Part 23 - If this didn't happen

809 50 15
                                    

Percayalah bahwa badai kesedihan pasti 'kan berlalu, digantikan dengan ribuan kebahagiaan yang datang.

Di taman belakang kediaman Relegan, tempat yang paling Lili sukai. Di sana Mario terdiam, bernostalgia mengenai dirinya bersama Lili.

Mulai dari perjodohan yang dilakukan tanpa mengetahui perasaannya yang sebenarnya kemudian meninggalkan Lili saat malam pernikahan. Ia sebenarnya tak pergi menemui klien tetapi bermalam bersama di apartemen Malika, wanita yang selama ini menghiburnya. Ingat menghiburnya bukan wanita yang dicintainya. Jika berterus terang ada banyak kebohongan yang dilakukan oleh Mario demi menghindar dari seseorang yang tidak ia sukai dahulu.

Mengingat-ingat kejadian tadi Mario tersenyum miris ketika mendapati wanita yang tadi ditemuinya itu bukanlah istrinya, penyesalan akan selalu datang pada akhirnya jika penyesalan datang pada awalnya mungkin tidak ada kata pengorbanan pada kisah ini. Kisah cinta Mario dan Lili.

Galau. Satu kata yang menggambarkan suasana hati Zio, karena tidak ada pujaan hatinya didekatnya. Sebenarnya Zio sangat tidak menyukai sikap Mario yang berlebihan saat beradu argumen dengan Lili. Namun, ia sadar bahwa dirinya tidak bisa ikut campur dalam permasalahan rumah tangga antara suami dengan istri. Itulah sebabnya Zio lebih memilih memendam perasaannya dalam-dalam. Mencintai Lili dalam diamnya.

Kemarin Mario mempercayakan posisinya yang sementara pada adiknya, Pandu. Jika boleh mengadu, maka akan diberitahukan apa yang dilakukan Pandu selama Mario tidak berada di perusahaan keluarga Relegan itu, tapi sayangnya sekretaris Mario telah berhasil terkena jurus ampuh Pandu, rayuan sang penggoda. Juwita, nama yang indah. Baginya jika ia tidak mendapatkan Mario, maka tak apalah jika ia mendapatkan adiknya walaupun ia tahu bahwa lelaki itu sudah beristri.

Pandu menguras uang perusahaan untuk memenuhi hasratnya yang sementara, berfoya-foya dan berpesta. Seperti hari ini menjadi surga dunia untuk Pandu.

"Lakukanlah sesukamu untuk hari ini, Sayang." Ucap Pandu dengan memberikan beberapa lembar uang untuk Juwita yang matanya tengah berbinar melihat puluhan lembar uang diberikan untuknya secara cuma-cuma.

***

Hari ini Gania sangat senang ketika hasil ulangannya akan dibagi oleh wali kelasnya, tak sabar ia menunggu hasil itu untuk diberitahukannya kepada ibunya. Ia sangat yakin bahwa Amaya akan bangga padanya dan juga pada adiknya.

"Jangan berharap lebih, sebab nilaimu tak sebagus nilaiku." ujar seorang wanita yang berjalan ke arah bangku Gania.

"Apa salahnya berharap, bukankah semuanya ada karena harapan? Begitu juga denganmu, dirimu belajar dengan sungguh-sungguh karena berharap juga bukan? Berharap bahwa nilaimu lebih bagus dari nilaiku. Kiara." balas Gania dengan lembut, ia tidak merasa tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Kiara-teman kelas Gania yang selalu merasa tersaingi oleh Gania.

"Oh, begitu ya? Aku membenarkan perkataanmu. Tetapi kamu juga harus siap jika kenyataannya aku lebih pandai dari dirimu." ledek Kiara kemudian wanita itu pergi menuju bangkunya.

Wali kelas Gania sudah datang, semua siswa dan siswi yang berada di kelas itu merasa sedikit gugup. Ada yang takut jika nilainya bagus maka ia akan dikira menyontek, ada juga yang takut jika nilainya rendah maka ia harus bersiap jika nanti setelah pulang sekolah orang tuanya akan menginterogasinya, ada juga yang santai-santai saja karena nilai bagus atau tidaknya itu tidak masalah, yang penting tidak menyerah untuk selalu menuntut ilmu.

Satu persatu murid dipanggil untuk mengambil hasil ujian matematika, Kiara terlebih dahulu dipanggil oleh bu guru kemudian disusul oleh Gania. Senyum tergambar di bibir Kiara, ia terus mengamati lembar jawabannya yang terdapat nilai seratus sambil berjalan kemudian sampai ia terduduk di bangkunya.

TIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang