. Kemudian aku membuka laci terrendah untuk mengambil sepasang sepatu hitam yang selalu kupakai setiap hari kerja.
Segera aku berlari menuju garasiku dan memilih salah satu sepeda motor. Sudah tidak ada waktu lagi, aku akan terjebak macet jika mengendarai mobil. Untungnya jarak kantorku hanya sekitar tiga kilometer dari rumah. Jika aku mengebut, aku yakin akan sampai dalam waktu lima sampai sepuluh menit.
***
Namaku Keanu Edric Johanson, tapi ayah dan ibuku memanggilku Kendric. Aku adalah anak pertama dari keluarga Johanson, pemilik Johanson Company, perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di berbagai bidang. Aku bekerja sebagai CEO Johanson Company di Indonesia, sedangkan ayahku memegang kendali perusahaan kami yang berdiri di luar negri. Meskipun begitu, aku benci datang terlambat ke kantor. Aku harus menunjukkan contoh yang benar pada seluruh pegawai. Aku memiliki seorang adik perempuan bernama Stella, ia masih duduk di bangku SMA. Aku sangat menyayangi adik kecilku itu lebih dari apapun.
"Sayang, kenapa kau melamun terus hari ini?" Ucapan Clary menyadarkanku dari lamunanku. Nada manjanya membuatku diam-diam ingin muntah. "Tidak ada apa-apa, sayang." Aku meneguk orange juice dari gelasku. Kami sedang makan siang bersama hari ini. Dia meletakkan pisau dan garpu yang sedari tadi ia gunakan untuk melahap steak didepannya. Ia menumpukan kepalanya diatas tangan kanannya. "Aku tahu kau berbohong" ujarnya cemberut. "Ada apa? Apa aku salah bicara? Oh, apakah makanannya tidak enak? Atau.. Jangan-jangan kau sedang memikirkan perempuan lain? Kau sudah menemukan perempuan yang lebih cantik dariku, ya?"
Christina bukan pacarku. Well, meskipun dia menganggapnya begitu. Aku memang sering bermain dengan wanita, tapi tidak ada yang pernah memikat hatiku. Tidak ada satupun wanita yang benar-benar menjadi pacar didalam hatiku.
Aku tidak percaya dengan cinta. Apa itu cinta? Cinta hanya ada di dongeng belaka.Yang aku tahu, perempuan adalah sebuah mainan yang tidak pernah membuatku bosan. Ketika satu wanita sudah membuatku bosan, pasti ada saja wanita lain yang datang dan bersedia aku jadikan pengganti. Tidak peduli bagaimana aku memperlakukan mereka, tidak ada wanita yang tidak bisa aku dapatkan. Dan aku sudah mulai bosan dengan si pirang Clarsy ini.