Andri berdiri menatap kendaran yang berlalu-lalang di jalan tol dari atas jembatan cinta, tempat biasa warga Jakarta berpacaran di akhir bulan. Disamping kanan dan kirinya beberapa orang saling bercengkrama, saling berbalas kata lalu tertawa karena sebuah lelucon. Beberapa lainnya memilih duduk menyantap satu piring siomay berdua, di bawah gerobak kayu yang usianya mungkin sudah lebih dari 10 tahun. Tapi Andri hanya sendiri.
Dalam kesendiriannya, Andri fokus pada pikirannya. Masuk kedalam dunia dimana dia bisa menenangkan diri dari bisingnya kendaraan yang saling berbalas klakson meminta kendaraan di depannya berjalan lebih cepat. Andri tidak peduli pada apa yang dia dengar dari orang di sekelilingnya. Percakapan seorang karyawan yang mengeluh selalu diberi lembur, pedagang asongan yang kerap kali diusir satpol PP, pasangan muda mudi saling berbalas rindu setelah seharian sibuk dengan urusan masing-masing dan seorang anak yang merengek minta dibelikan balon berbentuk Tayo kepada orang tuanya.
Sebenarnya, 2 jam lalu Andri tidak sendiri. Jok belakang motor Vixionnya diduduki Anindira, pacarnya yang hari ini berubah status menjadi mantan pacarnya. Semua terjadi begitu cepat. Andri tidak siap menerima kenyataan.
"Ndri, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Kata Anindira. Wajahnya terlihat gugup.
"Ngomong apa sayang? tumben kamu manggil nama," tanya Andri. Ia fokus menyantap makanan dihadapannya, tidak melihat wajah Anindira yang mulai mengeluarkan keringat.
"Aku mau kita putus." ucap Anindira cepat.
Perkataan Anindira barusan bagai suara petir di tengah langit siang yang terik. "Kamu ngomong apa barusan?" tanya Andri memastikan.
"Aku. Mau. Kita Putus." eja Anindira menegaskan.
"Kamu mau ngeprank aku ya? kamera mana kamera?" Andri melirik ke kanan dan kiri. Coba mencari mana orang yang disuruh pacarnya untuk memegangi kamera.
"Aku serius ndri!" kata Anindira. Tatapannya sayu.
Andri meletakan sendok yang ia pegang. Memegang tangan Anindira. Mengelusnya penuh kasih sayang. "Kenapa tiba-tiba gini sih sayang, kenapa? ada masalah? cerita sama aku.."
Anindira menggelengkan kepalanya, "Ini nggak tiba-tiba Ndri. 3 bulan lalu, aku bangun pagi. Lihat notif WhatsApp dari kamu. Lalu kerja sampai sore ditemani bekal nasi uduk yang kamu kirim pakai ojol. Lalu malamnya kita bertemu dan semuanya terasa biasa aja. Aku bosan!"
Andri tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Emosinya mulai tidak terkontrol di dalam dada.
"Sejak saat itu, aku coba cari laki-laki yang bisa menghilangkan rasa bosan, memberikan sesuatu yang baru. Tapi aku belum mau kehilangan kamu ndri, aku selingkuh dari kamu!"
Perlahan Andri melepas genggaman tangannya, "Aku nggak nyangka kamu bisa sejahat ini sama aku. 4 tahun kita pacaran, aku kira kamu perempuan masa depan aku nin, aku kira kamu beda dari perempuan-perempuan yang pernah singgah dan hanya mampir, aku kira mamah nggak salah ngasih penilaian. Bahwa kamu adalah perempuan yang tepat untuk menemani aku hidup di sisa usia dunia yang tidak lama lagi.."
"Maafin aku ndri, aku memang perempuan jahat.." Anindira menundukan wajahnya. Ia sadar, ia tidak lagi pantas menunjukan wajah penuh dosanya dihadapan Andri.
Dengan hati penuh luka dan pikiran yang dihantui banyak pertanyaan, Andri berlari keluar dari restoran setelah membayar total harga makanan yang dirinya dan Anindira pesan. Diatas motor Vixionnya, Andri tak henti-hentinya memukuli kepala, badan dan berteriak dengan keras. Meluapkan segala emosi dan amarah yang menguasai diri. Tubuhnya seketika berilmu dan kebal dari segala rasa sakit. Mau sekeras apapun ia menyiksa tubuhnya dengan pukulan, tak sedikit pun rasa sakit ia rasakan. Hanya saja lebam pada tubuh tidak bisa disembunyikan. Kulit tubuhnya bengkak dan memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melawan Perempuan (Kumpulan Cerita)
RomanceKumpulan cerita yang menggambarkan bahwa dalah sebuah hubungan, perempuan bisa sama kejamnya dengan laki-laki. Hanya saja, sering kali, mereka tidak menyadari hal itu.