Pagi ini, Minho sengaja berangkat lebih awal agar dirinya bisa bersantai sebelum si siluman tupai datang. Setidaknya suasana sepi kelas ini bisa menetralisir emosinya.
Minho sangat bersyukur karena ia tak satu kelas dengan Jisung. Tak bisa ia bayangkan jika sampai pemuda itu satu kelas dengannya. Mau di taruh dimana wajah tampannya saat si tupai berulah.
Setelah lima bulan ini, Minho merasa beban hidupnya bertambah; dengan datangnya Jisung. Insiden di kantin saat itu menjadi awal mula mereka dekat. Meksipun hanya Jisung yang mendekatinya karena merasa saat itu Minho sudah menciumnya, yang berarti mereka resmi berpacaran.
Minho tak habis pikir dengan jalan pikiran Jisung. Pemuda itu memang manis, berbakat dalam segala hal. Tapi kenapa kelakuannya sungguh menjengkelkan? Telebih padanya yang jelas-jelas selalu menolak.
"Dia memang gila."
Seiring meningginya matahari pagi itu, kelas Minho sudah mulai ramai. Ada waktu setengah jam lagi sebelum bell masuk berbunyi, dan biasanya Jisung akan datang sepuluh menit sebelum bell masuk. Sial, sampai-sampai Minho tau menit itu saking seringnya pemuda tersebut datang.
Namun tumben sekali, sampai bell masuk pun pemuda itu tidak datang juga. Nafas lega bagi Minho pagi ini karena tak mendengar teriakan cempreng Jisung.
***
Kriinggg~
Bell istirahat di bunyikan. Semua murid keluar satu persatu dari kelas. Tapi tidak untuk Minho, ia malas keluar karena tak ingin bertemu Jisung. Meksipun diam di kelas pun pemuda itu akan tetap menghampiri nya.
"LEE MINHO SAYANG!"
See? Si gila itu sudah datang.
"Selamatkan aku ya Tuhan." Minho menyatukan kedua tangannya seraya berdoa.
"Kau sedang apa? Ayo ke kantin." Jisung duduk di bangku depan Minho. Menatap Minho dengan mata bulat lucunya.
"Pergilah sendiri."
"Aku hanya akan pergi jika bersamamu."
Minho hanya diam tak berniat menjawab. Namun sial sungguh sial, Jisung malah memainkan pipinya sekarang.
"Uuuu kekasihku merajuk karena tadi pagi aku tidak datang? Maaf ya, aku tidur terlalu malam kemarin. Dan akhirnya bangun siang, bahkan aku tak sempat sarapan pagi. Aduh~ perutku sakit."
"But i don't care." Minho menepis tangan Jisung dari pipinya.
"Ish, ayo makan, sayang." Jisung menarik tangan Minho agar segara bangkit.
"Sirreo! Aku tidak lapar. Pergilah sendiri, Han!"
"Yasudah, aku tidak mau makan. Biarkan saja perut ku sakit lalu aku mati. Oh, apa kau akan sedih jika aku mati? Sepertinya kau akan menangis sampai tujuh hari tujuh malam. Ah romantis sekali."
"Jadi, cepatlah mati."
"Yaa! Aku tidak mau mati sebelum menikah denganmu."
"Kalau begitu biar aku yang mati duluan." Minho berdecih setelah menatap malas ke arah Jisung. Kembali memainkan ponselnya yang sempat ia abaikan.
Tak ada jawaban dari Jisung, membuat Minho terpaksa harus melirik pemuda itu.
"L-loh, kau menangis?" Panik Minho saat menyadari Jisung sudah menekukan bibirnya ke bawah, dengan air mata menggenang yang terlihat ragu untuk jatuh, hidung yang memerah jelas.
"Aku tidak mau kau mati duluan, hiks." Jisung menggosok matanya dengan punggung tangan.
Sial, jika ada orang yang lihat, mereka akan menuduh Minho sebagi tersangka yang sudah membuat Jisung menangis.
Meksipun memang iya.
"Oh ayolah, Han. Aku hanya bercanda."
Jisung melongo dengan mata yang masih berkaca-kaca. Menggemaskan sekali, andai saja Minho bisa mengakui ke imutan Jisung mungkin pemandangan sekarang adalah hal yang sangat menggemaskan.
"Ah ternyata kau suka bercanda ya, ahaha!" Jisung tertawa lalu memukul tangan Minho pelan. "Aku hanya tidak mau kehilanganmu, kau tau kan aku sangat mencintaimu, Minho."
"Mulai lagi."
"Oh iya ...,"
Dan mulai lagi, Jisung berceloteh menceritakan hal-hal yang Minho rasa tak seharusnya di ceritakan. Dengan skill rapnya, pemuda itu berhasil membuat Minho sesak sendiri. Apa Jisung pernafas dengan ingsang? Mulutnya tak mau behenti berbicara, meskipun jelas-jelas Minho mengabaikannya.
Krrrrtttr~
Minho menatap Jisung setelah terdengar suara aneh itu.
"Hehe, cacing peliharaan ku lapar sepertinya." Cengirnya seraya memegang perut.
"Jam istirahat selesai sebentar lagi. Cepat pergi makan."
"Kau khawatir?"
"Aku hanya ingin kau pergi dari sini."
Jisung merengut. Sebenarnya ia tak ingin makan jika tidak bersama Minho. Karena ia juga harus memastikan pujaan hatinya makan dengan teratur. Jika Minho tidak makan, maka dirinya juga tidak.
Jisung menggeleng. "Kau makan, aku juga makan."
"Aku tidak mau tanggung jawab jika kau mati kelaparan, jadi cepat makan. Aku tidak lapar."
"Aaaaaa sirreo!"
"Sialan kau, Han."
Dan akhirnya Minho bangkit dari kursinya. "Ayo makan.""Yeeaayyyy makan siang bersama!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔︎] Tupai Gila |ᵐⁱⁿˢᵘⁿᵍ
Short Story"Sayang, ayo menikah! membangun keluarga dan memiliki banyak anak. Ah manisnya~" Satu fakta yang Minho dapat selama bersama dengan Jisung sejak lima bulan ini; Bocah itu gila. bxb-!🔞 Yang ga suka,Ruby ga maksa buat baca kok^^ ©LeeRubyC