Part I

9 4 3
                                    

CLBK
(Cinta Lama Belum Kelar)

By: @leeknowyz
samosirwidia3
JuniaSyah



Teriknya matahari di siang hari membuat gadis berambut panjang itu mendengus kesal. Sudah sepuluh menit ia berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkot, namun tak kunjung juga datang.

"Sial," decaknya kesal sembari menendang udara. Sangat membosankan.

"Ghisani Bellina Putri!" teriak seseorang.

Sang empu yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh ke arah kanan, di mana tempat itu adalah asal dari suara tersebut. Terlihat seorang cowok dengan senyuman manis menghiasi wajah tengah duduk anteng di atas motor sport berwarna merah.

Ghisani berdecak kesal. Hari ini ia double sial. Pertama karena tidak ada angkot yang lewat dan kedua bertemu cowok ngeselin.

Abinuel Abraham nama cowok itu. Sering dipanggil dengan sebutan Abi.

Ghisani membuang wajahnya saat Abinuel berdiri tepat di hadapannya.

"Ngapain lo di sini?" ketus Ghisani.

"Jadi malaikat penyelamat. Siapa tahu nanti jadi malaikat pelindung," serunya dengan wajah jenaka.

Ghisani memutar bola matanya. Malas sekali meladeni ucapan playboy kelas kakap seperti Abinuel. Isinya hanya janji manis, tanpa bukti.

"Gak mempan!"

"Ayok berangkat bareng ke sekolah," ucap Abinuel.

"Ke KUA nya nanti, kalau udah siap." Abinuel masih terus menggoda Ghisani dan kali ini dia mengedipkan sebelah matanya.

Ghisani menghela napas beratnya. Pandangannya lurus ke depan. "Gak! Makasih buat tawarannya."

Abinuel mengambil hpnya dari dalam saku dan menghidupkan sebuah lagu dan menyanyikannya "Sayang jangan marah-marah nanti cepat tua."

Ghisani menatap Abinuel horor, pasalnya Abinuel menyanyikan lagu tersebut disertai pantat yang dia goyang-goyangkan di samping jalan hingga membuat pengemudi yang lewat melihatnya heran.

"Heh, Abi! Udahan malu-maluin tahu gak?" ucap Ghisani menutup mukanya. Abinuel yang melakukan, malunya ditumpahkan ke Ghisani.

"Makanya ayo barengan ke sekolahnya, atau ga gue buka baju joget di tengah jalan?" ancam Abinuel semakin menikmati goyangan dan irama yang ditimbulkannya hpnya.

Ghisani tak habis pikir, lalu menjambak rambutnya kenapa bisa mengenal manusia model begini.

Ghisani semakin dibuat bimbang kala Abinuel membuka kancing bajunya satu persatu secara slow motion tak lupa melempar smirk kepada Ghisani.

"JANGAN DIBUKA TOLOL!" Mata Ghisani membelalak kaget. Sungguh gila, pikirnya.

Ghisani menghembus napas kasarnya. Demi apapun rasanya ia ingin menjambak rambut Abinuel sekarang juga. Sangat memalukan.

"IYA-IYA GUE IKUT SAMA LO!" pasrah Ghisani akhirnya.

Abinuel tersenyum kemenangan, lalu naik ke atas motornya, dan melemparkannya helm hitam kepada Ghisani.

"Nah gitu dong nurut, makin sayang jadinya," gombal Abinuel. Ghisani hanya memutar bola mata mendengarnya.

"Awas aja lo kebut-kebutan di jalan, and jangan sekali kali nyoba ngelus dengkul gue. Inget itu!" ancam Ghisani memakai helm lalu naik ke atas motor.

Abinuel meletakkan jari jempol dan telunjuknya di dagu, pura pura berpikir. "Hari ... perasaan semua mantan gue digituin seneng deh. Adaw!" teriak Abinuel kala punggungnya ditepuk Ghisani kuat.

"Cepetan jalan!" ucap Ghisani, sedangkan Abinuel hanya tertawa lalu melajukan motornya.

Abinuel menarik gas motornya secara tiba-tiba membuat Ghisani tersentak ke belakang nyaris terjengkal jika tidak sempat memegang ujung jaket milik Abi.

Ghisani sontak melotot setelah menyadari sesuatu, Abinuel sengaja berbuat seperti itu agar Ghisani memeluk pinggangnya.

"Bawa yang bener, Abi! Ga usah cari kesempatan, gue turun kalo lo gini lagi!"

Abinuel menghela pasrah, memang memodusi Ghisani itu tidak mudah. "Iya, Umi, iya."

"Gue slepet nih ya?" sengit Ghisani.

Akhirnya Ghisani bisa bernapas lega setelah ia tiba di depan pintu gerbang rumahnya.

"Huft, untung Tuhan masih baik sama gue, ya," cibir Ghisani.

"Apaan si lo, bukannya ngucapin terima kasih Abi sayang," ucap Abinuel dengan ekspresi dibuat sedih.

"Huek. Mau muntah gue liat ekspresi lo, Abi."

"Jadi gue gak diajak masuk nih ceritanya?" tanya Abinuel

"Ogah, lebih baik lu pulang aja sana," usir Ghisani, lalu masuk ke rumahnya tanpa menoleh ke belakang.

"Ghi, kayaknya lo ngelupain sesuatu!" teriak Abinuel membuat langkah kaki Ghisani berhenti.

Ghisani membalikkan badannya, "Apaan sih!" sewot Ghisani

"Itu helm gue balikin dulu, baru lu masuk," ejek Abinuel

"Heh, ini helm lu gue balikin."

Abinuel tersenyum, dia menerima helm yang diberikan Ghisani sambil meletakkannya di atas paha.

"Nanti malem, lo bakal tidur sama gue."

Ghisani mengangkat satu tangannya ke atas pinggang, "Mulut lo, minta di amplas?"

"Ya, ini kan helm bekas dipakai sama lo. Nanti malem bakal gue jadiin temen tidur. Biar gue ngga kangen mulu, sama lo."

"Cerewet lo, balik sana, gue mau masuk."

Abinuel tertawa pelan, memperlihatkan sedikit giginya yang putih dan rapih. Dia melajukan motornya setelah memastikan Ghisani masuk.

Ghisani yang baru saja menutup pintu, mengintip dari jendela. Abinuel telah pergi, sekarang napasnya mulai teratur. Entah kenapa, ia menganggap Abinuel sebagai cobaan untuknya.

"Butuh gue siram air do'a, tuh anak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang